Bling-Bang-Bang-Born—Creepy Nuts
00:08 ————————————— • ——————01:06
⏭ ▶ ⏮
“Ketika kau mengabaikan kehangatan dan kehangatan itu menghilang dengan sendiri nya. Tahap terakhir adalah: KEHILANGAN.” —Yukijima Athanoe.
♠♪
Mereka berempat sudah sampai di sebuah gedung bekas pengebomam. Jujur saja, mereka lega akhirnya cepat sampai. Di dalam mobil terasa canggung, karena Noe bertanya seperti itu dan Hashira masih tidak mengerti. Mereka akhirnya hening dan melupakan kejadian itu.
Kaca gedung semuanya pecah dan tempat itu terbekas hangus. Mereka berhenti berjalan saat sudah sampai di lantai tiga.
Noe menatap sekelilingnya, “Jadi ini tempat pengebomam yang di bicarakan? Katanya pengebomam itu adalah bunuh diri seorang bos Mafia ...”
“Ya, kau benar, ini tempatnya.” jawab Akami.
Hashira yang mendengar percakapan itu tertegun, “Ah, jadi ini tempat bunuh dirinya salah satu bos mafia yang di bicarakan? Aku tidak sadar jika ini tempatnya ...”
Noe menatap ke arah Hashira. Hashira yang di tatap sedikit gugup, pasalnya Noe menatapnya serius. Setelah itu Noe menghela nafas pelan. Seharusnya dia tidak bertanya seperti itu di mobil, lihat, Hashira jadi sedikit gugup dengan nya.
Noe mendengus kesal lalu berjalan kembali menyusuri lorong, “Firasatku tidak enak, aku akan berkeliling dulu agar aman,”
Akami dan Hiro hanya mengangguk, sedangkan Hashira sedikit cemas dengan Noe. Membiarkan nya sendirian? Itulah yang di pikirkan Hashira. Ia tau, Noe itu pasti Dektektif hebat, namun jika terjadi sesuatu apakah tidak apa-apa?
Hashira menatap ke arah Hiro, “Apa Noe-San tidak apa-apa di biarkan sendiri?”
“Tidak apa-apa, kau tau? Dia Dektektif yang hebat. Bisa mendengarkan suara walau suara itu sangat jauh ...” jawab Hiro sambil terkekeh.
Hashira yang mendengar itu tertegun kagum. Noe adalah wanita hebat, pikirnya. Tanpa ia sadari, hatinya berdesir hangat penuh dengan kekaguman. Ia seperti ingin mengetahui Noe lebih lanjut.
Akami membenarkan letak kacamatanya, “Tetap saja, dia itu seorang Rub—”
“—Jangan menggosip di depan orangnya dong, Akami-San.” potong suara seorang wanita dari belakang mereka.
HUAAAAAA!?
Akami dan Hashira yang di sana kaget dan langsung melihat ke belakang ...
“KYAAAAA!” Baiklah, yang ini berbeda.
Hiro berteriak dengan cempreng lalu memeluk lengan Akami dengan erat. Noe hampir lupa, Hiro penakut.
Noe mengerutkan kening dan terkekeh geli, “Awww~ suara apa itu?~”
Akami yang di peluk lengan nya memunculkan tanda kemarahan di pelipisnya. Telinganya hampir saja pecah oleh suara Hiro.
Akami mendengus kesal, “Sayangnya, aku tidak suka sesama jenis— Hmm—”
Gedebuk!?
Akami mendorong Hiro hingga Hiro terjatuh dengan kepala yang tersangkut di lubang yang ada pada lantai. Akami lanjut berjalan di ikuti Noe dan Hashira, tidak memedulikan Hiro yang mengerang.
Hashira menatap aneh Noe dan Akami yang terlihat biasa saja, seperti tidak terjadi apapun.
'Bagaimana mereka bisa menjadi Partner?' batinnya.
“Ano ... Sumimasen, apakah tidak apa-apa membiarkan Hiro-San?” tanya Hashira khawatir.
Noe menatap ke arahnya, “Tenang saja, nyawa Hiro itu unlimited.”
