Siapa Pacarnya?

FLASHBACK

HARI INI ADALAH HARI BESAR, bagi Leo.

HARI INI AKAN MENJADI HARI PALING MENYENANGKAN DAN BAHAGIA, harapan Leo.

HARI INI AKAN MENJADI HARI TERBAIK, TERINDAH YANG TIDAK AKAN TERLUPAKAN, tujuan Leo.

Hari ini adalah hari ulang tahun Bianca.

Leo tidak punya kakak atau adik perempuan, dia tidak pernah dekat dengan perempuan sebelumnya dan menurut penelitian Leo, tidak ada perempuan yang tidak menyukai HARI ULANG TAHUN MENYENANGKAN DAN PENUH DENGAN KEJUTAN.

Rencana Leo sangat sederhana. Mereka, dirinya dan Gavin, tidak akan membuat pesta besar atau mengundang ribuan teman. Pesta kecil ini hanya akan terdiri dari mereka dan beberapa teman lainnya yang tentunya teman karib. Mereka akan mendekor ruang tamu, menyediakan kue tiga tingkat, kado, kembang api dan kejutan! Ah …, Leo bahkan bersedia membayar semua biaya yang diperlukan sekaligus mengerjakan semuanya sendiri demi menghindari alasan ini dan itu.

Leo menggebu-gebu menceritakan idenya, dia tidak bisa duduk dan terus melompat-lompat kecil sementara Gavin duduk di sana memainkan game hp, emosinya berbanding terbalik dari Leo, datar dan tidak peduli. Menyadari betapa tak tertarik Gavin membuat semangat Leo lenyap. Leo menurunkan tangan dan pundak yang terangkat terlalu tinggi pun ikut turun.

"Aku tidak bisa hal-hal seperti itu," eluh Gavin tanpa mengalihkan pandangan dari layar hp. "Bianca juga tidak suka kejutan. Dia tidak suka kado."

Itu adalah omong kosong terbesar yang pernah Leo dengar dalam hidupnya. Leo memang baru mengenal Bianca untuk beberapa bulan, tapi sekali lagi, TIDAK ADA YANG TIDAK SUKA KEJUTAN DAN KADO! Leo bisa terus mengulang-ulang kalimat itu sampai mulutnya berbuih. "Siapa yang berkata begitu? Bianca? Dirimu?" tanyanya, terdengar agak ketus. Padahal Gavin adalah pacar Bianca tapi malah Leo yang lebih bersemangat. Ini tidak terasa benar.

"Kami tidak pernah merayakan ulang tahun atau hari jadian. Semua hari sama saja. Kami bahkan tidak pernah bertukar kado,” terang Gavin seperlunya.

Leo melonggo, tidak percaya bagaimana bisa seseorang yang punya pacar mengatakan hal seperti itu apalagi ini tahun ketiga mereka pacaran! "Kau serius?" tanya Leo yang masih sulit mempercayai ungkapan Gavin.

"Hum," gumam Gavin, masih tanpa mengedarkan pandangan dari permainan hp. "Kalau kau tak percaya, tanyakan saja pada Bianca. Aku jamin dia akan berkata dia tidak suka kejutan karena itu menggelikan."

Leo melakukannya. Dia langsung menemui Bianca di cafe untuk bertanya secara langsung. Respon yang Leo dapatkan?

BIANCA MENANGIS!

Persis seperti dugaan Leo. Tidak mungkin perempuan tidak suka kejutan ataupun kado! Bianca sangat mengharapkan sesuatu di hari ulang tahunnya sampai-sampai air matanya mengalir di saat melontarkan isi hatinya.

"Aku mengatakan hal seperti itu karena Gavin bahkan tidak ingat kapan hari ulang tahunku atau kapan tanggal jadian kami." Bianca menjerit, cukup untuk menunjukkan betapa sakit hatinya yang ditahan-tahan selama tiga tahun berpacaran. "Aku takut anjing, tapi bila pacarku memberiku anjing paling jelek sedunia karena hanya itu yang sanggup dia dapatkan, aku akan menyimpannya di dalam kamarku dan hidup bahagia."

Hanya dengan Leo, Bianca bisa meluapkan isi hati secara gamblang. Karena Bianca percaya Leo bisa mengerti dirinya, bisa menjaga rahasia dan tidak akan mempermalukan atau membuatnya merasa telah bersikap berlebihan. Dengan alasan itu, Bianca berani menangis keras dan membiarkan air matanya terus mengalir.

"Tahun pertama hari jadian kami, aku marah karena dia tidak ingat. Tahun kedua, dia tidak mengucapkan apa pun bahkan salah ingat tanggal dan tahun ketiga terlewatkan begitu saja seolah hari itu tidak ada. Aku benar-benar menyerah. Aku bilang padanya aku ingin kejutan. Aku bilang aku akan senang bila aku mendapatkan kado apa pun itu bahkan sekedar bunga yang dia petik di tengah jalan, tapi dia hanya bereaksi kebinggungan kado apa yang harus dia beri dan kemudian melupakannya begitu saja. Karena dia seperti itu, aku pun tidak pernah lagi memberinya kejutan atau kado. Karena aku tidak ingin membuatnya merasa rendah dan dia malah berpikir aku menyukainya."

Lagi-lagi Bianca menangis. Ingin Leo menghapus air matanya, tapi tidak berani. Sebagai ganti, dia menyodorkan sekotak tisu yang ada di atas meja. "Kau … ingin aku bicara padanya?" tawar Leo, nada bicaranya hati-hati. "Mungkin bagaimana dengan … aku memberimu kado dan kejutan?"

Leo tersenyum penuh semangat, diam-diam menyelipkan tangan ke saku jaket kulit yang sedang dia kenakan. Leo menyentuh kotak kecil di dalam sana, tapi dihentikan oleh jawaban Bianca. "Tidak." Bianca menggelap air matanya dan terisak. "Pacarku sendiri tidak memberiku kado. Bagaimana bisa aku menerima kado orang lain dan bilang padanya aku mendapatkan ini dari orang lain?"

"Begitu …" Ekpresi wajah Leo berubah kecewa, tapi tidak Bianca perhatikan. Leo memasukkan kotak kecil itu kembali dan mengeluarkan tangannya dari bawah meja.

"Orangtuaku membelikanku kue setiap tahun. Gavin ke rumah dan memakan kue itu tanpa tahu kue apa itu. Dia bahkan tidak mau menghabiskan waktunya untuk bertanya. Jujur aku sakit hati, tapi aku bahkan tidak bisa berbicara padanya karena kami hanya akan berakhir bertengkar."

"Tidak bisakah … kau putus saja dengannya bila dia seperti itu?" Leo melontarkan kata-kata yang sangat menggangu dari otaknya. Seperti biasa, Bianca akan menjawab dengan gelangan kepala bahkan tanpa harus menimbang terlebih dahulu.

"Tidak. Meski aku sangat berharap pacarku pria romantis, itu bukan salahnya dia tidak seperti itu. Tidak memberiku kado bukan kesalahan, aku tidak marah atau sedih hanya karena itu. Gavin lelaki baik, aku tidak mau menyakiti hatinya."

Itu adalah hal yang selalu Bianca katakan setiap kali dia marah dan sedih karena Gavin. Dia bisa berbohong dengan berkata dia baik-baik saja, tapi matanya tidak bisa menipu. Leo melihat langsung bahwa Bianca kecewa dan mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekedar melewatkan ulang tahun tanpa melakukan apa pun.

Bianca mengembus nafas panjang sampai akhirnya bisa menenangkan diri. Dia berusaha menyakinkan diri dengan mengulang, "ulang tahun bukan perkara besar. Aku tidak menginginkan kado atau kejutan." Itu yang coba dia tanamkan ke dalam hati, tapi setetes air yang menetes dari sudut matanya sudah cukup menjelaskan bahwa dia kecewa.

"Kau … ingin pergi ke suatu tempat denganku?" ajak Leo tiba-tiba. Dia berencana menghibur Bianca dengan mengajaknya ke suatu tempat yang indah tapi seperti biasa, Bianca akan memberinya gelengan kepala.

"Aku hanya mau pergi dengan Gavin."

Jawaban yang sudah muak Leo terima dan sialnya, tidak pernah sekalipun berubah. "Hanya sekali?" katanya, berusaha membujuk. "Ini tidak seperti kita akan pergi berselingkuh atau sejenisnya."

"Tidak." Lagi-lagi Bianca menolak, tanpa harus mengedipkan mata atau menghabiskan waktu berpikir.

"Aku akan menelepon Gavin dan meminta izinnya?"

"Ini bukan soal izin darinya!" Lagi-lagi Bianca terisak, alisnya menekuk tajam menunjukkan kesedihan. "Jika kau menelepon dia, dia tidak akan ragu meminta kita untuk pergi karena kau adalah teman baiknya dan dia percaya padamu tapi aku yang akan sakit hati karena tidak bisakah dia cemburu bahkan ketika yang bersamaku adalah teman baiknya? Aku merasa tidak dipedulikan! Aku mengerti maksudnya tidak seperti itu, karena dia mempercayai kita berdua tapi sekali saja. Satu kali saja, aku ingin dia cemburu dan menunjukkan bahwa dia takut kehilanganku!”

“Hanya itu yang aku inginkan.”

FLASHBACK END

Terpopuler

Comments

Hiatus

Hiatus

sama q juga pecinta second lead

2024-06-05

0

Mưa buồn

Mưa buồn

Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.

2024-05-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!