Karena suntikan obat bius berdosis tinggi membuat Devin tertidur dalam waktu jangka panjang. Ia bahkan hampir tertidur seharian sejak semalam. Ia tidak menyadari apa yang terjadi hingga ia bangun sudah hampir malam lagi.
Devin belom menyadari juga apa yang terjadi sekarang. Kepalanya masih terasa pusing. Kemudian ia teringat akan satu kata. Yaitu pernikahan.
"Nikah. Ohh iya aku kan harus menikah hari ini." Terburu-buru beranjak dari ranjang itu. Karena Devin mengingat akan dirinya yang akan menikah hari ini. Jadi ia ingin bersiap-siap. Ia pun langsung mencari-cari ponselnya untuk melihat jam dan ternyata ponselnya mati.
"Yah. Ponselku mati Lagi!" Ia pun buru-buru keluar dari kamar untuk menemui yang lainnya. Padahal jam didinding di tembok kamarnya pun ada. Namun ia seperti orang bingung yang baru saja terbangun dari tidurnya.
"Dev. Kau sudah bangun?" Tanya Mama yang kebetulan sedang duduk diruang depan kamar.
"Ma. Ayo kita siap-siap pergi ke pernikahan" Devin. Mendapati ibunya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga langsung antusias mengajaknya.
"Siap-siap? Ini jam berapa Dev? Kau sudah telat ke pernikahan mu!"
"Hah??" Benar-benar seperti orang bingung Devin ini. Ia tidak mengerti apa yang dikatakan ibunya. Bagaimana bisa ia telat ke pernikahannya. Ini kan tidak mungkin? Kenapa mereka tidak membangunkannya? Pikirnya.
"Ini sudah tanggal 6 Dev. Dan ini sudah jam setengah 6 sore. Tentu saja pesta pernikahan mu sudah bubar."
"Ma. Mama ini bicara apa si Ma? Devin ga ngerti?"
"Mama telah membatalkan pernikahan mu. Kerugian mereka akan kita ganti!"
Mendengar kata setengah 6 sore membuat Devin memandang jam dinding. Ternyata benar jarum jam menunjukkan angkan jam setengah 6, namun untuk sore dan paginya Ia belom menyadari juga. Ia bergegas menuju ke balkon rumah, yang ternyata hari hampir gelap dan
menjelang petang. Sementara matahari tentu ada di ufuk Barat.
Devin langsung teringat akan suntikan dokter itu sekarang. Yang membuat ponselnya terjatuh seketika juga dari genggamannya semalam.
"Ya Tuhan. Apa ini bukan mimpi???" Devin masuk kembali ke dalam rumah dengan terburu-buru.
"Mama keterlaluan!" Devin marah besar. Ia sudah menyadari semuanya. Ibunya sengaja melakukan semua ini. Bahkan ia langsung masuk ke dalam kamarnya dengan terburu-buru dan berusaha mengaktifkan ponselnya kembali untuk menghubungi Zenita kekasihnya.
"Ahh! Pake mati segala!!" Devin memaki ponselnya sendiri karena amarah.
Ibunya pun berusaha keras untuk mendekatinya dan berbicara lagi.
"Dev. Semua ini mama lakukan demi kebaikan kamu"
"Kebaikan?? Mama gila tahu gak! Bahkan mama sudah merusak nama baik anak mama sendiri!" Devin benar-benar marah besar. Ia terlihat langsung membawa ponsel dan powerbanknya pergi dari kamar itu.
"Dev. Kamu mau kemana Dev??"
"Aku mau ke hotel Ma! Aku ingin menemui Zenita dan membicarakan semua ini!" Pekiknya sengit.
Ternyata anak itu benar-benar marah. Apa dia gila! Zenita sudah cacat begitu dia masih mengejarnya!
Devin langsung pergi meninggalkan rumah. Ia mengendarai mobilnya dengan penuh amarah. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana suasana pesta pernikahan tadi siang tanpa kehadirannya dan keluarganya.
*
*
Acara telah usai. Zenita pun sudah mengganti pakaian pernikahannya dengan baju biasa. Ia saat ini juga di dampingi perawat khusus untuk membantunya melakukan aktivasi sehari-hari.
Begitu juga dengan yang lain mereka semua sudah rapi dan berganti pakaian.
"Zenita. Pergilah ke kamarmu. Ini kamar Mama dan Papa. Kita waktunya beristirahat sebentar. Kita akan keluar kamar lagi setelah jam makan malam. Temui Franz. Ia juga pasti sudah menunggumu dikamar."
Malam ini mereka semua tentunya bermalam dan menginap dihotel itu.
"Ini nikah bohongan kan Ma? Tidak mungkin aku tidur dengan Franz kan Ma?." Mukanya memelas. Zenita juga tidak ingin pernikahan ini terjadi. Ia masih tidak menyangka akan semua ini juga jika ia telah menikah dengan Franz.
"Jangan gila sayang. Kau menikah dihadapan semua orang. Dan tentu saja ini pernikahan resmi. Kalian berdua sudah sah menikah.Tidak ada bohong-bohongan."
Zenita terdiam sedih mendengar semua itu. Ia pastinya masih sangat sedih. Di satu sisi ia tidak ingin menikah dengan Franz dan ia hanya ingin menikah dengan Devin. Namun Devin telah menyakitinya hari ini dan Franz yang malah menolongnya dihari pernikahannya ini.
"Apa kita boleh beda kamar Ma? Zenita belom siap dengan pernikahan ini."
Mama Lisa sangat tahu dengan kesediaan putrinya. Namun harus bagaimana lagi putrinya telah menjadi istrinya Franz sekarang.
"Hotel ini sudah penuh sayang. Tidak ada kamar lain lagi. Tidurlah dengan Franz. Tak baik jika kalian tidak tidur satu kamar. Lagian Franz juga sudah menolong keluarga kita. Kita akan menanggung malu jika Franz tidak menikahimu hari ini." Bohong Mama Lisa. Padahal ia tidak tahu apakah hotel ini berpenghuni penuh atau tidak. Namun ia ingin mengatakan ini supaya putrinya menurut untuk tidur satu kamar dengan Franz.
Saat ini Franz baru melepaskan jaznya. Ia belom berganti pakaian. Terlihatnya yang duduk disudut ranjang kamar hotel itu. Ia masih tidak percaya jika hari ini adalah hari pernikahannya.
Bagaimana caranya aku memberitahu semua ini kepada keluarga ku? Sementara aku sudah bertunangan dengan Hazna. Jika Hazna sampai tau hal ini dia pasti akan sangat sakit hati dan membenciku.
Toh pernikahan ini pasti cuma sementara kan. Nona Zenita juga tidak akan mungkin mau menikah denganku seperti ini. Baiklah. Sebaiknya untuk sementara waktu aku sembunyikan semua ini saja. Aku akan serahkan pernikahan ini juga pada Nona.
Tok..tok!
Suara ketukan pintu membuat Franz langsung menoleh ke arah pintu itu. Ia pun bergegas membukanya dan melihat nyonya lisa dan putrinya Zenita yang tentunya menggunakan kursi roda datang ke kamarnya.
"Franz. Istrimu ingin beristirahat. Kau juga istirahat dan ganti pakaianmu."
Mendengar kata itu bukan hanya membuat Franz terbelalak namun Zenita juga, bahkan ia sampai mengerutkan keningnya sekarang.
Istrimu?? Mama ini ngeselin banget! Kenapa harus kata istrimu yang keluar dari mulut Mama?? Ihh ngeselin!.
Zenita hanya mampu mengumpat didalam hatinya. Sebenarnya ia ingin sekali berteriak tidak mau.
"Baik Nyonya." Franz tidak mampu bereaksi apapun. Ia hanya patuh dengan apapun yang dikatakan Nyonya Lisa seperti biasanya.
"Satu lagi! Jangan panggil aku Nyonya. Kau sudah menjadi menantuku sekarang. Panggil aku Mama seperti yang lain. Apa kata yang lain jika kau masih memanggilku Nyonya."
Franz tidak mampu menjawab apapun. Sampai akhirnya Mama Lisa pun pamit meninggalkan kamar itu.
"Ya sudah. Mama juga ingin istirahat di kamar. Zenita Mama tinggal dulu ya."
"Iya Ma."
Mama Lisa sudah pergi. Seketika ruangan kamar menjadi sangat sunyi setelah Franz kembali menutup pintu itu.
Krikk.. Krikk!
Apa Nona tidak ingin berbicara apapun sekarang? Lalu aku harus bagaimana? Biasanya satu mobil tapi sekarang malah satu kamar.
Sama halnya dengan Zenita yang malah bingung dan canggung sekarang. Biasanya ketika bersama Franz suasananya tidak begini,ia malah main menyuruh dan berbicara dengan enak. Tapi sekarang lidahnya terasa kelu untuk berbicara padanya.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Keduanya sama-sama saling berpikir untuk memulai pembicaraan. Namun akhirnya Franz yang mencoba untuk membuka suara.
"Nona mau istirahat di atas?"
"Iya.." Apalah daya Zenita sekarang. Hanya kata ini yang mampu ia ucapkan dari mulutnya.
Apa kalian bisa membayangkan bagaimana jadinya jika kita yang berada diposisi mereka? Kita pasti memilih untuk saling diam dan tidak ingin berbicara satu sama lain bukan? Karena tentunya suasana sudah sangat secanggung itu. Dari mulai majikan dan sang supir, sekarang harus menjadi suami dan istri.
"Saya akan bantu Nona naik ke atas" Franz pun langsung membantu Nona mudanya dengan lembut dan memapahnya ke atas ranjang.
Sungguh krikk..krikk tanpa suara! Mungkin jika salah satu dari mereka kentut suaranya akan seperti bom meledak.
"Nona istirahatlah. Jika butuh apa-apa kabari saya Nona." Franz sudah mengambil jaz miliknya yang ada diatas kasur. Ia terlihat akan pergi meninggalkan kamar itu. Karena hatinya sungguh tidak enak dengan nona mudanya.
"Kau mau kemana?" Akhirnya kata itu langsung terlintas dari mulut zenita.
"Saya takut Nona tidak nyaman dengan keberadaan saya. Saya akan cari kamar lain."
"Tidak ada kamar kosong. Tidurlah disini saja." Mendengar ucapan mama Lisa tadi membuat Zenita percaya begitu saja akan itu.
"Baik Nona."
Franz memilih untuk langsung mandi saja. Nuansa kamar mandi dan ruang ganti yang hanya berlapis kaca membuat Zenita melihat dada bidang Franz yang sedang mandi. Bahkan kakinya pun terlihat putih dan panjang untuk sekelas lelaki sepertinya.
Astaga! Kenapa aku jadi memperhatikannya mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Kusii Yaati
ternyata orang kaya yang berpendidikan tinggi dan terhormat bisa nggak punya otak juga ya kayak mamanya Devin...😏
2025-04-05
0
Breagita rolissa
Aku kembarannya author. kalian jangan lupa dukung ya cerita ini. wkwk.. /Chuckle/
2024-05-14
2