Hashira cengo dan hanya mengangguk pelan, ia hanya bisa mengikuti. Mereka bertiga sampai di suatu ruangan yang banyak sekali alat membuat bom. Noe dan Akami mulai serius saat melihat-lihat ruangan itu.
Ruangan itu tampak paling bersih dari ruangan-ruangan lain, jadi? Ada orang yang tinggal di sini. Noe yang tahu jalan ceritanya hanya mengikuti alur. Ia tidak ingin mengubah alur, biarkan dia bersenang-senang sedikit.
“Woahh! Ruangan yang bagus!” suara seseorang mengalihkan atensi mereka bertiga.
Hiro masuk ke dalam ruangan, membuat Akami jengkel kembali. Ia sudah lelah dengan partner nya, bisa saja dia ketularan begonya.
Noe mendengus geli, “Benar, kan? Unlimited ...” gumamnya.
Hashira hanya terkekeh canggung dan Hiro berlanjut mengganggu Akami berakhir dengan benjolan di kepalanya.
“Lebih baik kita fokus pada penyelidikan dan membawa kembali orang-orang yang di culik.” ucap Noe.
Hiro menatap ke arah Noe dengan semangat, padahal tadi pundung di pojokan, “Noe-Chan~ tau tidak? Katanya jika kau berhasil menyelesaikan penyelidikan ini Sachou akan memberikan mu sekotak coklat.”
Noe yang mendengar itu telinganya terangkat dan menatap Hiro berbinar, “Benarkah! Sungguh?”
Hiro tersenyum, membiarkan Noe menatapnya dengan tatapan seperti itu. Senyum khasnya yang menyebalkan ia perlihatkan. Hashira hanya tersenyum maklum, ia sudah menebak akhirnya.
“Bohong deng,” celetuk Hiro.
Tanda kemarahan tercetak jelas di pelipis Noe, lalu tangan nya mencekik Hiro sambil menggoyangkan nya.
“Sialan!? Mati saja sana!? SampahHiro!?” teriak Noe sambil masih setia mencekik Hiro.
Akami menggelengkan kepala pelan, pusing dengan yang di depan nya. Sedangkan Hashira hanya diam.
'Hiro-San, semoga kau tenang di alam sana.' batinnya dengan latar blink-blink.
Pip!
Sebuah suara membuat mereka yang di sana terdiam. Noe melepas cekikan nya dan beralih ke leptop yang berbunyi. Di sana tertera sebuah tulisan bahwa bom di lantai empat akan meledak dalam 40 detik lagi. Tangan Noe gencar menekan-nekan tombol pada leptop, mungkin leptop itu terhubung pada bom dan hasilnya sia-sia.
Akami, Hiro, dan Hashira hanya bisa menunggu sampai melihat Noe menggeleng pelan pertanda leptop itu tidak terhubung pada bom.
“Ke lantai empat, sekarang!” ucap Akami yang membuat semua orang di sana berlari ke lantai empat melalui tangga.
40 detik ...
Noe dan lainnya sampai di lantai empat. Semua ruangan yang mereka lewati di buka untuk menemukan sang bom.
30 detik ...
Noe dan yang lainnya sampai di ruangan terakhir. Pintu itu di dobrak oleh Hiro dan matanya membulat sempurna. Ada anak yang berdiri di balkon ruangan itu namun tubuhnya terdapat bom.
20 detik ...
Akami yang panik terus mencari tombol pada bom itu, “Sial! Di mana tombolnya! Tinggal 20 detik lagi! Bom ini berdaya tahan tinggi, jika meledak tempat ini akan hancur!”
Anak kecil itu sudah menangis histeris, “To-tolong aku ...”
“Kami akan menolongmu!” tegas Noe yang juga ikut membantu Akami.
10 detik ...
Hashira terdiam di tempatnya, ia melihat itu semua. Pekerjaan yang bisa meregang nyawa, namun murni kebaikan di saat yang bersamaan. Di sanalah pikiran Hashira mulai hancur. Ia melihat seseorang kehilangan nyawanya di depan nya lagi. Seorang anak kecil yang tidak berdosa.
'Kenapa aku harus melihat ini? Bukankah harusnya aku tidak ikut mereka?' batin nya.
Tangan nya gemetar dan dengan sendirinya ia melepas paksa bom dari badan anak itu. Ia menjatuhkan diri dari balkon dan memeluk bom itu.
Hashira tersenyum tipis dengan air mata menetes, “Dengan begini, akan selamat, kan?”
Tubuhnya terjatuh ke bawah sambil memeluk bom itu. Matanya tertutup dan seakan tuli, ia membiarkan suara teriakan yang memanggil namanya.
'Aku tidak ingin melihat seseorang kehilangan nyawa nya di depan ku ...'
5 detik ...
“Bego! Bolol: Bodoh and Tolol!” tegas sebuah suara yang ada di hadapan nya.
Hashira membuka mata, ia terkejut melihat Noe yang akan terjatuh bersama nya. Noe mengambil bom yang berada di pelukan Hashira, lalu melemparnya sejauh mungkin. Noe memeluk tubuh rapuh Hashira erat, Hashira kembali menutup matanya. bom itu meledak. Bersamaan dengan itu, tubuh mereka terjatuh.
'Tidak sakit ...' batin Hashira lalu dia membuka matanya.
“Bego ...” suara parau Noe.
Darah merembes keluar dari badan dan kepala Noe. Hashira tidak membentur tanah, kini ia di atas Noe. Sebagai gantinya, Noe yang membentur tanah.
“Harusnya kau tidak melakukan itu, jangan korbankan dirimu, kau masih ingin hidup, kan?” tanya Noe pelan.
Hashira meneteskan air mata, “Gomen ... Gomenne ...”
“Jangan meminta maaf bego, kau tidak salah. Kau hanya ingin menyelamatkan orang, kan?” ucap Noe sambil tersenyum tipis.
“Kau ... Orang yang baik, Noe ...”
Noe tersenyum tipis, ia senang mendengar itu. Kalian harus tau, rasanya di cap orang baik. Tapi, Noe tidak mengakui perkataan Hashira. Benar, dia tidak sepenuhnya baik.
Noe mendengar suara dua partner nya memanggil namanya, tapi sayang sekali ia harus menutup mata dan melupakan rasa sakit ini. Setidaknya dia tidak—
MATI.
.
.
.
.
.
“Ara~ lihatlah Noe-Chan, lukamu sangat indah~” gadis itu tersenyum tipis, menatap Noe yang tidak sadarkan diri dengan luka di tubuhnya. lalu gadis itu mengambil pisau kecil pada laci.
Gadis itu menatap ke arah Hiro dan Akami, “Apakah boleh?”
Hiro mengangguk pelan, “Ya ...”
“Senang sekali bisa merasakan tubuh indah Noe-Chan ...” lanjut gadis itu.
.
.
.
Noe yang merasakan sakit di tubuhnya terbangun, dia belum di obati. Ia menatap sekeliling ruangan, itu adalah ruangan perawatan. Walau gelap, tapi ingat bahwa penglihatan nya tajam.
Ia menatap tubuhnya yang terikat di ranjang pasien. Ia memberontak ingin keluar, tapi lampu sedikit menyala dengan remang-remang. Seorang gadis berambut biru dengan pita di rambutnya dan matanya berwarna merah cantik.
“Noe-Chan, kau sangat rindu di rawat olehku, ya? Sampai-sampai kau harus terluka lagi~” ucap gadis itu yang berjalan ke arah Noe sambil membuka sedikit demi sedikit baju Noe yang berlumur darah.
Noe yang sudah tahu apa yang akan terjadi, akhirnya memberontak, “Tidak! Seseorang tolong! Huaaa! Aku tidak akan terluka lagi!”
“Yukijima Athanoe-Chan, kau hanya perlu menikmatinya~” ucap gadis itu sambil mengangkat pisau kecil miliknya.
.
.
.
Hashira, Akami, dan Hiro yang menunggu di depan ruang rawat hanya khawatir—hanya Hashira.
Hashira menatap ke arah Hiro, “Apa Noe-San akan baik-baik saja?”
“Ya, dia sedang dalam perawatan ...” jawab Hiro dengan senyum tipis.
AAAAAAAAAAKH!?
Ah~♥
Hashira yang mendengar suara Noe dari dalam ruangan perawatan hanya bisa merinding.
'Apa itu yang di sebut perawatan?'
♦♪
... Aku sangat senang~♥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments