Chapter 1: Untuk dirimu sendiri (1)

Shinunoga E-waa—FujiKaze

00:08 ————————————— • ——————01:06

⏭ ▶ ⏮

“Manusia baik, pasti akan melakukan kebaikan tanpa ia sadari, entah cepat atau lambat.” —Yukijima Athanoe.

Saat kau berkata 'Kau orang yang baik' ...

♦♪

??? POV

Aku tidak tahu harus bagaimana, aku kelaparan. Sudah tiga hari aku tidak makan, huhu, perutku keroncongan. Pinggir sungai menjadi saksi bisuku. Aku di usir dari rumah, entah apa kesalahanku.

'Kau anak yang tidak berguna!'

'Cepat pergi sana!'

'Kalau kau seperti ini, di masa depan kau mau jadi seperti apa?'

“Urusai!?”

“URUSAI!?”

“URUSAI YO!?”

Gubrak!?

Aku sudah tidak tahan lagi, kepalaku pusing dan perutku sakit. Kata-kata kedua orang tuaku masih terus menghantui kepalaku. Aku tidak mengerti apapun, sungguh.

Aku hanya bisa tergeletak di pinggir sungai ini. Aku harap akan ada yang mau membantuku. Setidaknya memberiku minum, atau sedikit makanan?

“Hey, Nak. Sedang apa kau tiduran di sini?” terdengar suara seorang laki-laki yang asing di telingaku.

Suaranya tegas dan aku mencoba mendongak untuk melihatnya. Penglihatanku sedikit memburam, aku tidak bisa melihatnya.

Gadis berambut pendek itu terus berjalan menelusuri jalanan Yokohama yang terlihat ramai. Yukijima Athanoe, ia melangkahkan kakinya menuju tempat pertemuan nya dengan partnernya.

Matanya menyapu bersih semua yang di lihatnya. Banyak stan makanan, namun jika ia terlambat, partner perfeksionis nya pasti akan mengamuk. Sudah 28 tahun setelah ia bertemu Yukijima Inoue. Banyak yang terjadi, sama seperti di buku yang ia baca.

Ia juga bergabung ke Organisasi Dektektif SevenSix buatan Yukijima, bahkan ia menjadi anggota pertama. Seharusnya bukan dia, di cerita aslinya harusnya 'Dektektif maniak manisan' lah yang menjadi anggota pertama.

Kakinya berhenti di depan rumah makan tradisional Jepang, ia mengangkat sebelah alisnya.

“Sama seperti di buku.” gumamnya pelan.

Noe memasuki rumah makan itu, lalu matanya melihat sekeliling. Sampai dia melihat sosok laki-laki berambut blonde dan memakai kacamata. Mata lelaki itu seperti menatap malas lelaki berambut perak yang makan di depan nya dengan lahap.

Noe berjalan ke arah mereka berdua, “Di sini kau rupanya, Akami-Kun,”

Kedua orang itu menatap ke arah Noe, laki-laki berambut perak yang sedang memakan makanannya memiringkan kepala bingung. Sedangkan Laki-laki memakai kacamata dengan manik biru langitnya—Haruka Akami. Menatap Noe dengan pandangan kesalnya.

“Kau lama sekali Noe-San! Kau tahu, Fuji hilang lagi, entah di mana dia sekarang. Kau lihat sekarang? Aku harus memberi makan bocah yang kelaparan! Harusnya aku menyelesaikan kasus pada jam 11 siang. Tapi? Ini sudah lewat jam 11!?” ceramah Akami yang membuat Noe menatapnya malas.

Noe lalu duduk di sebelah Akami yang terlihat kosong, “Jangan terus mengoceh Akami-Kun, kau membuatku malu.”

Ah, yang benar saja, semua orang di rumah makan itu menatap ke arah mereka. Bukan, ke arah Akami yang mengoceh.

Akami menghela nafas pelan, “Baiklah, karena kau di sini, aku sedikit lega.”

Noe tidak menggubris Akami, ia beralih menatap ke arah laki-laki bersurai perak dengan manik madu. Laki-laki itu masih sibuk menepuk perutnya yang membuncit karena makan terlalu banyak.

Itu dia, sang tokoh utama dalam buku. Noe menatap ke arah piring yang menumpuk seperti gunung di meja mereka.

'Kuat sekali dia memakan sebanyak ini ...'

“Siapa namamu?” tanya Noe sambil menatap laki-laki itu.

laki-laki itu langsung membenarkan postur duduknya dan menatap Noe, “Ah, Namae wa Hashira Gumi desu. Salam kenal ...” —Hashira Gumi.

“Ah, salam kenal Hashira-San, Namae wa Yukijima Athanoe desu. Panggil saja Noe ...” ucap Noe dengan senyum tipisnya.

Hashira sedikit terkejut dengan ucapan Noe, “Langsung nama depan? Etto ...”

“Iie, Daijobou ... Yukijima ada dua ...”

Hashira memiringkan kepala bingung dengan penuturan Noe, tapi ia hanya menganggukan kepala saja.

Akami yang diam memperhatikan hanya memasang wajah sebal, “Harusnya aku tidak membantunya agar tepat waktu.” gerutunya.

Noe hanya tersenyum, “Kau pasti belum mengenalnya, kan? Namanya Haruka Akami.” ucapnya memperkenalkan Akami.

“Ah, ya, salam kenal Haru—”

“Akami, panggil aku Akami.” ucap Akami memotong ucapan Hashira. “Aku tidak suka di panggil marga.” lanjutnya.

Noe hanya terkekeh kecil, “Maaf, ya? Dia memang seperti itu. Turuti saja kemauan nya.” ucap Noe.

“Daijobou, Noe-San. Aku juga berterimakasih pada Akami-San karena telah mentraktirku makan.” ucap Hashira dengan pipi sedikit bersemu merah.

Noe hanya tersenyum dan mengangguk pelan sebagai jawaban. Ia hanya sudah tau itu. Orang yang menyelamatkan Hashira di pinggir sungai adalah Akami.

Akami yang mendengar terimakasih Hashira hanya mendecih pelan. Noe tersenyum canggung, karena ia tahu Akami masih marah. Panggil Akami si maniak perfeksionis sekarang.

***

Noe, Hashira, dan Akami sedang berjalan-jalan. Ah, bukan, mencari partner mereka yang hilang. Bocah satu itu memang suka menghilang. Terkadang mampir ke toko permen atau buku, setelah itu lupa jalan pulang. Satu detik saja mengalihkan tatapan, bocah itu pasti menghilang seketika.

Terkadang Noe heran, entah terbuat dari apa kaki bocah itu.

Kenapa Hashira ikut mencari? Akami punya ide akan mencarikan Hashira pekerjaan setelah kasus ini selesai. Maka dari itu Hashira di bawa. Daripada Hashira luntang-luntung tidak punya uang.

Noe menatap sekelilingnya, sampai dia melihat laki-laki yang tingginya sedikit lebih pendek darinya, bersurai pink dengan mata zamrud indah sedang mengantri di stan es krim. Katakanlah Noe itu tipe cewek yang tinggi, bahkan tingginya hanya sedikit lebih pendek dari Akami.

Noe menepuk bahu Akami, membuat sang empu menoleh padannya. Tatapan Akami seperti mengatakan: ada apa?

Noe hanya menunjuk ke arah laki-laki bersurai pink itu. Tanda kemarahan tercetak di pelipis Akami. Noe mundur agar tidak ikut terkena getah kemarahan Akami. Hashira hanya menatap mereka bingung.

“Oi! Di sana kau rupanya kampret!?” teriak Akami berjalan ke arah Laki-laki bersurai pink itu, di ikuti Noe dan Hashira.

Si surai pink menoleh dengan senyuman jahilnya, “Oh, Akami-Kun! Woah, sugoii! Bahkan ada Noe-Chan juga!”

Ctak!💢

Tanda kemarahan tercetak di pelipis Noe dan tatapan nya menatap kesal si surai Pink, “Haaah!?”

Bletak!?

“Sugoii apaan! Kau membuat kami mencarimu, sialan! Gara-gara kau juga aku tidak bisa menyelesaikan kasus nya di jam 11!” oceh Akami setelah memukul laki-laki itu dengan kencang.

“Akh— tapi, luar biasa kalian bisa menemukanku.” ucap laki-laki itu sambil meringis dan tersenyum tanpa dosa.

Noe dan Akami yang tidak tahan dengan pria ini mencekik lehernya dan menggoyangkan nya, “Luar biasa apa, dasar sialan! Pergi saja sana!” teriak Noe dan Akami bersamaan.

“Nanti— kalian— tidak bisa— melihat wajah— tampan ku, loh— akh— hey—” ucap si surai pink dengan terbata-bata karena di cekik dan di goyangkan ke depan dan ke belakang.

“Najis!?” teriak Noe dan Akami lagi.

Hashira hanya menatap bingung mereka dengan senyum canggung. Tentu saja, mereka menjadi bahan tontonan sekarang. Noe jadi tertular virus gila dari keduanya. Seperti kucing, anjing, dan tikus.

Mereka berempat sekarang berada di mobil milik Organisasi. Seperti yang di bilang, Hashira juga ikut.

“Namae wa Hiro Ashimura, salam kenal!” ucap Hiro pada Hashira dengan senyuman khasnya yang menyebalkan//bagi Noe dan Akami.

Hashira tersenyum tipis, “Namae wa Hashira Gumi desu.”

“Nah, Hashira-Kun, kenapa kau ikut bersama kami menangani kasus?” tanya laki-laki itu—Hiro Ashimura.

Noe yang berada di sebelah kursi pengemudi melirik Hiro sinis.

'-Kun? Sok akrab sekali dia.' batinnya malas.

Akami yang berada di kursi pengemudi hanya menghela nafas, “Dia di usir oleh keluarga nya, dia ikut karena setelah kasus ini berakhir aku akan mencarikan dia pekerjaan.”

“Woah! Sugoii! Kalau begitu, masukkan dia ke dalam Organisasi saja Akami-Kun!” ucap Hiro dengan latar bunga-bunga.

Akami yang sudah lelah dengan tingkahnya, langsung melilitkan sabuk pengaman ke sekujur tubuh Hiro, jadilah dia di ikat seperti mumi. Hanya menyisakan kedua matanya saja.

Noe menahan tawa saat melihat teman nya, “Baiklah tuan mumi, diam saja, oke?” tanya Noe bergurau.

“Mmhn—” ucap Hiro tertahan karena mulutnya tertambal sabuk pengaman sambil mencoba membuka ikatan sabuk itu.

Akami kembali duduk tenang, lalu mengemudi mobil menuju ke tempat yang di tuju. Noe juga kembali duduk dengan tenang, pikiran nya mulai ia gunakan karena ini sudah masuk ke dalam Chapter satu dalam bukunya karena tokoh utama sudah berada di sini.

'Sudah sampai di Chapter ini, pengeboman. Harusnya aku bisa menghentikan nya.' batin nya.

“Etto, tentang kasus ini ... Maksudku, kasus apa yang kalian hadapi?” tanya Hashira sedikit gugup.

“Penculikan.” jawab Noe singkat.

Akami melirik sedikit ke arah Hashira yang ada di belakangnya, “Tentang penculikan yang baru-baru ini. Sudah ada enam korban yang hilang. Kami sedang menuju ke lokasi tempat si pelaku.” ucap nya panjang × lebar.

“Ah, begitu,”

Semuapun hening sampai Noe angkat bicara, “Apa kau punya Bleid Hashira-San?”

Semua atensi menatap ke arahnya, terutama Hashira yang namanya di panggil. Hashira menatap Noe bingung, dari tatapan nya: apa itu Bleid?

“Kau tahu, Bleid: kekuatan yang hanya di miliki orang-orang tertentu. Apa kau pernah mendengar tentang Organisasi SevenSix?” tanya Noe lagi.

Hashira tertegun, “Organisasi yang tunduk pada pemerintah? Jangan bilang, kalian adalah anggotanya.”

“Ya, tapi bukan hanya itu, Organisasi SevenSix di isi orang-orang yang memiliki Bleid. Seperti kami, kami bukan Dektektif biasa—

—jadi? Kau punya Bleid?”

Semua orang di sana, diam.

Episodes
Episodes

Updated 35 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!