Tidak Akan Mengalah

Balkon lantai atas. Leo berdiri di balik dinding pembatas dan menjadikan sikut sebagai penopang badannya yang sedikit menunduk. Dia punya kebiasaan merokok, tapi telah digantikan oleh minuman dingin setelah Bianca pernah terbatuk-batuk di dekatnya. Pukul 20.11 ketika pria bertelanjang dada itu melirik hp di samping lengannya.

Angin yang sedikit kencang membelai kulit dan helaian hitamnya beterbangan. Bianca akan segera bangun, Leo berpikir. Dari tempatnya, Leo bisa melihat jalan raya, meski terpaut cukup jauh. Sepi dan gelap. Matanya memicing dikala muncul mobil yang melaju, lampu kendaraan itu membuat jalanan terlihat. Secarik senyuman menghiasi wajah Leo sementara sorot matanya menunjukan kekesalan. Dia berbalik dan meninggalkan balkon.

Bianca menggeliat tak nyaman begitu pula dengan alisnya mulai tertekuk. Kesadarannya kembali perlahan, dia meluruskan kaki dan meregangkan otot-otot tubuh yang kaku. Kemudian, matanya terbuka. Bianca diam, spontan mengamati langit-langit berbahan dasar kayu yang asing. Jelas ruangan itu bukan kamarnya.

Suara ombak menerpa memasuki indera pendengar dan harum bau laut pun sampai di bawah hidung. "Aku merasa mual ...," gumam Bianca sembari menggali memori-memori akan apa yang telah terjadi. Dia mengerjap mata beberapa kali sebelum akhirnya menyadari seseorang terbaring di sebelahnya.

Mata Bianca terbelalak dan jantungnya berhenti berdetak untuk sedetik. Pupilnya gemetaran menyusuri lengan di atas badannya dan bergerak menuju wajah sang empu. Wajah Leo yang tertidur membuat dadanya sesak seketika. Bianca siap berteriak, tapi mulut yang sudah terbuka malah sibuk mengambil pasokan oksigen. Pilihan Bianca hanya dua yaitu terus bernafas atau pingsan karena syok.

Seketika dunia terasa berhenti, ingatan akan apa yang terjadi berputar di dalam kepala Bianca dalam waktu dua detik. Dari di saat Bianca meninggalkan cafe, Leo membuatnya minum air dari mulutnya secara paksa dan kepanasan. Setelahnya Bianca tidak begitu ingat, entah bagaimana dia bisa tertidur pulas di samping Leo.

Leo menggeliat, menarik Bianca ke dalam dekapan. Tidak erat tapi sudah cukup untuk membuatnya kesulitan bernafas, seolah memiliki penyakit asma. Dikala suara Bianca siap keluar, namanya disebut seseorang. " Bianca..." Suara itu pelan dan tidak asing di telinga Bianca membuatnya buru-buru mendorong lengan Leo dan duduk untuk mencari sang pemilik suara.

Itu adalah kejutan dan kebinggungan kedua Bianca. " Gavin," panggilnya dengan syok luar biasa. Bianca buru-buru menarik selimut guna menutupi badan yang tidak ditutup sehelai benang pun. " Gavin, ini tidak seperti yang kau kira!" Bianca berniat menjelaskan, tapi kebinggungan membuat dia kesulitan merangkai kata-kata. Melihat Gavin mematung dan menatap menggunakan sorot mata syok membuatnya mati kutu.

"Aku meneleponmu tapi tidak kau angkat. Aku pikir sekarang aku tahu kenapa." Gavin hampir tidak bisa tetap berdiri. Lututnya seolah tak bertulang, hati dan pikirannya berantakkan melihat istrinya bersama pria lain. Lebih buruk, temannya dari semasa SMP. Suara Gavin mungkin terkesan tenang tapi tidak, dia kacau dan tidak bisa mempercayai matanya sendiri.

"Ini tidak seperti yang kau kira!" Bianca celingak-celinguk mencari pakaiannya tapi tidak bisa menemukannya di mana pun, malah tak sengaja melihat hpnya yang hilang di atas naskas samping ranjang. "Aku bersumpah hpku hilang saat aku kemari!"

Pembicaraan mereka membangunkan Leo, pria itu bereaksi tak kalah terkejut dari Bianca seolah-olah semua itu bukan rencananya. " Gavin, jangan salah paham!" Leo buru-buru menyibak selimut dan berdiri, Gavin hanya bisa menelan rasa terkejutnya melihat pria itu bertelanjang dada, hanya menggenakan celana santai bewarna abu-abu.

Leo buru-buru menghampiri Gavin dan Gavin yang tak bisa lagi berpikir langsung memberi bogem pada tepat pada pipi kirinya, sangat keras sampai berhasil menjatuhkannya. Leo meringis, menyentuh sudut bibir yang sobek dan menggeluarkan sedikit darah.

"Kau keparat!" Gavin murka. Dia menarik pundak Leo dan melayangkan lebih banyak pukulan. Sungguh Gavin tidak tahu apa yang lebih menyakitinya di antara istrinya tidur bersama pria lain atau sahabatnya tidur dengan istrinya. Tidak ada yang terdengar lebih baik.

"Hentikan, Gavin!" Bianca panik, lebih panik dikarenakan Leo tak melawan dan bersikap seolah tak berdaya. Dia biarkan Gavin memukulnya sepuas hati. "Hentikan!" Bianca membalut tubuhnya menggunakan selimut tebal tadi, buru-buru menarik Gavin agar menjauh dari atas Leo. Bianca bukan melindungi Leo, hanya tidak ingin Gavin terlibat kasus apa pun itu apalagi pembunuhan tak berencana.

Gavin mendorong Bianca dan menyebabkannya oleng, beruntung tidak jauh. Dia kembali pada Leo, melayangkan lebih banyak pukulan sampai buku-buku jarinya memerah.

"Hentikan, Gavin. Kau akan membunuhnya!" Bianca menarik baju Gavin, pada akhirnya berhasil menghentikannya meski harus ditepis kasar.

Gavin berbalik menghadap Bianca, matanya memerah dan dipenuhi liquid bening, tapi mulutnya tertawa keras. Hatinya hancur begitupula dengan akal sehatnya. "Aku pasti sangat bodoh sampai kau merasa seperti bisa menipu aku seperti ini." Dia mulai mengoceh, mengeluarkan apa yang ada di otaknya. "Ini yang ingin Leo bicarakan padaku? Karena itu kau melarangku menemuinya? Keparat, Bianca! Aku pasti sangat bodoh aku tidak pernah memikirkannya sedikitpun bahwa restoran atau villa atau apa pun ini adalah tempat pertemuan kalian!"

"Ini tidak seperti yang kau kira! Aku--"

"Aku tidak mau melihat wajahmu lagi, Bianca," sela Gavin. Dia melototi Leo sebelum berbalik pergi.

Bianca menarik lengannya guna menghentikan, tapi Gavin menutup telinganya. "Gavin! Tolong dengarkan aku." Bianca tidak diberi waktu untuk berbicara lebih banyak. Gavin terus menepis tangannya setiap kali dia pegang dan tidak mau berhenti berjalan. " Gavin!" Bianca tidak berani meninggalkan rumah, tidak bisa karena balutan selimut pada tubuhnya. Pada akhirnya Bianca hanya bisa menangis, frustasi. “Gavin!" jerit Bianca, tapi sang pemilik nama sudah menghilang di kegelapan. "Gavin ..."

"Berhenti melakukannya." Suara yang muncul dari belakang menyita perhatian Bianca, membuatnya menghapus air mata dan spontan berbalik. Tatapan Bianca setajam silet sampai-sampai menyakiti bola matanya sendiri. "Berhenti menyebut namanya." Kata-katanya membuat Bianca mengepalkan kedua tangan sangat erat. Dia menghampiri Leo dan memukul dadanya.

"Tega-teganya kau!" teriak Bianca. Bianca bahkan tidak mau tahu apa alasan Leo karena apa pun yang dia punya tidak akan menjadi berarti! Yang Bianca tahu adalah Leo telah bersikap kelewatan dan mempermainkan dirinya dan Gavin. "Kau ... orang yang aku kira baik dan seorang teman!" Bianca memukul sekuat tenaga tapi malah dirinya yang terdorong mundur. "Kau keparat, Leo!"

Leo hanya diam dan membiarkan Bianca meluapkan amarah sampai kemudian merasa letih. Alih-alih berhasil menyakiti Leo, tangan Bianca kebas.

"Mengapa kau melakukannya? Mengapa kau melakukannya!" Tenggorokan Bianca mulai seret dan sakit, pukulannya tidak lebih kuat dari dua menit lalu dan semakin memelan. "Kau gila! Kau benar-benar gila, Leo! Apa yang kau lakukan padaku?!"

Akhirnya Leo bereaksi dengan menangkap kedua tangan Bianca. Perempuan itu terus merontak sampai akhirnya tidak lagi memiliki sisa tenaga. "Kau ..." Bianca kelelahan hingga berbicara pun sulit, nafasnya mengalir terlalu kasar.

Leo meraih dagu Bianca untuk mempertemukan kontak mata, kemudian bertanya, "Kau ... ingat apa yang pernah aku katakan padamu hari itu?" Leo mengingat sangat baik kata-kata yang pernah dirinya lontarkan, kata-kata yang seolah abadi di dalam otaknya. "Aku tidak akan pernah memaafkan Gavin bila dia membuatmu menangis lagi."

"Aku akan memaksamu. Aku akan menyeretmu keluar dari rumahnya. Bahkan bila kau akan membenciku, aku tidak akan mengalah."

Terpopuler

Comments

Lutvi Mei Leny

Lutvi Mei Leny

lanjut Thor aku sukaaa bangettt

2024-06-06

0

Hiatus

Hiatus

ikut event dong cerita ini bagus banget

2024-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!