Ekor matanya kini, menatap penuh selidik ke arah Kakek Will. "Apa semuanya dari Kakek Will?" tanya Alea kembali, sambil menatap ke arah Papanya dan Kakek Will secara bergantian. Deri pun perlahan menganggukkan kepalanya.
"Huh, pasti ada niat tersembunyi dibalik kebaikan Kakek Will. Atau jangan-jangan ini akan dijadikan alasan lagi untuk perjodohan waktu itu," batin Alea. Pikirannya mulai melayang ke mana-mana. Dengan sedikit perasaan waswas dihatinya.
Karena dulu, Kakek Will sempat meminta Deri untuk menjodohkan Alea dengan cucunya. Namun Alea bersikeras menolaknya. Tapi jika kali ini kebaikan yang dilakukan kakek Will adalah, untuk meminta kembali perjodohan waktu itu, mungkin Alea akan lebih sulit menolaknya.
Alea pun mendesah pelan. "Baiklah syukur kalau begitu. Kakek ... terima kasih ya, sudah menolong kami. Lagi-lagi keluarga kami merepotkanmu," tutur Alea memasang wajah sendunya.
"Tidak apa-apa Lea, lagi pula Kakek senang bisa membantu kalian," tutur Kakek Will sambil tersenyum.
"Senang? Sedari dulu Papa sama Kakek Will tak ada habisnya mencari cara untuk menjodohkan aku. Tapi tenanglah, aku adalah Alea, seorang yang cerdik dan penuh akal. Aku pasti memiliki seribu cara untuk membatalkan rencana perjodohan itu," batin Alea, sejenak menatap Kakek Will dan Papanya secara bergantian.
Mereka pun sejenak mengobrol. Dengan Alea yang memperhatikan mamanya yang masih berbaring tidur di atas brankar empuk. Tak lama kemudian Alea pun berpamitan karena ia harus segera pergi ke kantor.
Selagi ia berjalan di koridor rumah sakit, jalan menuju ke luar. Ia tak sengaja berpapasan dengan Nando, teman kerjanya.
"Kak Nando," sapa Alea terlebih dahulu.
Nando yang sibuk memainkan ponselnya ia pun menghentikan langkahnya tepat di samping Alea dan menoleh ke arah Alea sambil menyapanya kembali.
"Alea, kau sedang apa di sini?" tanya Nando.
"Oh ini, aku baru menjenguk mamaku. Oh ya Ka Nando juga di sini sedang apa? tanya Alea.
"Em... mau menjemput Kakek," jawabnya, "kamu mau langsung pergi ke kantor?" tanya Nando. Alea mengangguk.
"Kalau begitu kita bareng saja," ajak Nando begitu semangat, namun Alea menolaknya dengan alasan ada kepentingan lain dulu. Padahal aslinya tidak ada apa-apa, Alea hanya tak ingin merepotkan teman kerjanya itu. Akhirnya mereka pun berpisah dengan Alea yang terlebih dahulu pamit.
***
Kini Alea baru saja mendaratkan tubuhnya di atas kursi kerjanya. Namun seorang wanita bertubuh sexy, bagaikan gitar Spanyol, kini sudah berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang. Wanita itu tak lain ialah Miley.
"Telat lagi?" tegur Miley. Alea mendongak, menatap Miley sambil berdecak kesal. Karena ia tahu, kalau sudah telat begini pasti Miley akan menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.
Miley adalah ketua pengembangan dari team kerjanya, jadi dalam team kerjanya dialah yang paling berkuasa atas semua peraturan team kerjanya itu. Termasuk dalam menghukum anggota team-nya yang terlambat masuk kerja.
"Masih tidak bisa disiplin! Cepat buatkan aku kopi saja!" tuturnya memerintah, Alea hanya mendengus, sambil berlalu mengiyakan perintah ketua team-nya itu.
"Huh, selalu saja, memanfaatkan kesempatan. Lagi pula hanya telat 5 menit tapi, tetap saja kena hukuman. Lain kali aku akan telat satu jam saja kalau begitu!" gerutunya sambil mengaduk-aduk kopi yang baru saja selesai dibuatnya.
Kalau bukan karena taksi yang di tumpanginya tadi tidak mogok, mungkin Alea tidak akan terlambat. Namun sedikit musibah di jalan tadi, membuatnya harus menjalankan hukuman dari Miley.
"Dihukum Miley lagi?" sambar suara seorang lelaki yang tak lain ialah Nando. Alea segera menoleh ke arah sumber suara itu.
"Eh... Kak Nando udah disini lagi aja," ucapnya tersipu Malu.
"Kemarikan, biar aku saja yang memberikannya kepada Miley." Nando mengambil alih secangkir kopi yang telah dibuat oleh Alea.
"T-tapi."
"Sudah tidak apa-apa, nanti aku bilang kalau kamu yang membuatnya. Kamu lanjut bekerja saja sana," ujar Nando, sambil berlalu membawa cangkir kopi itu.
"Ah... Kak Nando, selalu saja menjadi pangeran berkuda putih. Menolong di waktu yang tepat," ujarnya pelan, memejamkan mata sambil tersenyum senang. Namun raut wajah cerianya, tiba-tiba sirna seketika, saat ia melihat sesosok lelaki jangkung yang tengah berdiri di ambang pintu dapur.
"Sedang apa kau disini, bukannya bekerja malah senyum-senyum sendiri di dapur!" tegur Rey, yang melihat Alea tersenyum tak karuan.
Alea seketika menundukkan kepalanya, sambil meminta maaf, kemudian menerobos begitu saja melewati Rey.
Tapi, tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat ia mengingat sesuatu hal yang harus dibicarakan dengan bosnya itu.
"Pak Rey," ucap Alea, sambil berbalik. Rey hanya mengernyit heran.
"Apakah nanti siang Anda punya waktu? Saya ingin membicarakan masalah kemarin," ujar Alea. Membuat Rey semakin terheran-heran.
"Masalah kemarin?" batin Rey. Ia menganggukkan kepalanya pelan. "Hm... datanglah ke ruang kerjaku sebelum jam makan siang, atau kau tidak akan mendapatkan kesempatan lain," tuturnya, sambil berlalu kembali menuju ruang kerjanya.
“Dasar sombong!” umpat Alea kesal.
Bersambung....
.
.
.
Gimana mau lanjut nih, makin ke sana makin gereget loh ceritanya,?
Masa sih?
Bener, kalo gak percaya silakan lanjut aja lagi.
Silakan dengan senang hati, author mempersilakan. Tapi jangan lupa kasih like, komen dan votenya dulu ya, biar author makin semangat lanjutin ceritanya.
Klik love favoritenya juga ya. ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
KomaLia
uang nya gimana tuh
2020-12-17
0
Aan Nurhasanah
uang na gimana itu Thor...🤭😁😄 lanjut deh Thor....💪💪👍👍
2020-10-07
1
Meisyah Mey
crt y seru juga y.semangat autor.💪💪💪
2020-08-29
1