Keras kepala.

Sang asisten dan pengawal pribadi itu tampak mengatur jadwal pertemuan Gavin dengan beberapa orang penting.

Ya, Gavin Batavia si kaya raya itu adalah orang paling sibuk. Walau yang dilakukan lelaki itu hanya makan siang atau malam kemudian bercakap-cakap ringan dengan orang-orang yang harus dia temui. Meski begitu, setiap pertemuan bernilai uang.

Gavin Batavia adalah contoh orang yang tidak pernah tahu jumlah uang dalam setiap rekening yang dia miliki karena jumlahnya tak berhenti dan bertambah sebanyak apapun lelaki itu belanjakan uang-uang itu.

Gavin menunda pertemuannya dengan seseorang karena tiba-tiba asistennya mendapat kabar dari salah satu orang yang di minta untuk memata-matai wanita yang beberapa bulan terakhir dekat dengan Gia, mobil yang membawa Gavin akhirnya berbelok arah, tujuan Gavin satu, menyingkirkan seseorang yang berpotensi menghalangi kebahagiaan sang adik.

Tapi setelah bertemu, pria kaya raya itu malah kocar-kacir memikirkan perasaannya sendiri yang tiba-tiba galau. Bukan karena masalah besar ataupun pekerjaan. Ini hanya menyangkut satu perempuan.

"Maaf, bisakah anda pergi, saya sudah berjanji akan melepaskan ikatan yang terasa menyakitkan ini, apakah boleh saya meminta waktu istirahat sejenak?" Andara menuturkan disertai isak yang berusaha wanita itu redam.

Gavin Batavia menelan ludah dengan kasar.

Wanita didepannya tak menunjukkan kemarahan, meski jelas-jelas Gavin sudah menginjak harga dirinya. Wanita itu justru meminta dengan sopan, malah terdengar seperti sebuah permohonan.

Begitu Gavin pergi dari rumahnya. Perempuan itu terpejam, dengan setitik air mata yang masih menetes. Andara ingin tidur, untuk meredam kepedihan hatinya.

Saat seperti ini Andara semakin merindukan Andrian. Setiap kali sakit Andara akan bermanja-manja pada suaminya dengan sengaja meminta laki-laki itu pulang lebih awal dari kantor karena ingin ditemani di kamar. Andara merasa tak apa se-sekali Andrian yang sibuk pulang lebih awal hanya saat istrinya sakit, yang bisa dihitung dengan jari selama 8 tahun.

Meski ia sudah memutuskan akan berpisah, Andara tidak bisa memungkiri pada dirinya sendiri bahwa dia masih menginginkan laki-laki itu. Sayangnya, Andara menginginkan Andri hanya untuknya seorang, dia tidak bisa berbagi dengan perempuan lain. Terlebih suaminya sudah menikahi wanita itu.

Ingatan Andara terseret pada kenangan masa lalu, perkataan ayahnya kembali ia dengar seperti kaset rusak yang membuat telinganya sakit. Namun, Andara menyesal karena tidak mau mendengarkan.

"Andara kamu tidak akan pernah paham. Saat ini kamu mencintai lelaki itu, menyukainya seperti tidak ada laki-laki lain. Tapi perlahan saat kekecewaan dan kegagalan, bahkan penghinaan yang kamu terima. Kamu akan mati rasa. Ara. Kamu mungkin akan membencinya, saat itu kamu akan membenci dirimu sendiri juga. Ayah hanya ingin kamu menyadarinya lebih awal. Suatu saat, kamu akan berpikir. Andai saja aku membiarkan segala yang terjadi dengan laki-laki itu cuma kenangan masa muda, tanpa melangkah lebih jauh, segalanya itu akan tetap menjadi kenangan indah tanpa ada racun yang akan menghancurkan kalian berdua."

Isak Andara berubah jadi raungan. Tuhan, apa yang dikatakan ayahnya 8 tahun lalu menjadi kenyataan. Andara tak dapat menahan perasaannya. Ia sendirian, tanpa dukungan siapapun, Ibu maupun mertua, Andara hanya ditemani penyesalan, saat ini, kesedihan satu-satunya keluarga bagi Andara.

...****************...

"Kamu kelihatan seperti orang bingung, kenapa?"

Gia mendongak, karena galau dia tidak sadar akan kehadiran laki-laki yang sudah membuatnya kecewa.

Bibir Gia mencabik kesal, menunjukkan pada sang suami jika saat ini dia tengah merajuk.

Lelaki itu menarik napas dalam-dalam, sebelum mulai membujuk istri mudanya.

"Sejak awal sudah ku katakan, kamu bisa meminta waktuku kapanpun, asal tidak saat aku bersama dengan istri pertamaku." suara itu sangat jelas dan penuh penekanan.

Wajah Gia tidak berubah, masih kesal. Sebab ini untuk pertama kalinya ia memohon dengan sangat pada sang suami, karena sebuah acara juga tidak bisa asal di tentukan, atau menunggu saat jadwal lelaki itu menghabiskan waktu bersamanya bukan?

"Gi.." tangan Gia ditarik lembut, kecupan manis mendarat di punggung tangannya.

Perlakuan manis sang suami selalu bisa meluluhkan hati Gia. Benar kata orang, cinta itu buta dan tuli, begitu yang Gia rasakan saat ini.

"Mengapa baru menemui ku setelah 4 hari, Mas?"

"Kamu sudah tahu jawabnya kan, Gi,"

Tahu! Gia sangat tahu, tapi tidak bisakah lelaki itu sebentar saja, barang sejenak dihari pertama datang melihatnya, tidak tahukah lelaki itu Gia rindu.

"Gavin dan ayah, kecewa padamu, Mas."

Sayangnya laki-laki itu lebih baik mengecewakan dua orang bahkan 100 orang sekalipun, daripada harus mengecewakan istri pertamanya.

Tapi tidak harus kan, laki-laki itu mengumbarnya, pasti istrinya yang lain akan merasa sakit dan kecewa.

"Ah, Aku galau tau nggak sih Mas! Nggak kamu nggak sahabatku. Kenapa begini.. Kenapa juga sih nomornya pakai acara nggak aktif?" gerutu Gia disela percakapannya dengan sang suami.

"Siapa?" tanya lelaki itu pada istrinya.

"Mba Ara,"

"O," lelaki itu membulatkan bibir, tahu istrinya tengah membicarakan soal seseorang yang kata Gia sahabat karibnya.

Lelaki yang tidak lain adalah Andri itu membuka kancing kemejanya, berniat membersihkan diri dulu sebelum bercengkrama dengan Gia, tapi ponselnya lebih dulu berdering.

"Apa? Sa-saya segera kesana." Andri kelihatan panik, menarik perhatian Gia.

Ponsel segera diletakkan oleh Andri, buru-buru mengancingkan kembali kancing kemejanya. Hal itu membuat Gia bingung dan gegas mendekat.

"Mas..."

"Gi, aku pergi dulu, istri pertamaku mengalami kecelakaan." Andri mengambil smartphone miliknya dan hendak melangkah dengan terburu-buru, tapi suara Gia membuatnya menghentikan langkah.

"Jangan lupa ini waktu kamu untuk bersamaku, Mas."

Andri memutar tumit.

"Ini urgent." ucap lelaki itu, tidak mengerti dengan sikap Gia.

"Aku nggak perduli!" ujar Gia. "aku akan mengadu pada ibumu jika mas mengabaikan ku seperti ini."

"Aku tidak mengabaikan mu, tapi istri ku saat ini sedang membutuhkan kehadiranku."

"Aku juga istrimu, Mas."

Andri tidak percaya, akan menghadapi situasi seperti ini. Andri benar-benar khawatir dengan Andara, tapi kini Gia justru menghalanginya.

Gia menangis meluapkan segala kekecewaannya, tidak hanya untuk hari ini, tapi juga saat Andri tidak bisa menemaninya di pesta keluarga yang telah lalu.

"Aku akan meminta kakakku menemui istri pertamamu jika mas tetap nekad pergi."

Adik dari Gavin Batavia itu tidak hanya mengancam akan mengadu pada ibunya saja, tapi mulai menggunakan kekuasaannya untuk menekan Andri.

"Gi, aku nggak ngerti dengan sikapmu ini!" Andri tampak kecewa.

...****************...

"Sial" Gavin mengumpat kesal karena lalu lintas begitu padat, mobil yang membawanya melaju sangat lambat, bahkan beberapa menit tak jalan sama sekali.

Gavin menggerutu pada pengemudi dan tanya jalan alternatif, dia benar-benar bisa terlambat jika terus terjebak dalam situasi ini.

"Putar balik ke perumahan tadi tuan, ada jalan tikus di sana." melihat sang atasan tak mengerti, pria pengemudi itu menjelaskan. "Jalan gang yang biasa dipakai saat keadaan darurat."

"Lakukan!" satu instruksi Gavin, dilaksanakan oleh pengemudi.

Saat menemukan putaran, mereka putar arah dan kembali pada jalan yang sudah mereka lalui sebelumnya. Tapi bedanya sekarang agak ramai, ada ibu-ibu yang berbaris seperti antri sembako, mata pria kaya raya itu berkedip pelan, mengapa jadi ramai.

Badan Gavin terayun ke depan saat pengemudi tiba-tiba menginjak rem, hampir Gavin mengumpat jika saja tidak melihat orang-orang yang menghadang mobil yang ia tumpangi.

Lebih terkejut lagi saat ada ibu-ibu yang mengetuk kaca jendelanya.

"Tolong.. Ambulance sangat lama, ada wanita yang mengalami kecelakaan mobil dan saat ini tengah tak sadarkan diri."

"Tidak bisa!" tolak Gavin tegas. Seharusnya tadi dia bawa pengawal jika tau situasinya seperti ini.

Gavin memaksa pengemudi menutup kaca jendela mobil, mobil yang membawanya melewati mobil yang terlihat menabrak bangunan rumah, dari kerusakan yang dilihat, bisa jadi pengemudi mobil itu luka parah. Tapi apa pedulinya?

Tak jauh dari mobil itu ada kerumunan yang sepertinya sedang membantu si korban, Gavin tampak acuh, tapi matanya yang awas menangkap familiar baju yang dikenakan korban.

"Berhenti!"

####

Author masih bingung, lanjut disini nggak ya, cerita ini.

please, beri saran.

Happy reading...

Terpopuler

Comments

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

lanjut kk maaf baru lanjut bacaa mngkijnkah nnti gavin jd pngganti andri
ketika punya istri lebih2 memang harus adil kn andri siapkn saja kmbarau klo giti pusingkan ktnya cinta andara nyatanya jg mrayu gia jg

2024-06-03

1

Rangga Wijaya

Rangga Wijaya

payah Andri ini, Ara sudah tinggalkan segalanya, dia diam-diam baikan sama keluarga nya, egois nggak sih. lepasin aja Andara, dia berhak bahagia

2024-05-18

0

Siti Dede

Siti Dede

Lanjut disini dooong

2024-05-17

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Penyesalan
2 Sepenggal kenangan
3 Kemelut hati.
4 Disalahkan.
5 Keras kepala.
6 Dalam kegelisahan.
7 Operasi
8 Ketahuan.
9 Permintaan Andara.
10 Keputusan Andara
11 Bertemu lagi
12 Masih orang yang sama.
13 Pulang
14 Keluarga.
15 Diusir.
16 Bertemu
17 Tak sesuai harapan.
18 Keputusan akhir.
19 Surat cerai.
20 Tangis Andara
21 Berdamai
22 Akhir sebuah kisah.
23 Gia menyerah
24 Takut.
25 Menyadari.
26 Kesempatan.
27 Sakit
28 Kedatangan Andara.
29 Tinggal bersama.
30 Kemarahan Gavin
31 Kecewanya Gavin
32 Iba
33 Bertemu Gavin.
34 Rumit
35 Interogasi.
36 Duka
37 Ketulusan.
38 Gia frustasi
39 Prahara.
40 Badai itu nyata
41 Gavin
42 Gavin.
43 Gavin
44 Andara
45 Andara.
46 Gavin dan Andara
47 Andara dan Gavin.
48 Andara.
49 Rasa asing
50 Gugup
51 Cinta lain
52 Bersama.
53 Sebuah keputusan.
54 Jebakan.
55 Memahami
56 Gavin
57 Bocor.
58 Farazt Ambelo
59 ciuman
60 Telat pulang
61 Sepakat.
62 Ngenes
63 Kurang tepat.
64 Karena cinta
65 Percikan cinta
66 Tujuan hidup
67 Mas Gavin i love you
68 Ketakutan Dewa yang menjadi kenyataan
69 Tidak ingin menyerah.
70 Kesetaraan.
71 Peran suami istri
72 Luapan kebahagiaan
73 Warna di antara kebahagiaan
74 Waktu yang terasa lebih lama
75 Koma
76 Kelembutan yang meluluhkan
77 Mencoba memaafkan
78 Jalan menuju bahagia
79 Akhir duka
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Episode 1 Penyesalan
2
Sepenggal kenangan
3
Kemelut hati.
4
Disalahkan.
5
Keras kepala.
6
Dalam kegelisahan.
7
Operasi
8
Ketahuan.
9
Permintaan Andara.
10
Keputusan Andara
11
Bertemu lagi
12
Masih orang yang sama.
13
Pulang
14
Keluarga.
15
Diusir.
16
Bertemu
17
Tak sesuai harapan.
18
Keputusan akhir.
19
Surat cerai.
20
Tangis Andara
21
Berdamai
22
Akhir sebuah kisah.
23
Gia menyerah
24
Takut.
25
Menyadari.
26
Kesempatan.
27
Sakit
28
Kedatangan Andara.
29
Tinggal bersama.
30
Kemarahan Gavin
31
Kecewanya Gavin
32
Iba
33
Bertemu Gavin.
34
Rumit
35
Interogasi.
36
Duka
37
Ketulusan.
38
Gia frustasi
39
Prahara.
40
Badai itu nyata
41
Gavin
42
Gavin.
43
Gavin
44
Andara
45
Andara.
46
Gavin dan Andara
47
Andara dan Gavin.
48
Andara.
49
Rasa asing
50
Gugup
51
Cinta lain
52
Bersama.
53
Sebuah keputusan.
54
Jebakan.
55
Memahami
56
Gavin
57
Bocor.
58
Farazt Ambelo
59
ciuman
60
Telat pulang
61
Sepakat.
62
Ngenes
63
Kurang tepat.
64
Karena cinta
65
Percikan cinta
66
Tujuan hidup
67
Mas Gavin i love you
68
Ketakutan Dewa yang menjadi kenyataan
69
Tidak ingin menyerah.
70
Kesetaraan.
71
Peran suami istri
72
Luapan kebahagiaan
73
Warna di antara kebahagiaan
74
Waktu yang terasa lebih lama
75
Koma
76
Kelembutan yang meluluhkan
77
Mencoba memaafkan
78
Jalan menuju bahagia
79
Akhir duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!