4

"Adikmu berusaha untuk tetap bertahan, mengonsumsi obat-obatan selama hidupnya. Bahkan keluar masuk Rumah sakit menjadi rutinitasnya, tapi kenapa kamu dengan gampangnya mengatakan hal itu. Dia sudah lama menderita, dan kamu malah mendoakan kepergiannya, harusnya kamu berharap dia sembuh Amayana. Bukan seperti ini, di mana rasa simpatimu sebagai seorang kakak?"

"Papa gak ngerti apapun."

"Papa cukup mengerti dengan mendengarkan apa yang kamu harapkan. Selain mendoakan adikmu menghilang kamu juga kurang ajar terhadap Mamamu. Berani membentaknya."

Aku menghela nafas pelan, sampai kapanpun posisiku tak cukup membuat Papa menjadikan dirinya Ayah yang adil. Prioritas utama adalah Naya. Jadi tak mungkin pertanyaan 'apa yang terjadi?' keluar dari mulutnya untuk mendengar kebenaran yang ada.

Aku akan tetap salah di matanya.

"Sudahlah, aku pamit."

"Berbuat masalah lalu pergi, hanya itu yang bisa kamu lakukan. Sekali-kali cobalah memposisikan dirimu sebagai anak yang baik, dari dulu hingga sekarang kamu gak bisa membuat kami bangga, pembuat onar."

Telingaku berusaha menulikan pendengaran yang menusuk, terus berjalan menyusuri koridor Rumah sakit dengan rasa tak karuan. Rasanya aku sampai pada batasku, mengalah dan terus tersudut dalam kehidupan.

"PAPA LELAH MEMPUNYAI ANAK KURANG AJAR DAN JAHAT SEPERTIMU." 

Deg.

...***...

POV RANGGA

Cklek!

"Kamu sudah datang?"

Aku tersenyum mendengar suara lirih itu, bahkan dengan wajah pucat Naya masih saja menarik di mataku. Mungkin ini salah, tapi kami sudah terlalu jauh untuk mundur. Bahkan demi dia aku rela mengorbankan pernikahan dari sosok yang dulunya bertahta di hatiku. Aku minta maaf Maya.

"Sebenarnya aku sudah lama datang, tapi aku menunggu orang tuamu pergi dulu sebelum menemuimu. Aku takut mereka curiga, ini belum waktunya aku mengatakan segalanya pada mereka tentang hubungan kita ini."

"Aku mengerti, aku tau kamu butuh waktu untuk mengatakan semuanya. Kita membangun hubungan yang salah sejak awal. Kamu dan kak Maya, gak seharusnya aku ada diantara kalian sebagai perusak."

"Jangan dilanjutkan, jika pun kamu gak ada. Akan ada perempuan lain yang menempati posisimu. Aku tau ini terdengar jahat, tapi aku dan Maya seperti gak ada tujuan. Pernikahan kami hambar, aku keliru mengharapkan rumah tangga yang indah dengannya."

"Mas---"

"Aku akan mengatakan hubungan kita ke orang tuamu setelah aku dan Maya gak terikat hubungan apapun. Kamu mau bersabar kan?"

"Kamu benar-benar akan menceraikan kak Maya, Mas? Kamu gak akan menyesal?"

"Aku gak pernah mau membangun hubungan baru dan mempertahankan hubungan lama secara bersamaan. Lagipula aku gak berharap memiliki dua istri sekaligus. Hanya kamu."

Mungkin ini yang terbaik, disamping perasaanku yang menghilang untuk istriku. Aku tak ingin membuatnya menderita lebih jauh. Selama ini sudah banyak kebohongan yang terjadi, itu sebabnya melepaskan adalah hal terbaik untuk memutus penderitaannya.

'Aku minta maaf Maya.'

"Mas Rangga yakin? Aku bukanlah sosok yang sempurna. Dan aku tau bagaimana kondisiku, apa Mas tetap pada keputusan menceraikan kak Maya demi menikahi beban sepertiku? Rasanya aku gak cocok untuk itu."

"Kamu bukan beban Naya, justru denganmu aku merasa sangat dibutuhkan. Aku juga sangat mencintaimu lebih dari Maya."

"Terimakasih, Mas. Terimakasih mau melihatku berbeda. Baru kali ini ada orang tulus mencintaiku, bukan rasa kasihan karena gak mau aku drop mengenai kondisiku."

"Iya sayang..."

DRING...DRING....DRING!!

"Hp Mas Rangga bunyi."

"Iya."

Aku mengusap pucuk kepala kekasihku, menciumnya sekilas kemudian berlalu meninggalkan ruangan melihat Maya tiba-tiba menelpon. Saat ini aku hanya ingin menghindari perdebatan yang berkepanjangan, terlebih agar Naya tak merasa bersalah karena lagi-lagi tersadar kalau kekasihnya masihlah suami kakak kandungnya sendiri. Jangan sampai dia drop karena ulahku.

"Ada apa?"

[Tolong pulang]

Aku mengernyit, menatap kembali nama yang saat ini melakukan sebuah panggilan. Tak biasanya istriku memintaku pulang dengan cara memohon. Apa yang terjadi padanya? Apa dia baik-baik saja di seberang sana?

"Kamu baik-baik saja?"

[Aku baik]

"Kalau begitu untuk apa aku pulang, saat ini aku di Kantor, dan banyak pekerjaan yang harus aku lakukan, gak ada waktu untuk pulang dan bersantai-santai----"

[Hari ini anniversary pernikahan kita, jika kamu masih betah dengan Naya, maka kesampingkan dulu saat ini. Kalau muak pulang demi melihatku sebagai Maya, maka kamu bisa pulang demi istrimu. Hari ini aku ingin menyelesaikan semuanya, tentang kita]

Aku terdiam mendengar nada tenang dari seberang. Perasaanku tak menentu menanggapi situasi ini. Belum lagi posisiku diketahui olehnya, apakah Maya benar-benar baik-baik saja saat ini? Aku tiba-tiba khawatir.

[Aku tunggu]

"Tapi..."

TIK.

"Hallo Maya? Hallo...Hallo!"

Sambungan mati, aku mengusap wajah kasar kemudian kembali ke ruangan Naya untuk berpamitan. Aku merasa harus pulang kali ini, entah kenapa ada hal yang akan terjadi pada kami. Belum lagi sudah satu minggu aku tak pulang karena masalah Kantor dan menjaga Naya setiap malam karena kondisinya drop. Semua tenaga dan keberadaanku pun adalah menjaga Naya diam-diam.

"Ada apa, Mas?"

"Aku harus pergi, maaf karena aku gak bisa lama denganmu hari ini. Ada urusan penting yang harus diurus. Aku pergi dulu sayang."

"Memang Mas Rangga mau ke mana? Apa masalah Kantor? Semuanya baik kan?"

Aku menggeleng pelan. "Bukan, tapi Maya."

"Kalau begitu pulang lah, Kak Maya mungkin membutuhkanmu. Aku gak apa-apa, lagipula Kak Maya lebih berhak denganmu dari pada aku. Mungkin Kak Maya kesepian."

"Naya..."

"Aku gak marah kalau kamu takut dengan itu, aku benar-benar gak apa-apa Mas. Mungkin kak Maya benar-benar membutuhkanmu, jangan khawatirkan aku, Mas."

Aku bernafas lega.

"Terimakasih sudah mau mengerti kondisiku. Kalau begitu aku pergi dulu, kalau sudah selesai aku janji akan langsung ke sini. Oh iya, jangan katakan pada orang tuamu kalau aku datang, ini bukan saatnya mereka tau."

"Iya, Mas. Aku mengerti."

"Aku pergi."

"Hati-hati di jalan."

Kunci mobil ku raih di atas meja, permintaan yang biasanya ku tolak kini tak bisa aku lakukan. Kali ini aku merasa permintaan Maya yang memintaku pulang harus dilaksanakan. Banyak pertanyaan berkecamuk, tapi yang paling menyiksa adalah letupan sesak yang tiba-tiba terasa sepanjang jalan.

Aku sebenarnya bingung, bahkan sekarang sibuk menerka apa yang membuat Maya memintaku pulang. Dan aku yakin ini bukan karena hari anniversary kita. Istriku bukanlah sosok yang ingin merayakan hari apapun, bahan hari pernikahan kami.

Tapi sikapnya kali ini berbeda, apa ada yang terjadi dengannya yang tak ku ketahui? 

Semua jawaban yang tersusun rapi pada memori otak akan terjawab saat aku sampai di Rumah. Tapi jika itu bukanlah sesuatu yang penting, aku benar-benar marah karena dia sudah mengganggu waktuku dengan Naya. 

POV RANGGA END

Bersambung

Instagram: siswantiputri3

Facebook: Siswanti putri

Terpopuler

Comments

Akbar Razaq

Akbar Razaq

ini si Naya sdh mao modar saja masih jadi perusak rumahtangga kakaknya padahal darah kakaknya hampir tiap saat mengalir di tubuhnya.paraah...hh.
keluarga toxic pergi saja maya.

2024-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!