Menjadi Istri Duda Anak Kembar
Pagi hari yang cerah, terdapat seorang gadis masih tertidur dengan nyaman dikasurnya.lalu masuklah seseorang kedalam kamarnya,orang itu berjalan dan membuka gorden, hingga silau nya matahari mengenai gadis yang tertidur tadi hingga ia merasa tidak nyaman.
"Hanna,sudah mama bilang untuk selalu bangun pagi.gimana caranya jika kamu menikah nanti masih tidur jam segini,nanti suami mu bisa lari karenanya"ujar mama
"ehm iya-iya"jawab Hanna tidak peduli
"kamu ini bukan mama naik darah aja,mama tunggu diruang makan.awas kalo kamu lama"
setelah kepergian mamanya,Hanna segera bangkit dari tidur nya,ia menuruti perkataan mamanya karena jika tidak dituruti maka mamanya akan mengomel satu jam lamanya.
"pagi yang cerah dan hari yang cerah"
"pagi mama,papa"sapa Hanna
"pagi sayang"balas papa
"makan serapan mu,lalu pergi lah bekerja"
Hanna yang sedang sarapan pun terkejut
"hah,bekerja?apa maksudnya itu?"tanya Hanna
"mama sudah memasukkan mu ke kantor anaknya teman papa,mama lakukan itu agar kamu punya kesibukan,bukan asik bermalas-malasan aja tiap hari"ujar mama
"mama mah,aku malas ma"
"nggak ada malas-malasan,kamu pokoknya harus masuk kerja hari ini titik "ujar mama dengan nada sedikit tinggi
"papa"panggil Hanna mencoba membujuk papanya namun papanya hanya menggeleng dan kembali membaca koran
Hanna memasuki gedung perkantoran yang megah. Ia tahu bahwa hari ini akan menjadi awal dari perjalanan barunya.
Saat Hanna tiba di lantai yang dituju, dia melihat seorang pria tampan dengan pakaian yang rapi sedang berjalan menuju ruangan yang terletak di ujung lorong. Tanpa ragu, Hanna mengikuti pria itu dan berharap bahwa dia adalah orang yang tepat untuk ditanyai tentang pekerjaan barunya.
Sesampainya di ruangan itu, Hanna melihat seorang pria yang sedang sibuk di meja kerjanya. Dia terlihat begitu fokus pada pekerjaannya. Hanna menghela nafas lega, dia yakin bahwa pria itu adalah CEO yang dia cari.
Hanna dengan hati-hati mendekati meja pria itu. "Permisi, apakah Anda Daren, CEO perusahaan ini?" tanya Hanna dengan penuh harap.
Pria itu mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Ya, saya Daren. Ada yang bisa saya bantu?" jawabnya dengan ramah.
Hanna merasa lega mendengar jawaban itu. "Saya Hanna, baru saja mulai bekerja di perusahaan ini hari ini. Saya sangat bersemangat untuk memulai karir saya di sini," kata Hanna dengan antusias.
Daren mengangguk mengerti. "Selamat datang, Hanna. Saya senang melihat semangatmu. Saya yakin kamu akan menjadi aset berharga bagi perusahaan ini. Ada yang bisa saya bantu untuk memulai?"
Hanna tersenyum. "Terima kasih, Pak Daren. Saya ingin belajar sebanyak mungkin dan memberikan yang terbaik dalam pekerjaan saya. Apakah Anda memiliki saran atau tips untuk saya?"
Daren mengambil waktu sejenak untuk berpikir. "Tentu saja, Hanna. Pertama, jangan takut untuk bertanya jika ada hal yang tidak kamu mengerti. Kami semua di sini untuk saling belajar dan tumbuh bersama. Kedua, berikan yang terbaik dalam setiap tugas yang diberikan padamu. Konsistensi dan dedikasi adalah kunci kesuksesan. Dan yang terakhir, jangan lupa untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Kedua hal tersebut sama-sama penting."
Hanna mendengarkan dengan seksama. Dia merasa terinspirasi oleh kata-kata Daren. "Terima kasih atas nasihatnya, Pak Daren. Saya akan mengingatnya dan berusaha sebaik mungkin."
Daren tersenyum bangga. "Saya yakin kamu akan berhasil, Hanna. Jika ada hal yang perlu kamu tanyakan atau bantuan yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk datang kepada saya. Saya di sini untuk membantumu."
Hanna merasa sangat beruntung bisa bekerja di bawah bimbingan Daren. Dia merasa semakin yakin bahwa dia telah memilih tempat yang tepat untuk memulai karirnya.
Hanna menutup laptopnya dengan perasaan lega. Hari ini telah menjadi hari yang panjang di kantor, dan dia sangat bersemangat untuk pulang dan bersantai di rumah. Dia mengambil tasnya dan meninggalkan kantor dengan langkah ringan.
Saat berjalan pulang, Hanna melihat seorang anak laki-laki yang duduk sendirian di trotoar. Anak itu tampak sedih dan kesepian. Hatinya terenyuh melihatnya dan dia memutuskan untuk mendekatinya.
"Hai, apa yang sedang kamu lakukan di sini sendirian?" tanya Hanna dengan lembut.
Anak itu menoleh ke arah Hanna dengan mata yang berkaca-kaca. "Saya sedang menunggu jemputan saya. Dia seharusnya menjemput saya, tapi dia terlambat," jawabnya dengan suara kecil.
Hanna merasa iba melihat anak itu. Dia duduk di sampingnya dan mengusap punggungnya dengan lembut. "Jangan khawatir, pasti ada alasan mengapa jemputan mu terlambat. Bagaimana kalau kamu bercerita padaku tentang dirimu? Nama saya Hanna."
Anak itu tersenyum kecil. "Nama saya Jayson. Saya berusia 10 tahun dan tinggal di dekat sini. Biasanya yang selalu menjemput saya tepat waktu, tapi hari ini dia terlambat."
Hanna mengangguk memahami. "Terkadang hal-hal tak terduga terjadi, Jayson. Mungkin dia terjebak dalam lalu lintas atau ada hal mendesak yang harus dia selesaikan. Apakah kamu ingin saya menemani kamu sampai jemputan mu datang?"
Jayson mengangguk dengan senyum kecil. "Terima kasih,kak Hanna. Saya senang bisa ditemani."
Hanna dan Jayson duduk bersama di trotoar, berbincang-bincang tentang sekolah, hobi, dan impian mereka. Jayson bercerita tentang keinginannya untuk menjadi seorang pemain sepak bola yang hebat, sementara Hanna mendukungnya dan memberinya semangat.
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil berhenti di depan mereka. Seorang laki-laki keluar dari mobil itu dan berlari mendekati Jayson. "Maafkan aku, Jayson. Ada keadaan darurat yang harus aku hadapi tadi. Apakah kamu baik-baik saja?" tanya laki-laki tersebut kepada Jayson dengan cemas.
Jayson mengangguk dan tersenyum. "Aku baik-baik saja,kak Hanna telah menemaniku."
laki-laki tersebut berterima kasih pada Hanna atas perhatiannya dan meminta maaf atas keterlambatannya. Hanna hanya tersenyum dan mengatakan bahwa tidak ada masalah.
Setelah Jayson pergi, Hanna melanjutkan perjalanannya pulang. Dia merasa hangat di hatinya karena telah bisa membuat Jayson merasa lebih baik.
Hanna membuka pintu rumahnya dengan hati yang riang. Setelah seharian bekerja, dia sangat berharap bisa bersantai di rumah. Namun, ketika dia masuk ke dalam, dia melihat kedua orangtuanya duduk di ruang tamu dengan wajah serius.
"Hanna, tolong duduk di sini," kata mama Hanna dengan suara lembut sambil menunjuk ke sofa di ruang tamu.
Hanna merasa sedikit cemas melihat ekspresi serius orangtuanya. Dia duduk di samping mereka dan menunggu dengan hati yang berdebar-debar.
" papa dan mama punya sesuatu yang ingin kami bicarakan denganmu, Hanna," kata papa Hanna dengan suara yang terdengar ragu.
Hanna menelan ludahnya dan menunggu orangtuanya melanjutkan.
"papa mendapat tawaran dari teman lama, Mr. Johnson. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang seumuran dengan mu. Mr. Johnson mengusulkan agar kita menjodohkan dengan anaknya," jelas mama Hanna dengan hati-hati.
Hanna terkejut mendengar hal itu. Dia tidak pernah membayangkan bahwa orangtuanya akan mempertimbangkan untuk menjodohkannya. Dia merasa kaget dan tidak tahu apa yang harus dia katakan.
"M-maafkan aku, tapi aku tidak ingin dijodohkan," kata Hanna dengan suara gemetar. "Aku ingin menentukan sendiri jalan hidupku dan menemukan cinta sejati."
Orangtuanya saling pandang, tampak kecewa dengan penolakan Hanna. Namun, mereka tetap bersikeras.
Hanna merasa terjepit antara keinginannya sendiri dan keinginan orangtuanya. Dia tahu bahwa orangtuanya hanya ingin kebahagiaannya, tetapi dia juga ingin memiliki kebebasan untuk memilih pasangan hidupnya sendiri.
"Dengan sangat terpaksa, aku akan mencoba menjalin hubungan dengan anak Mr. Johnson. Tapi aku ingin kamu berjanji, jika aku tidak merasa nyaman atau tidak ada cinta di antara kami, aku akan berhenti," kata Hanna dengan suara bergetar.
Orangtuanya tersenyum lega mendengar keputusan Hanna. Mereka mengerti bahwa ini bukanlah keputusan yang mudah baginya.
"Terima kasih, Hanna. Kami menghargai komitmenmu untuk mencoba. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu," kata mama Hanna dengan suara lembut.
Hanna mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketidakpastian. Dia berharap bahwa ini adalah keputusan yang tepat dan bahwa dia akan menemukan kebahagiaan sejati dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments