Aleya sudah menatap Diyan tajam ketika ia melihat pria itulah ternyata yang sejak tadi sedang mengawasinya hingga membuatnya hampir ketakutan. Aleya hampir saja melayangkan tinjunya. Dan apabila perlu dia juga akan menendang kaki si pengintai.
Ternyata pria yang sedang mengintainya adalah Diyan? Diyan Ardiora? Apa yang dilakukan pria sibuk itu di depan kantornya saat malam hari? Dia tidak sedang ingin melakukan hal yang nekat ataupun yang buruk padanya bukan?
Diyan langsung melepaskan sentuhan tangannya dari Aleya ketika dia telah berhasil menghentikan kepergian Aleya. Diyan kemudian menyapa.
"Kau pulang lebih larut hari ini?" tanya Diyan secara ajaib yang membuat Aleya langsung mengerutkan keningnya tanda keberatan.
"Aku pulang lebih cepat atau larut apa hubungannya denganmu? Justru sebaliknya, apa yang kau lakukan selarut ini di epan kantorku?" ucap Aleya.
Diyan sudah melenggang dengan santai bersandar pada mobilnya. Jika Aleya memperhatikan pakaian Diyan. Aleya bisa memprediksi Diyan juga pastinya baru saja pulang dari kantornya.
Karena Diyan tidak hanya mengenakan pakaian kantor yang masih formal. Tubuh Diyan juga secara tidak sengaja mengeluarkan aroma matahari siang. Aleya meyakini bahwa Diyan sama sepertinya hari ini. Mungkin saja pria itu baru saja wara-wiri kesana kemari untuk mengerjakan berbagai pekerjaan.
Namun bukankah kata Martha tadi sore, Diyan sangat sibuk hari ini? Sehingga dia tidak punya waktu untuk melakukan kencan pertama dengannya padahal sebenarnya dialah yang menjadi pasangan dating pertama Aleya?
Ada sedikit tanda tanya dalam benak Aleya. Namun Aleya sama sekali tidak memiliki niat untuk bertanya secara lengkap padanya.
Mendengar beberapa cerita singkat dari Martha tentang bagaimana wanita itu membuat janji dengan sang raja sibuk ini saja sudah membuat Aleya sangat menggelengkan kepala dengan begitu hebat dan takjub.
Lalu sekarang, darimana lagi Aleya masih punya minat untuk mencari tahu tenang kebenaran dan konfirmasi balik dari yang bersangkutan?
Aleya hanya bisa mengingat beberapa kata-kata kesal yang dituangkan Martha padanya ketika mereka berada di sela-sela waktu kosong mereka menunggu klien sore ini.
"Aku sungguh tidak menyangka bahwa Diyan Ardiora adalah orang yang super sibuk. Apa kau bisa membayangkan betapa susahnya aku membuat janji temu dengannya padahal aku sudah mengatakan pada anak buahnya bahwa aku datang mewakilimu?" ucap Martha geram.
Aleya sudah bertanya dengan bingung kala itu.
"Apa maksudmu?" tanya Aleya sembari masih menunggu kliennya tiba dengan sabar. Aleya tidak terlalu fokus mendengarkan sebelumnya.
Aleya dibuat sungguh tidak mengerti mengapa semakin banyak saja orang-orang yang kurang menghargai waktu. Hingga hobi sekali membuatnya harus menunggu dan menantikan kedatangannya seperti seorang pangeran.
Sudah dua kali dalam satu hari, Aleya dibuat menunggu kedatangan mereka. Padahal sesungguhnya keberadaannya-lah yang lebih dibutuhkan. Namun kenapa situasi ini mendadak membuat keadaan mereka jadi berbalik?
Aleya sibuk meninggikan kesabarannya.
Entah siapa yang lebih membutuhkan dan siapa yang dibutuhkan. Aleya merasa kedua hal tersebut semakin menipis saja perbedaannya.
Martha masih sibuk menyuarakan isi pikirannya yang sulit percaya pada segala jadwal sibuk Diyan. Pria itu nampaknya lebih membuatnya merasa tertarik dibandingkan dengan para pengusaha muda lain yang pernah Martha temui sebelum ini.
"Aku sangat tidak mengerti mengapa bahkan ketika aku menyebut bahwa aku perwakilan dari calon istri bos mereka. Tidak ada satu pun anak buah Diyan yang meladeniku dengan serius. Hingga aku pada akhirnya harus bicara dengan sekretarisnya lebih dulu sebelum aku membuat janji temu dengan calonmu itu,"
"Dia pikir, dia itu segalanya??" Martha mendumel berulang kali.
