Alea masuk kembali ke ruang inap dimana mamanya masih di rawat untuk pemulihan. Di sana sudah ada Kakek Will yang sedang duduk mengobrol dengan Papanya.
Alea pun menyajikan beberapa makanan dan minuman yang sempat ia beli, tadi di kantin saat bertemu dengan Rey.
"Alea sayang, sini duduklah," ujar Papa Deri. Alea pun menurut.
"Lea, ada yang ingin Kakek bicarakan denganmu," ucap Kakek Will dengan serius.
"Apa Kek?"
"Em... apa kamu sudah mempunyai pasangan? atau pacar?" tanya Kakek.
Alea tertegun, anatara ingin menjawab jujur atau berbohong. Kalau jujur pasti akan menjurus ke perjodohan lagi. Kalau ia berbohong mempunyai pacar, ia sendiri bingung, emang ada yang mau pacaran dengannya? Pikirnya.
Akhirnya Alea pun menggelengkan kepalanya pelan. Menandakan bahwa ia belum mempunyai pasangan atau semacam pacar.
Raut wajah Kakek William pun berubah 180°, yang asalnya serius kini terlihat lebih sumringah. Memancarkan aura-aura kebahagiaan.
"Baguslah, ada cucu Kakek yang ingin berkenalan denganmu," ucap Kakek William. Membuat kening Alea berkerut penasaran.
"Siapa?"
"Cucu Kakek."
"Maksudnya cucu Kakek namanya siapa?" tanya Alea kembali.
"Nanti sepuluh harian lagi Kakek kenalkan sama kamu ya," ujar Kakek Will tersenyum. Begitu pun dengan Papa Deri yang ikut tersenyum.
"Aih... siapa juga yang mau bertemu dengan cucunya. Aku kan hanya bertanya namanya saja!" batin Alea.
***
Selesai jam makan siang, Alea kembali ke meja kerjanya. Namun perhatiannya kini tertuju ke sebuah paper bag, yang entah itu milik siapa namun sudah ada di mejanya.
"Paper bag siapa ini?" tanya Alea kepada semua anggota team kerjanya, sambil mengacungkan paper bag itu di tangannya. Namun semua orang tidak ada yang mengakuinya.
"Al, coba buka aja," ujar Yaya yang ikut penasaran dengan isi di dalam paper bag itu.
"Tapi ini kan bukan punya aku," jawab Alea.
"Udah sini, aku yang buka." Seketika Yaya mengambil alih paper bag itu dari tangan Alea. Dan tanpa ragu, ia langsung membukanya.
"Woah... baju bagus Alea." Yaya begitu heboh sendiri, dan segera mengeluarkan baju itu dari dalam paper bag.
Dan selembar kertas putih pun terjatuh di atas meja.
Alea yang melihatnya, ia segera mengambil kertas itu yang berisi sebuah tulisan.
~ Jangan lupa nanti malam.
Pakailah baju ini. Karena jalan denganku, tidak boleh sembarang memakai baju. ~
"Memangnya siapa kau ini! Berani mengaturku seenaknya saja!" gerutu Alea, langsung meremas kertas itu. Sedangkan Yaya, ia masih sibuk memperhatikan setiap inci dari baju itu.
Alea pun segera merebut kembali baju itu dari Yaya. Dan dengan paksa memasukkannya kembali ke dalam paper bag. Kemudian ia berlalu begitu saja meninggalkan ruang kerjanya. Bahkan teriakan dari Yaya pun tak dihiraukannya.
"Lelaki ini! Mentang-mentang dia adalah seorang bos, bisa-bisanya menyuruhku untuk memakai baju jelek ini!" gerutunya, sebenarnya baju itu sangatlah bagus dan begitu mahal. Namun karena memang Alea orangnya paling tidak suka di atur, apalagi di rendahkan. Ia pun berambisi untuk melemparkan baju itu tepat di hadapan orang yang memberinya. Siapa lagi kalau bukan Rey.
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Alea menemukan keberadaan Rey, yang baru saja akan masuk ke ruangan kerjanya. Alea memanggil atasannya itu tanpa segan. Dan segera menghampirinya.
Namun suasa di sekitar ruang kerja Rey kali ini sangat berbeda dari biasanya. Tidak ada orang lain kecuali mereka berdua. Bahkan asisten yang biasa ada di luar ruangan kerja Rey pun tak terlihat.
"Ada apa?" tanya Rey, tanpa melihat Alea.
"Pak Rey, apa baju ini Anda yang sengaja memberikannya kepada saya?" tanya Alea, yang masih bisa berbicara dengan suara lembutnya.
Sejenak mata Rey memandang ke arah paper bag yang di tenteng oleh Alea. Sebelum ia kembali membuang wajahnya ke sembarang arah.
"Tak suka?" tanya Rey.
"Benar, saya memang tidak menyukainya. Terlebih saya tidak suka di atur oleh siapa pun, termasuk Anda," tegas Alea.
Rey hanya tersenyum miring, sambil sejenak melirik Alea. Kini kedua mata Rey menatap tajam kedua bola mata Alea, yang dirasa terpancar begitu indah.
Langkahnya kakinya semakin mendekati Alea. Membuat nyali wanita itu menciut saat melihat tatapan mematikan dari bosnya itu. Perlahan dan demi perlahan Rey terus menggusur kakinya mendekati Alea. Hingga kini mereka berdua saling beradu pandang dengan jarak yang cukup dekat.
"Dan saya lebih tidak suka, jika ada orang yang tidak bisa menghargai pemberian saya!" tegas Rey, tepat di hadapan Alea.
"Kalau tidak mau memakainya, kau buang saja!" ucap Rey sambil berlalu meninggalkan Alea begitu saja.
Dengan perasaan yang masih berdebar, akibat tingkah Rey yang mendekatinya. Kini hatinya pun merasa kesal sekaligus dongkol terhadap diri sendiri. Yang entah kenapa bisa mati kutu seperti tadi jika berhadapan dengan Rey. Dan mau tidak mau, akhirnya Alea pun kembali membawa paper bag itu ke ruang kerjanya.
***
Malam harinya, Alea sudah selesai bersiap untuk kencan dengan bosnya itu. Eh, lebih tepatnya hanya dinner biasa, bukan kencan.
Sebelumnya juga ia memberitahu papanya, bahwa malam ini ia akan pergi keluar makan-makan bersama temannya. Meskipun tidak langsung memberitahu bahwa ia akan pergi bersama bosnya. Tapi setidaknya Alea susah meminta izin.
"Huh, sungguh menyebalkan sekali. Apa harus ya, aku memakai baju darinya," ucap Alea kesal sambil memandangi dirinya di pantulan cermin.
Ekor matanya kini menangkap suatu objek, yang tak lain ialah sweter kesayangannya yang berwarna orange. Ide cemerlang pun terlintas di pikirannya.
"Ah lebih baik aku balut saja pakai sweeter kesayanganku ini" gumamnya, langsung memakaikan sweter itu ke tubuhnya sendiri.
^
Kini Alea mengedarkan pandangannya, untuk mencari keberadaan bosnya itu. Ia datang ke salah satu restoran ternama yang paling banyak dikunjungi orang. Ia sempat menyangka kalau Rey akan mengajaknya makan di restoran mewah, tapi ternyata dugaannya salah, Rey hanya mengajaknya makan di restoran biasa saja. Sebelumnya Rey sudah memberitahu Alea alamat restorannya, sehingga memudahkan Alea untuk mendatanginya.
Selagi Alea mencari keberadaan Rey, bibirnya tak henti terus menggerutu karena ia kesulitan mencari keberadaan Rey, terlebih ia tidak mempunyai nomor ponselnya, sehingga membuat ia kesusahan untuk menghubunginya.
Tapi tiba-tiba ponselnya berdering, ada satu panggilan masuk dari nomor yang tak dikenalnya. Keningnya pun mengernyit, namun dengan cepat ia mengangkat telepon masuk itu.
"Hallo," ucap Alea begitu lembut.
"Lihat ke belakang arah jam satu," suara seorang lelaki terdengar di balik ponsel. Alea mengernyit heran, namun tanpa sadar ia mengikuti perintah dari si penelepon itu.
"Cepat kemari," suara seorang lelaki di balik ponsel. Sebelum mengakhiri panggilannya. Dan ternyata yang menelpon itu tak lain ialah Rey.
"Jadi dia yang menelponku," ujar Alea yang masih terpaku di tempat.
Dari jauh Rey menatap Alea. Yang seolah kesal melihatnya.
"Anak itu, masih tetap berdiri disana kayak patung!" gumam Rey, berharap Alea segera menghampirinya. Sampai pada akhirnya ia pun harus melambaikan tangannya terlebih dahulu agar Alea mau menghampirinya.
Kini Alea pun mendudukkan tubuhnya di atas kursi dekat Rey. Sejenak mata Ry memandang baju yang ada di balik sweeter Alea.
"Ternyata dia memakainya juga," gumam Rey hendak tersenyum namun ditahannya.
Rey pun segera bertanya makanan apa yang di inginkan oleh Alea. Alea hanya menjawab bahwa ia ingin mie ramen.
"Dinner bersamaku hanya mau makan ramen?" tanya Rey begitu tercengang.
"Kenapa memangnya? Tak boleh hah?" protes Alea. Rey hanya menggelengkan kepalanya. Lalu segera memanggil pelayan, untuk memesankan makanan yang di inginkan Alea, termasuk dirinya yang memesan makanan yang sama dengan Alea.
Rey pun mencoba mencairkan suasana yang sedikit canggung ini. Dengan melontarkan beberapa pertanyaan kepada Alea.
"Pak Rey ngomongnya biasa aja dong, jangan kaku kayak kanebo kering!" ujar Alea yang seolah acuh dengan perkataannya sendiri.
"Kalau begitu kamu juga jangan panggil saya Pak Rey, emangnya ini di kantor!" timpal Rey.
"Ya terus saya harus panggil apa? Lagi pula Pak Rey kan lebih tua dari saya."
"Lebih tua apaan! kita hanya beda dua tahun saja."
"Ya tetap saja lebih tua Pak Rey!"
"Eh jangan panggil saya Pak Rey! Panggil nama saja!" gerutu Rey, yang seakan tak suka terus-terusan dipanggil dengan sebutan Pak, oleh Alea.
"Baiklah, baiklah Pak Rey ... eh Rey," ucap Alea seolah ada yang absurd dalam perkataannya jika memanggil bosnya itu langsung dengan namanya.
Kini pesanan mereka pun datang. Dan mereka berdua langsung menyantap mie ramen yang masih terlihat menguap itu. Bahkan asap-asap panas dari kuah mie nya saja ikut menerpa wajah mereka ketika memakannya.
Sejenak Alea memperhatikan Rey, yang terlihat begitu menikmati mie ramennya. Alea pun memberikan tambahan kimchi di atas mie nya Rey.
"Makan ramen tambah kimchi, biar lebih enak."
Rey sejenak menatap kimchi yang sudah ada di mangkuknya itu, ia pun mencoba melahapnya. Dan ternyata benar saja, ramen tambah kimchi rasanya lebih lezat. Mungkin ini adalah pertama kalinya Rey memakan makanan seperti ini. Karena sedari kecil ia sudah dibiasakan makan-makanan sehat. Dan menjauhi makanan yang banyak mengandung pengawet semacam ramen ini. Tapi entah kenapa ia bisa-bisanya ikut memesan makanan yang sama dengan Alea. Padahal ia pun bisa memilih makanan lain yang sehat dan alami.
Sambil memakan mie ramen, mereka berdua juga saling melempar obrolan, dan sedikit canda.
Meskipun candaan yang dilontarkan oleh Rey terasa begitu garing, tapi entah kenapa mendengar pembawaan dari Rey, Alea begitu merasa ingin tertawa mendengarnya.
"Ternyata dinner bersama kamu tidak terlalu buruk," ujar Rey di akhirncandaan mereka.
Seketika raut wajah Alea yang begitu ceria, seolah sirna begitu saja.
"Memangnya Anda berpikir apa mengenai saya hah!" protes Alea.
"T-tidak apa-apa," jawab Rey gugup, karena ia baru sadar ternyata ia salah berucap. Sehingga kembali membangkitkan rasa tak enak di anatara keduanya.
Dan selesai makan, Rey mengajak Alea untuk jalan-jalan terlebih dahulu, mengitari city walk di malam hari. Meskipun Alea merasa malas, tapi ya mau bagaimana lagi. Ia tak punya pilihan lain selain mengikuti keinginan bosnya itu.
^
Kini Rey merebahkan tubuhnya di atas sofa, sambil menerima telepon dari Nando yang membahas seputar pekerjaan. Namun pikirannya bukanlah fokus akan perkataan yang Nando ucapkan, namun ia lebih fokus membayangkan Alea.
Entah kenapa bayangan wanita itu jadi tiba-tiba masuk ke dalam pikiran Rey. Bahkan tanpa ia sadari ia senyum-senyum sendiri, membayangkan wajah manis si minions imut itu.
.
.
.
Bersambung.
Wah kira-kira kenapa ya dengan Rey???
Jangan lupa buat yang mau cerita ini berlanjut, kasih LIKE, KOMEN, VOTEnya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
KomaLia
hahah jatuh cinya6
2020-12-17
0
sayang
jatuh cinta pada visual nya cocok bgt
2020-10-10
2
👁️🗨️eHa🦄
pasti rey emang dari dulu sudah jd bucin sm alea.
2020-09-05
0