Seseorang berdiri di depan pintu ruangan tempat Nana bekerja dan memperhatikan mereka sedang berbicara satu sama lain, padahal sekarang sudah jam kerja. Tapi ke dua orang itu malah tak peduli dan asyik bersanda gurau.
Hmm. Atasan Nana kemudian berdehem membuat orang yang lagi asik bercengkrama itu menoleh ke arah suara. Pak Gunawan kemudian menatap tajam bawahannya itu, sementara yang ditatap malah terlihat acuh.
"Saya bayar kalian itu untuk bekerja disini bukan malah bergosip." Ujar pak Gunawan dengan ciri khas suara yang berat dengan menatap tajam mereka berdua.
"Ayo bekerja jangan malah bergosip, !" Ucapnya kemudian, setelah mengatakan itu Pak Gunawan pergi dari ruangan itu. Setelah kepergian Pak Gunawan, mereka melanjutkan pekerjaannya kembali.
Dilain tempat seorang pria dewasa sedang duduk manis di kursi kerjanya, dia sedang fokus melihat desain rumah impiannya dan calon istrinya. Saking fokusnya, dia tak mendengar sahabat baiknya itu masuk kedalam ruangannya.
"Woy, fokus banget sih kerjanya, emang lagi ngapain?" Ucap sang sahabat Sambil melirik laptop sahabatnya itu. Sementara yang dilirik malah terlihat acuh dan tidak memperdulikannya bahkan malah mengusirnya.
"Kamu ngapain kesini, aku lagi sibuk sebaiknya kamu keluar," Usir nya dengan dingin, dan seketika Keri pura-pura sibuk bekerja Agar orang itu segera pergi dari hadapannya. Dia tak sanggup berbicara lebih lama lagi dengannya.
Seseorang yang bernama Riyan itu merasa di acuhkan oleh Keri makanya dia terpaksa keluar dari ruangan kerja Keri dengan kekecewaan yang mendalam. Tapi sebelum itu dia memberikan undangan terlebih dahulu kemudian pergi dari hadapan Keri.
"Ini undangan pernikahan aku sama Nadia, jangan lupa datang yah!" Ucapnya kepada Keri. kemudian dia menaruh undangan itu diatas meja kerja Keri setelah itu berlalu dari hadapannya.
"Maafkan aku Keri, aku melakukan ini juga karena ketidak mampuanku." Lirihnya, kemudian menutup pintu ruangan Keri dan segera pergi dengan terburu-buru.
Setelah kepergian Riyan, Keri menegakkan tubuhnya kemudian mengusap wajahnya dengan kasar dan menghembuskan nafasnya dengan berat. Fikiran dan hatinya begitu lelah, apa yang dia upayakan selama ini gagal total tanpa tersisa. Dia seperti dikuliti oleh sahabatnya sendiri. Orang yang selama ini dipercaya menjaga pujaan hatinya diluar negeri ternyata menikung nya dari belakang.
"Ya Tuhan mengapa sakit sekali, apa yang harus ku lakukan! Apa aku datang saja dipernikahan mereka? tapi apa aku sanggup melihatnya bersanding dipelaminan bersama sahabatku sendiri. Mengapa harus seperti ini." Lirihnya dengan sendu, kemudian menghela nafas panjang dan menekan dadanya yang terasa sesak. Keri kemudian mengambil undangan itu dan meremas nya dan membuangnya ditempat sampah tanpa melihatnya.
Flasback.
"Keri aku pengen banget deh punya rumah dengan halaman indah seperti ini, ini menjadi impianku dari dulu, apa kamu mau membuatkan rumah seperti ini untukku." Tanya Nadia dengan melihat di area sekeliling rumah itu. Dia dari dulu sangat menyukai bermacam-macam jenis bunga, makanya dia ingin mempunyai rumah yang halamannya luas agar dia bisa menanam semua bunga kesukaannya.
"Kamu suka dengan rumah seperti ini?"
"Dulu aku bermimpi mempunyai rumah indah sederhana seperti ini, walaupun tidak bertingkat tapi yang penting nyaman, apalagi orang yang membuatkan rumah adalah Arsitek handal sepertimu. Pasti aku sangat bahagia."
"Baiklah aku akan membuatkan rumah seperti ini untukmu bahkan lebih bagus dari ini tapi setelah kamu pulang dari luar negeri. Aku janji rumah itu akan jadi dan kita akan tempati bersama dengan anak-anak kita kelak." Jawab keri dengan yakin sambil mengelus rambut panjang Nadia dan tersenyum hangat kepadanya.
Nadia yang mendengarnya hanya tersenyum tanpa membalas ucapan Keri, tapi kemudian Nadia memeluk Keri dengan erat dengan menyalurkan segala rasa yang bergejolak didalam hatinya. "Maaf jika kelak aku mengecewakanmu, tapi aku mohon jangan membenciku." Gumannya yang hanya didengar olehnya. Sementara Keri membalas pelukan Nadia karena ini pertama kalinya mereka pelukan dan sepertinya sangat sesak yang di rasakan oleh Keri, tapi dia tak tau apa artinya.
Setelah dua tahun berlalu, tak ada kabar sedikitpun dari Nadia sampai dia pulang ke tanah Air dan tiba-tiba saja Nadia mengatakan akan menikah dengan seseorang. Padahal Keri sudah menyiapkan semuanya, Cincin pernikahan bahkan rumah yang sudah dia janjikan untuk Nadia kala itu sudah jadi. Tinggal mereka tempati saja, tapi harapannya pupus seketika.