Aleya bingung sendiri harus memberikan respon semacam apa. Karena bila ia berada di posisi Diyan, dia juga tidak akan membiarkan siapapun dengan sesuka dan semudah hatinya untuk meminta bertemu.
Dan Martha sendiri juga tahu bahwa aturan semacam itu juga berlaku di perusahaannya. Jadi kenapa sekarang Martha jadi begitu membesar-besarkannya? Karena dia sudah sampai dengan sengaja menyebut nama Aleya dengan sebutan 'sang calon istri' untuk membuat seluruh anak buah Diyan memberikan kelonggaran.
Namun, pada kenyataannya tidak semudah membalikkan telapak tangan?
Martha agaknya sadar, bahwa dia akhirnya bisa menemukan seseorang aneh lain yang bisa menyamai keanehan bosnya. Martha kemudian menunjukkan applause-nya.
"Berkat ini, aku jadi semakin merasa yakin bahwa kalian semakin mirip saja! Aku yakin kalian bisa menjadi pasangan yang paling cocok sedunia, dikemudian hari. Kau tidak ingin mencobanya?" tawar Martha.
Aleya sudah menunjukkan ekspresi tidak senangnya.
"Karenanya, apa yang kau pikir akan aku lakukan ketika berhasil bertemu dengan calonmu yang pertama itu untuk pertama kalinya?" tanya Martha dengan segala pertimbangannya untuk menentukan jawaban atas pertanyaannya sendiri.
Aleya yang tidak ingin berpikir hingga malas untuk berpikir pun akhirnya menjawab.
"Entahlah," jawab Aleya singkat.
Martha langsung menimpalinya.
"Tentu saja menceramahinya dan memberikan peringatan untuk tidak merendahkan kita begitu saja. Hingga mempersulit aku untuk menemuinya karena jika dia masih menginginkan pernikahan ini dia seharusnya masih tunduk dan patuh padamu. Namun, apa yang menurutmu justru aku lakukan ketika aku secara langsung telah bertemu dengannya?"
Aleya merasa paling malas ketika dia mendengarkan seluruh teka-teki yang diucapkan Martha. Wanita itu senang sekali membuat banyak jeda dan cerita yang cukup panjang dalam pemberitaan yang ingin dia sampaikan.
Aleya memang sudah sejak lama terbiasa dengan hal tersebut. Namun Aleya sendiri tidak bisa memungkiri bahwa beberapa sudut pikiran dan hatinya seolah ingin menolak untuk mendengarkannya.
Aleya kemudian bertanya dengan malas sembari mengecek beberapa email yang masuk dalam ponselnya.
"Apa yang memangnya kau lakukan?" tanya Aleya tanpa menaruh minat.
Martha kemudian meminta sejumlah perhatian dari Aleya.
"Tentu saja terkesima!!" ucap Martha yakin.
Aleya spontan menatapnya dengan bingung.
"Terkesima?" tanya Aleya kurang paham.
Martha kemudian menjelaskan lagi lebih percaya diri.
"Tentu saja!!!" ucap Martha sumringah. Aleya semakin menatapnya heran dan bingung. Lali bertanya.
"Ada apa sebenarnya dengan wajah cerahmu itu?"
Martha sudah tertawa dengan senang.
"Aku terkesima dengan pesonanya? Tidakkah menurutmu dia begitu tampan dan luar biasa?" tanya Martha bersemangat.
Aleya terus mengawasi reaksi berlebihannya tersebut.
Jika saat ini keduanya tidak sedang berada di tempat umum, Martha pasti sudah menarik-narik tangan Aleya untuk melakukan tarian yang norak.
Sehingga karena situasi mereka yang kurang mendukung. Martha berusaha menahan pergolakkan hatinya untuk lebih bersikap hiperbola.
Aleya pun tidak memberikan tanggapan yang berbanding lurus dengannya. Ia hanya bersikap datar ketika memberikan jawaban untuk balasannya.
"Aku tidak merasakannya. Dan aku rasa mungkin hanya kau saja yang melihatnya seperti itu,"
Martha spontan melotot dan menatapnya dengan tajam.
"Tolong jangan bercanda dan membuatku terlihat aneh karena sikapmu yang sangat datar dan tidak seirama denganku," Martha mencoba mengingatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments