Barra-20

\=\=\=\=\=\=\=\= • Next Story • \=\=\=\=\=\=\=\=

Bel pulang sekolah sudah berbunyi semua murid berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing tidak terkecuali ketiga gadis yang kini jalan beriringan menuju parkiran.

"Let lo pulang sama siapa" tanya Rossa

"Gue paling naik ojek aja deh Ros" jawab Arlleta.

"Bukannya lo bareng Barra tadi, minta dia antar pulang lo juga lah" usul Rania.

"Nggak ah, gue malas nanti jadi bahan omongan" ucap Arlleta.

"Ya elah Let, lo itu buta atau benar-benar nggak tahu kalau Barra itu ada hati sama lo" jawab Rania kembali.

"Lo ngomong apaan sih jangan ngaco" ucap Arlleta.

"Idih dibilangin nggak percaya, gue sama Rossa tiga tahun kenal sama itu anak mama pernah dia dekatin cewek selain Lo iya nggak Ros" sahut Rania.

"Lo beruntung tahu, Sandra aja nggak pernah di lirik sama itu manusia dingin" ucap Rossa.

"Ya udah gue duluan ya nyokap udah nungguin bye" ucap Rania pergi masuk kedalam mobilnya.

"Gue juga Let, lo gimana" tanya Rossa.

"Gue aman Ros lo pulang aja, gue kedepan deh cari ojek" jawab Arlleta.

Tapi belum sempat Arlleta pergi meninggalkan parkiran motor sport milik Wildan berhenti tepat di samping Arlleta.

"Lo gue antar aja deh, bukannya kenapa-kenapa gue tadi kan udah bilang lo harus ada temannya" Saran Wildan.

"Lo nggak kebaratan ngantarin gue" tanya Arlleta.

"Iya nggak lah atau lo yang keberatan takut ada yang marah" ucap Wildan sambil tersenyum.

"Iya nggak ada, siapa coba yang akan marah" balas Arlleta

"Ayo buruan naik, mumpung gue nggak berubah pikiran nih. Bukannya lo butuh uang mending uang naik ojeknya lu simpan gue antarin gratis tanpa minta di bayar" ungkap Wildan.

"Baiklah terimakasih Wil" ucap Arlleta sambil naik ke atas motor sport Wildan.

'Kalau bukan karena tuan muda gue malas banget naik motor panas-panasan gini' ungkap Wildan dalam hatinya.

"Lo dah siap belum gue tancap gas nih" ucap Wildan. Dan hanya mendapatkan balasan anggukan kepala dari Arlleta.

Di sudut sebuah kelas tiga bujang sedang memperhatikan pergerakan Wildan, Arlleta dan Michael yang berdiri di depan mobilnya.

Ketiga bujang itu terlihat senang karena Wildan berhasil untuk mengantarkan Arlleta pulang, sebab mereka tahu Barra sedang bermain jadi tidak dapat di ganggu gugat.

Ketiga bujang itu memberikan laporannya kepada Barra sembari melihat pergerakan dari saudara tiri Barra yang tidak lain adalah Michael.

"Kelihatannya itu anak kesal banget deh lihat aja dia ngepalin tangan gitu" ucap Bastian.

"Bodo amat bukan urusan kita" ucap Gabriel

"Selama nggak membahayakan Arlleta kita lihatin aja" balas Leonardo.

"Iya lo benar gue nggak mau dapat hukuman dari Barra kalau kita lalai" ucap Bastian.

"Nah itu lo tahu gue nggak mau tidur bareng Kenzie lagi ya kayak tahun lalu" sahut Gabriel.

"Lo pikir gue mau" balas Bastian.

"Ya udah yuk cabut, itu anak udah masuk mobilnya" ucap Leonardo.

Mereka bertiga meninggalkan area sekolah mereka kembali ke markas alias tempat tinggal mereka bersama. Sementara bodyguard Barra mengikuti mobil yang di kendarai oleh Michael.

Barra sudah memperkirakan semua dengan matang, Barra yang dulunya selalu di anggap remeh oleh ayah tiri dan saudaranya itu sudah berubah menjadi seorang yang bengis,berani dan tanpa ampun.

Didikan keras sang kakek nyatanya banyak mengubah kehidupan Barra. Barra yang dulunya adalah anak yang tidak di perkirakan kemampuannya oleh ayah tiri dan saudara tirinya kini nyatanya adalah orang yang paling berkuasa dan memiliki segalanya.

Barra memang tidak ingin berhubungan dengan ayah dan saudara tirinya. Tapi nyatanya mereka berdua yang terus menjadi benalu dalam hidup Barra mereka selalu ingin apa yang menjadi milik Barra.

Bahkan mereka selalu ingin Barra berada di jauh di belakang mereka. Barra selama ini menutup dirinya karena ia tidak ingin identitasnya diketahui oleh ayah tirinya yang gila akan harta dan tahta itu.

Barra ingat betul kejadian dimana sang ibu melakukan hal bodoh hanya untuk menyelamatkan hidupnya dan melepaskan diri dari jeratan ayah tirinya.

Barra kecil menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ibunya mendapatkan perlakuan kasar dari ayah tirinya hingga melakukan hal bodoh yang tidak pernah Barra pikirkan sebelumnya.

Hari dimana sang ibu menggantungkan dirinya di seutas tali yang sudah di persiapkan oleh sang ibu adalah hari paling kelam dalam hidup Barra kecil.

Jika bukan karena sang kakek yang datang tepat waktu Barra kecil tidak akan tahu hidupnya akan seperti apa bersama ayah dan saudara tirinya.

Kakek Barra lah yang menghabiskan waktunya untuk merawat dan menghilangkan rasa trauma Barra pada kekerasan. Namun, Barra yang jiwanya tertekan tumbuh menjadi sosok yang lain yang tidak pernah disangka dan hal itu baru di sadari oleh sang kakek ketika Barra berusia 15 tahun.

Dokter yang menangani Barra sudah menyarankan untuk Barra terus melakukan hipnoterapi berkelanjutan dan meminum obat penenangnya.

Tapi nyatanya Barra tidak lagi mengkonsumsi obat itu sejak usia 17 tahun, ia sibuk dengan dunianya sendiri selain ia harus mengurusi perusahaan ia juga harus membagi waktunya dengan sekolah dan sahabatnya termasuk hobi balapan yang ia geluti selama beberapa tahun terakhir.

Barra miliki cara sendiri untuk membuatnya menjadi sosok yang berani, sang kakek yang dulunya adalah mantan ketua mafia tentu saja ia tidak ambil pusing karena memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. ungkapan itulah yang kini berada di dalam diri Barra.

Kakeknya mantan ketua mafia yang disegani tapi tidak dengan ayah Barra yang hanya ingin mengurus perusahaan saja tanpa campur tangan dunia bawah milik sang kakek dari Barra. Tapi sang cucu mewarisi semua yang tidak pernah diajarkan oleh sang kakek kepadanya.

Barra belajar secara otodidak, kakeknya hanya mengajarkan ilmu beda diri dan ilmu dalam melumpuhkan musuh dengan tangan kosong tapi Barra berkembang begitu cepat hingga sang kakek sendiri merasa Barra jauh melampaui ekpektasinya.

Semua yang di jalani Barra berada pada porsi dan tempat yang seharusnya. Tapi lagi-lagi benalu hadir dalam hidup Barra siapa lagi jika bukan ayah dan saudara tirinya yang terus mengincar harta dan tahta milik Barra.

Warisan sang ayah kandung adalah target utama mereka. Warisan itu berupa perusahaan yang kini bernama Bagaskara grup dan sebuah mall besar yang berada di kota sebelah. Mereka mengira semua kekayaan sang ayah jatuh pada sang ibu hingga dengan cara licik mereka memperdaya ibu kandung Barra yang berujung pada kematian yang merenggut nyawa ibu kandung Barra.

Tanpa mereka ketahui ayah kandung Barra mewarisi seluruh kekayaannya pada Barra dan itu berlaku sejak usia Barra tujuh tahun tepat saat kematian sang ibu dengan cara yang mengenaskan.

...****************...

...****************...

...****************...

Terpopuler

Comments

merry jen

merry jen

org klo udh haus hartaa gk pdlii mrkk msh pyn hbgnn dgn bara AP ngkk,pdhll yg ddk bara juga Kakek yy bukan ayah Tri y

2024-06-01

0

Tini Timmy

Tini Timmy

bara cukup berprestasi dan memang luar biasa...
semangat nulis kk/Smile/

2024-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!