Karena terlalu lama termenung akan masa lalunya yang tak berkesudahan sehingga Keri tak menyadari waktu sudah sore, saat nya dia pulang kerumah, tapi telebih dahulu dia harus menjemput adiknya itu. Keri kemudian berjalan keluar ruangannya dengan terburu-buru karena adik tersayangnya pasti akan berpidato panjang lebar seperti tadi pagi jika dia sampai telat.
Keri menaiki mobil yang sudah dibelinya dua tahun lalu, dia membeli mobil ini sebenarnya untuk Nadia, dia ingin memberikan Nadia mahar berupa mobil Innova dan rumah impian Nadia, tapi itu hanya angan-angannya saja karena malah sahabatnya yang akan bersanding dengan pujaan hatinya.
Karena tak ingin berlarut larut menikmati masa sakit hatinya, Keri mencoba fokus mengemudi dengan memaksakan tersenyum, dia tak ingin mengingat Nadia saat ini apalagi dia akan bertemu dengan Nana yang pasti akan menghabiskan energinya.
Setelah sampai di depan kantor, Keri kemudian menghubungi Nana. "Halo Nana kamu keluar sekarang Abang udah di depan kantor kamu! buruan jangan kelamaan." Ujarnya yang langsung menutup ponselnya. Dia tak membiarkan Nana untuk berbicara, apalagi perasaanya saat ini sedang kacau.
Tak lama Nana datang bersama sahabat baiknya yaitu Renata, mereka berdua berjalan menghampiri Keri. "Kenapa lama banget sih datangnya, aku udah dari tadi nungguin, sampai lumutan tau nunggunya, Dasar Bang ke. " Ujarnya dengan mendelik tajam ke arah abangnya itu.
Keri yang mendengar itu hanya diam saja, hari ini dia lagi malas untuk berdebat dengan adiknya itu. Nana yang melihat Abangnya diam saja kemudian melanjutkan perkataannya.
"Bang ke lagi sariawan, ko dari tadi diam terus, bau mulut yah makanya ngak mau ngomong."
"Nana ayo masuk jangan ngoceh terus, Nanti keburu kemaleman" Jawab Keri dengan membuka pintu mobil untuk adiknya itu.
Nana yang ingin masuk tiba-tiba terhenti langkahnya, dia jadi lupa jika tadi Renata bersamanya dan ternyata ada dibelakangnya. Karena kesal dia jadi melupakan teman baiknya.
"Ayo Ba...ret, bareng aja sama aku sama Bang...ke! " Kemudian menarik tangan Renata untuk duduk didekatnya. Tapi tangannya malah ditahan oleh Renata.
"Nga usah aku udah pesen ojek tadi, kamu duluan aja." Jawab Renata yang ternyata tak ingin ikut bersama mereka.
"Tapi Ba...ret, ini udah mau malem lo, sebaiknya kamu ikut aja yah." Nana tak tega meninggalkan sahabatnya sendiri di depan kantor sendirian apa lagi sudah mulai gelap.
"Ini udah dijalan ko Nana tukang ojeknya, palingan bentar lagi sampai. Udah gih masuk, itu Bang Keri kayanya udah kecapean, Buruan masuk." Ucapnya dengan mendorong Nana masuk mobil kemudian menutup pintu mobilnya.
"Ya udah kalau gitu kita duluan yah Ba...ret." Ucapnya pada Renata kemudian Nana melihat Keri. "Ayo bang jalan." Ucap Nana kemudian, sebelum itu dia berdada ria kepada sahabatnya itu.
"Kapan Bang Keri melihat ke arahku, apa aku nga pantes buat Abang." Lirih Renata, setelah mobil yang dikemudikan oleh Keri berlalu dari hadapannya. Tak lama ojek yang ditunggu Renata akhirnya datang juga, Renata kemudian naik ke ojek langgananya itu
Karena Bang Keri diam dari tadi, makanya Nana memilih untuk diam juga, dia merasa Abangnya saat ini ada masalah. Tapi ternyata Mulut Nana tak bisa mingkem terlalu lama, akhirnya dia membuka suara juga.
"Bang...ke, kenapa sih kalau sama Ba...ret, Bang...ke dingin gitu padahal dulu kalian satu tempat kuliah walau Ba...ret Juniornya Abang."
"Nga ko, perasaan kamu aja kali, Oya! kamu jangan panggil dia Ba...ret Nana, dia lebih tua dari kamu, ngak sopan tau kalau kamu panggil Ba...ret."
"Siapa Juga yang manggil Baret, aku panggilnya Mbak Ret! Bang...ke tuh yang salah dengar, makanya kupingnya dikorek sama jangan kebanyakan makan kemiri makanya jadi budek." Jawab Nana Acuh. Keri yang mendengar jawaban adiknya hanya menghela nafas berat.
"Emang dia yang manggilnya baret, bukan Mbak...Ret kenapa malah aku yang disalahin dan malah dibilang budek. Gumamnya membatin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
☆White Cygnus☆
kasih bunga dulu.
2024-06-11
1
☆White Cygnus☆
beliin listrin.
2024-06-11
1
☆White Cygnus☆
ya begitulah wanita. pernah di baperin ama cewek yang punya tunangan. pas tau dia udah punya cowok n bentar lagi lamaran. auto ngejauh gw, udah gak bener.
2024-06-11
1