Barra menghempaskan tubuh Bella ke atas ranjang. Merobek seluruh pakaian yang wanita itu gunakan tanpa tersisa lalu mencium bibirnya dengan begitu kasar.
Bella yang tiba - tiba mendapatkan serangan mendadak ini tak bisa menghalau. Apalagi dengan kondisi tubuhnya yang tengah lemah.
Pria itu seperti dirasuki setan. Dia tak memperdulikan setiap permohonan lemah yang keluar dari bibir Bella, di saat dirinya menyetubuhi dengan kasar tubuh Lemah dan mungil milik wanita itu. Bahkan lebih kasar dan brutal dari biasanya.
Barra sendiri tidak tau apa yang terjadi pada dirinya. Di saat tengah berhubungan dengan Jovita, sialnya yang dia bayangkan malah wajah Bella. Pria itu juga tidak tau apa yang terjadi padanya. Hingga saat Jovita masih terlelap tidur, dia bangun dan langsung pergi mendatangi Bella. Untuk apa lagi jika bukan untuk menikmati tubuh Wanita malang itu.
Tak kuat, Bella merasakan kepalanya begitu pusing. Tubuhnya juga terasa begitu menyakitkan. Hingga tak lama, dia pun pingsan membuat Barra berdesis kesal.
"Sialan! Dia malah pingsan! " Barra mengumpat. Padahal dia baru mengalami satu kali pelepasan.
Dengan kesal, dia kembali memakai pakaiannya dan membungkus tubuh Bella menggunakan handuk. Membawa tubuh itu keluar dan mengembalikannya pada sang Ibu yang masih menangis di dalam kamarnya.
"Bella! " Mama Rea langsung menerima tubuh putrinya yang sudah pingsan tak berdaya. Dia langsung melepaskan handuk yang putrinya gunakan. Tubuhnya menegang saat melihat ada banyak sekali tanda merah pada leher dan juga dada putrinya.
Dengan linangan air mata, Mama Rea berusaha membersihkan tubuh putrinya dan memakaikannya pakaian. Menyelimuti tubuhnya yang terlihat menggigil karena kedinginan.
Mama Rea menggenggam salah satu tangan Bella dan menciuminya.
Kapan kita akan terlepas dari penderitaan ini? Tuhan, apa salah putriku? Kenapa dia harus mendapatkan semua ini? Kenapa? Kenapa? Semua itu bukanlah keinginan putriku, tapi kenapa mereka harus memperlakukannya seperti ini? "
Tuhan, kau tau mana yang benar dan salah. Jika putriku memang bersalah, aku rela kau menghukumnya dengan demikian. Tapi jika Pria iblis itu yang salah, hukumlah. Hukumlah dia dengan seberat - beratnya, aku sebagai seorang ibu tak rela jika putriku di perlakukan seperti ini olehnya! Kau lah yang maha adil. "
Mama Rea membaringkan kepalanya di samping tubuh Bella sembari menangis. Dia sudah tak memperdulikan perutnya yang terasa perih karena belum memakan apapun sejak kemarin malam.
**
"Sayang, kau dari mana? "
Saat baru bangun, Jovita sudah tak melihat Barra di sampingnya. Membuat wanita itu sedikit merasa kesal karena di tinggal tanpa berkata apapun.
"Aku baru saja dari bawah. Kau sudah bangun? " Jawab Barra mendekati Jovita di atas ranjang dan mengelus wajah wanita itu.
"Iyah. Apa kau baru saja menemui wanita itu? " Tanya Jovita kembali.
"Tidak, barusan Liam datang kemari. " Jawabnya berbohong.
Jovita hanya mengangguk saja dan menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu.
"Aku mau mandi. " Ujar wanita itu, menatap wajah Barra lalu tersenyum manis.
Melihat itu Barra ikut tersenyum. Dia mengerti arti senyuman itu dan langsung menggendong tubuh Jovita menuju kamar mandi.
Setelah selesai, mereka turun ke bawah untuk melakukan sarapan pagi. Kedua mata tajam pria itu liat mencari keberadaan Bella.
Apa wanita itu benar - benar sakit? Tapi, jika iya kenapa juga aku harus peduli. " Gumam Barra lalu mendudukkan tubuh Jovita ke atas kursi.
Mereka memulai sarapan Mereka sampai akhirnya Barra pergi dan meninggalkan Jovita di rumah megah itu sendirian dengan status Nyonya Resmi mereka.
"Dimana kamar Bella dan Ibunya itu? " Tanya Jovita kepada salah satu pelayan.
"Di sana Nyonya. " Tunjuk pelayan itu ke arah lorong sempit yang hanya memiliki 1 pintu.
Jovita mengangguk dan menjalankan kursi rodanya ke arah sana. Namun sebelum dia mendekat, pintu itu sudah terbuka dan memperlihatkan Mama Rea yang tengah membawa nampan berisi mangkuk dan gelas yang sudah kosong.
Melihat itu Jovita tersenyum dan semakin berjalan mendekat. Sedangkan Mama Rea hanya menatap datar wajah Jovita.
"Tidak ku sangka, dalang dari semua ini adalah Putrimu, yah? " Pertanyaan itu membuat Mama Rea berhenti. Dia menatap tajam wajah Jovita.
"Mungkin putriku adalah jalan dari karma yang kau dapat saat ini. "
"Mungkin saja Tuhan sengaja mengangkat rahimmu karena sudah terlalu banyak Sperma yang berbeda - beda yang masuk ke dalamnya. Tapi tidak mau di sebut pelacur. " Sambungnya membuat tatapan Jovita berubah.
"Setidaknya aku tidak semenderita putrimu. "
"Kau memang sama saja dengan ibumu. Setelah menghancurkan kebahagiaan ku, kau juga ingin menghancurkan kebahagian putriku! "
"Salah putrimu sendiri, kenapa dia harus lahir dari rahim wanita malang seperti dirimu? "
Balasan itu membuat Mama Rea menguatkan cengkraman nya pada nampan yang dia pegang. Dia kembali menatap tajam wajah Jovita.
"Cepat atau lambat, Barra pasti akan tau kebenarannya. Kau jangan terlalu senang karena menang, karena jika dia sudah tau yang sebenarnya, dia pasti akan membuang mu! "
"Ku tunggu." Jawab Jovita tersenyum menantang.
"Jangan berani menganggu putriku! "
"Tidak akan. Melihat dia di siksa oleh Kekasihku saja aku sudah senang. "
Mama Rea berdesis Lalu pergi dari sana meninggalkan Jovita menuju dapur untuk menyimpan Nampan.
Setelah Mama Rea pergi, Jovita menggigit bibir. Benar, cepat atau lambat Barra pasti akan tau kebenarannya. Dan tidak menutup kemungkinan besar, dia pasti akan di buang atau lebih parahnya di bunuh oleh pria itu karena telah berani membohonginya.
"Tidak! Tenangkan dirimu Jovita. Kalian sudah bersama selama 2 tahun, dan Barra belum menemukan apapun. Jadi tenanglah, kau tak akan Di buang oleh nya. "
Setelah mengatakan itu, Jovita kembali mendorong kursi rodanya pergi dari sana meninggalkan tempat itu.
***
jika ada typo atau kata - kata yang tidak enak di baca, bisa komenn yahh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments