Orange—7
00:08 ————————————— • ——————01:06
⏭ ▶ ⏮
“Ada tiga larangan, pertama: jangan telat masuk kantor. Kedua: jangan pernah terluka. Ketiga: pikirkan sendiri.” —Yukijima Athanoe.
Ketika kau menjadi pionku ...
♣♪
Hashira menatap ke arah gadis di depan nya dengan tatapan bertanya-tanya. Pasalnya dia gadis yang merawat (baca: Perawatan sadis) Noe.
Gadis yang di tatap tersenyum tipis, “Namaku Tarasama Rasa, kau bisa memanggilku seperti Noe-Chan ... Panggil saja aku Sama.”
Hashira hanya mengangguk paham, sedangkan Noe yang berbaring di tempat tidur pasien hanya tersenyum pasrah setelah mendapatkan perawatan. Ia tidak mau terluka lagi.
Di ruangan itu juga ada beberapa orang yang mungkin belum Hashira kenal. Akami yang duduk di samping tempat tidur Noe menghela nafas pelan.
“Dasar gadis ceroboh, jika seperti ini, apa yang harus ku katakan pada Sachou?” ucapnya lelah.
Noe hanya nyengir, “Mampus ...” bisiknya.
Bisikan setan itu membuat Akami mendelik pada Noe. Ceritanya Akami adalah orang yang di percaya untuk melihat pergerakan Noe, anggap saja Noe itu abnormal, banyak tingkah.
“Tapi, untuk saja Noe-Chan tidak mati. Benar, kan?” celetuk Hiro membuat Noe terdiam.
Bayangan tentang kematian melintas sejenak di pikiran Noe, namun ia mengalihkan nya.
Noe memasang raut wajah membanggakan diri, “Nyawaku itu unlimited~”
Yang berada di sana semua terkekeh, kecuali Akami yang hanya mendengus kesal. Lalu salah satu gadis berambut blonde dengan iris mata coklat menatap ke arah Hashira.
“Oh, ya, beberapa dari kami belum memperkenalkan diri, ya?” ucapnya pada Hashira.
“Namaku Yoriku Judy, kau bisa memanggilku Yori!” lanjutnya riang—Yoriku Judy.
Hashira mengangguk pelan, “Namae wa Hashira Gumi desu,”
“Aku! Namae wa Yoriku Romino! Kakaknya Judy. Karena ada dua Yoriku kau bisa memanggilku dengan nama depanku.” ucap salah satu laki-laki dengan rambut blonde dan iris mata berwarna hijau.
Hashira kembali mengangguk, “Baiklah, Romino-San ...”
Noe tersenyum melihat keakraban mereka yang semakin meningkat, “Sebenarnya ada satu anggota lagi, tapi dia masih berada di Amerika ...”
Hashira menatapnya bingung dan ingin bertanya, namun ia mengurungkan niatnya. Setelah sesi perkenalan itu pintu ruangan perawatan terbuka, menampilkan seorang laki-laki tampan berusia 39 tahun—Yukijima Inoue.
Semua yang di sana menatap ke arah pintu, “Selamat malam Sachou,” ucap mereka serempak kecuali Hashira dan Noe.
“Ya, selamat malam.” ucapnya dengan nada datar seperti biasa. “Di mana Noe? Katanya dia terluka? Aku sudah bilang padanya agar tidak sampai terluka. Tapi, karena dia melanggar janji aku mau menghukumnya—” lanjutnya namun terpotong karena atensi semua orang menatap ke ranjang pasien yang—
Kosong.
Seorang gadis bersurai hitam pendek terikat setengah itu berjalan dengan riang. Ia bersenandung kecil setelah pelarian nya berhasil.
“Tidak sia-sia aku belajar melarikan diri dari jendela.” gumam Noe senang.
Waktu itu belum terlalu malam, jadi masih banyak orang-orang yang lewat. Noe senang kesibukkan setelah lelah bekerja, yaitu bermain dan berjalan-jalan. Saking banyaknya stan makanan, Noe bingung memilih jajanan.
Noe akhirnya berhenti di suatu Cafe dan masuk ke dalam. Dia berencana membeli kopi cappucino dan kue stroberi yang ia dambakan. Catat ini: Noe suka makanan manis. Namun tidak sebanyak 'Maniak manisan' yang sedang pergi ke Amerika.
Noe memesan lalu menunggu pesanan nya, sampai ponsel nya bergetar menandakan ada notifikasi. Ia melihat pesan yang masuk, ternyata dari Ayahnya tercinta.
[Sedang di mana? Pulang, aku akan menghukummu.]
Noe tersenyum tipis dan sedikit terkikik, walau umurnya sudah bertambah dia masih seperti anak kecil.
Jari nya mengetik pada ponsel, lalu mengirim ketikan nya, [Tidak, aku akan menginap di hotel~]
Sementara itu ...
Yukijima yang memeriksa pesan sang anak terdiam, lalu menahan kesalnya. Meremas ponsel itu hingga pecah.
Ia hanya tidak ingin anaknya terjadi apa-apa, apalagi anaknya itu incaran pada preman. Duit punya Noe itu tebal.
“Dasar anak itu ... Lihat saja, akan ku hukum nanti ...” gumamnya.
***
Noe sudah selesai membayar pesanan nya. Dia berjalan pulang dengan tenang. Membawa sekotak kue di tangan kiri dan sambil minum kopinya. Rasa hangat menjalar di tenggorokan nya. Malam ini cukup dingin, untung saja Noe memakai baju tebal.
Noe bersenandung pelan, menikmati malam hari saat ini.
“Tangkap dia!”
Suara teriakan itu membuat Noe berhenti, matanya yang nyalang tajam menatap ke belakang. Ada pencuri yang berlari dan akan melewati nya. Noe tersenyum tipis, lalu sedikit membiarkan celah agar pencuri itu melewatinya.
Gedebuk!?8
Setelah Noe menginjak kaki sang pencuri dan membuat pencuri itu terjatuh. Noe menginjak tangan sang pencuri saat pencuri itu mau berdiri.
“Mencuri? Sepertinya tangan mu terlalu banyak, ku bantu kurangi satu, ya?” ucapnya dingin.
Lalu ia melirik tas yang pencuri bawa dan mengambil tas itu. Noe melihat seorang pria berjalan menghampirinya dengan tenang. Rambut hitam lelaki itu sedikit bergerak terbawa angin lembut dan mata violetnya yang tajam menatap ke arah Noe.
Noe membelalakkan matanya, 'Bukankah seharusnya dia berada di season dua pada buku? Kenapa muncul di sini?' batinnya bingung.
Namun ia menetralkan kembali wajahnya menjadi tenang saat lelaki itu sudah di hadapan nya.
“Sebenarnya kau tidak perlu membantu, aku bisa melakukan nya sendiri.” ucap lelaki itu. “Tapi karena kau sudah melakukan nya, kembalikan tas itu.” lanjutnya.
Tanda kekesalan tercetak di pelipis Noe. Satu kata untuk bocah lelaki ini, sombong dan arogan, apalagi nada datar nya itu menyebalkan. Dengan kesal Noe mengembalikan tas itu, tidak mempedulikan pencuri yang sudah lari terbirit-birit.
“Siapa namamu?” tanya nya sambil mengambil tas dari Noe.
Noe hanya menatap datar ke arahnya, “Yukijima Athanoe.”
“Oh, salam kenal Yukijima-San, namae wa Tachibana Kita.”
Noe mengangkat salah satu alisnya, “Little Wolf? ...”
Tachibana terdiam lalu mengangguk pelan, “Ya, kau benar.” ucapnya. “Ah, aku punya urusan, aku harus pergi ...” lanjutnya.
Tachibana berjalan pergi, meninggalkan Noe yang masih menatap kepergian nya. Lalu Noe sedikit menundukkan kepala dan berpikir.
'Harusnya dia muncul di season dua, kenapa sekarang dia muncul? Semoga saja tidak terjadi apapun.' batin nya.
Lalu ia menatap kembali punggung Tachibana yang mulai menjauh, 'Di masa depan kau adalah—
—Musuhku.'
***
Noe kembali berjalan, melewati sebuah taman kota yang sudah gelap karena malam hari. Namun, saat ia melewati rumah yang sepertinya hancur karena pengeboman menghentikan langkahnya.
'Hm, cepat sekali sudah sampai chapter ini.' batinnya.
Ia menangkap sebuah siluet dua laki-laki dan satu perempuan yang ia kenal. Yoriku twins dan Hashira berada di sana. Dengan santai ia melangkahkan kaki menuju ke arah mereka, mereka seperti sedang menyelidiki.
“Sedang apa kalian?” sebenarnya Noe sudah tahu, hanya basa-basi.
Yoriku twins dan Hashira menoleh ke belakang dan melihat Noe yang menatap mereka dengan santai.
Romino tersenyum tipis, “Kami sedang menyelidiki kasus pengeboman yang di sengaja dan firasatku sudah di rencanakan.”
Noe memiringkan kepala bingung, “Kenapa Hashira-San ikut?”
“Ini sebagai tes pertama nya, dia mau masuk ke dalan SevenSix.” jawab Yori.
Noe hanya mengangguk, dia sudah tahu itu. Akami yang merekomendasikan nya pada Yukijima dan Hashira setuju mau masuk organisasi, ia berniat mengubah dirinya.
“Apakah sudah tahu identitas sang korban?” tanya Noe.
Yori menggeleng pelan, “Wajah korban tidak bisa di kenali, tapi polisi mencoba menyimpulkan identitas korban ...”
Noe hanya mengangguk paham, lalu dia melirik Hashira yang sepertinya gugup. Benar, ini tes pertamanya, bahkan Noe tahu setelah ini akan ada hal buruk menimpa bocah lelaki ini.
Sampai salah satu polisi menghampiri mereka, “Hasilnya sudah keluar.”
Yoriku twins dan Hashira melihat hasil identitas korban, kecuali Noe. Ia hanya memalingkan muka, tidak ingin melihat kesedihan orang lain.
Hashira membelalakkan mata saat melihat hasil. Meremas kuat kertas lalu melepas genggaman pada kertas itu. Ia berlari sambil meneteskan air mata. Romino dan Yori terdiam lalu menatap ke arah Noe bertanya apa yang sedang terjadi.
Sedangkan Noe menatap ke arah mereka dengan senyum tipis, “Biarkan saja, dia butuh ketenangan.”
.
.
.
.
Hashira duduk di bangku sendirian. Berada di bawah lampu jalan taman kota. Tangisnya berhenti, karena rasa sakit di hatinya lebih besar. Mengepalkan tangan kuat, menahan semua beban di tubuhnya.
'Otou-San ... Okaa-San ... Kenapa kalian menjadi korban dari pengeboman ini?' batin nya.
Kedua orang tuanya memang membuang nya, tapi rasa sayangnya tidak hilang. Ia ingat siapa yang merawat nya saat kecil hingga besar. Ia menyeka air mata di pipi dan pelupuk matanya.
“Ternyata masih ada anaknya? Merepotkan ...” celetuk seseorang, membuat Hashira meningkatkan kewaspadaan.
Seorang lelaki dengan surai hitam dan beberapa helai berwarna mint keluar dari kegelapan. Iris mata biru mint nya yang tajam, menatap Hashira dingin. Hashira berdiri dari duduknya.
“Kau pelaku nya ... Kau yang mengebom rumah itu? Kenapa?” tanya Hashira dengan pelan.
Lelaki itu mendengus pelan, “Kau tau? Ayahmu itu mencuri senjata organisasi kami dan menjualnya.” ucapnya.
“Karena hanya tinggal kau, bagaimana jika kau menyusul orang tuamu?” lanjutnya, membuat Hashira terkejut.
Lelaki itu menyeringai kecil, “Bleid: Kehendak Bayangan, tangan bayangan.”
Sebuah tangan panjang yang terbuat dari bayangan muncul di bawah kaki lelaki itu dan tangan itu bergerak cepat ke arah Hashira. Hashira menutup matanya, ia sudah pasrah dengan semuanya.
“Dasar Bego—”
!?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments