Zahra dan Anya pun menghampiri Zaki yang sedang duduk di gazebo kecil dekat dengan kolam karet milik dua bocil yang heboh bermain itu. Lebih tepatnya Raisa yang heboh menembakan air dari pistolnya ke arah Alif yang sedang asik dengan mainan kapal-kapalnya.
"Mas, mau kalian jujur. Kemana kalian tadi, jangan bohong lagi. Atau mas gak akan mengijinkan kalian menggunakan motor dan akan mas antar jemput seperti dulu." kata Zaki pada adik-adiknya.
Zahra yang merasa bersalah pun langsung menunduk, dia merasa takut karena sudah membohongi keluarganya.
"Apa kalian ketemu sama cowok-cowok gak jelas di luar sana?" tanya Zaki lagi yang terlihat kesal karena dua remaja itu hanya diam saja.
Zaki takut adik-adiknya meniru Raina, yang bertemu laki-laki tak dikenal setiap pulang sekolah.
"Nggak kok, mas. Kami gak ketemu cowok, tadi kami terlambat pulang memang karena belanja untuk praktek Senin nanti." kata Anya yang masih saja berbohong.
Sementara Zahra diam saja dari tadi. Dia takut melihat tatapan kakaknya yang tajam seolah-olah mengulitinya.
"Zahra... Anya, mas gak suka orang yang bohong. Lebih baik jujur daripada menyembunyikan sesuatu yang nantinya bisa berakibat fatal." kata Zaki sambil menatap dua balita yang bermain di kolam renang karet itu.
Dia mengintrogasi dua gadis remaja sambil mengawasi dua bocah bermain di dalam kolam itu.
Zaki merasa seperti kembali seperti masa lalu, dimana Raina yang sering berbohong pada orang tua mereka hanya untuk bertemu si breng*ek Bayu yang kabarnya sekarang sedang dirawat di RS karena penyakit HIV yang ditularkan dari istrinya yang sudah meninggal beberapa bulan lalu di Jerman.
"Maaf, mas." kata Zahra akhirnya.
Jujur saja dia pun tak tega membohongi kakaknya, apalagi mas Zaki nya yang memiliki rasa khawatir yang sangat besar karena masa lalu kakak perempuan mereka.
"Kenapa minta maaf? Kamu kan gak buat salah." kata Zaki dengan sengaja memancing.
Lelaki itu menatap tajam pada adik perempuannya itu.
Anya pun menundukkan kepalanya, dia merasa sangat bersalah pada Zahra yang sudah terlihat meremas kedua tangannya.
Dan akhirnya Anya pun memutuskan untuk jujur.
"Maafkan Anya, mas. Zahra gak salah, aku yang salah. Tadi aku mengajak Zahra menemaniku ke kuburan bunda." kata Anya pada akhirnya.
Dia tak tega melihat Zahra terpojok dan mulai menangis karenanya.
Anya tau Zahra tak akan pernah menceritakan apapun jika Anya tak mengijinkannya.
Zahra adalah sahabat yang selalu setia memegang janji dan juga selalu menjaga rahasia Anya.
"Bunda??? Ibu kandung kamu???" tanya Zaki pada adik iparnya. Dia menatap Anya sambil mengernyitkan keningnya.
"Iya mas, maaf aku ke sana tanpa ijin. Karena aku khawatir mbak April akan sedih kalau tau aku ke kuburan bunda." kata Anya dengan sedih.
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu. Kamu tau kan kalau mbak mu itu sangat sayang sama kamu, terlepas dari masa lalu orang tua kalian." kata Zaki
"Aku tau mas, mbak April sangat sayang sama aku. Makanya aku gak mau dia kecewa karena mengunjungi makam wanita yang merebut ayah dari ibunya." kata Anya.
"Kamu salah kalau berpikir seperti itu, Nya. Kamu saja yang tak tau kalau mbak kamu itu malah sering datang membersihkan kuburan bundamu. Dia datang untuk membersihkan kuburan bundamu." kata Zaki pada Anya.
Sontak Anya membelalakan matanya karena terkejut dengan apa yang didengarnya.
"Jujur sama mbak kamu, jangan bohong lagi. Mbak kamu itu paling gak suka dibohongi." kata Zaki bergidik ngeri mengingat ekspresi dingin istrinya saat dia sering berbohong dulu.
Mata Anya pun berair, dia menangis karena merasa bersalah pada kakaknya. Selama ini dia mengira kakaknya membenci bundanya karena tak pernah sekalipun April mengajak Anya ke kuburan bundanya.
"Kalian lagi ngapain? Kok pada nangis?" tanya April heran.
Dia baru saja pulang dari minimarket dan segera ke halaman belakang untuk melihat anaknya yang sedang bermain.
"Anya, Zahra kalian belum ngantar kuenya Bu Laras? Malah nangis di sini, kalian ini kenapa, sih?" tanya April saat melihat kotak-kotak kue yang masih berada di atas meja dapur.
"Mereka baru mau pergi, sayang. Tadi mereka habis nonton drakor pas part nya lagi sedih jadi nangis-nangis." kata Zaki sambil memberikan kode pada adik-adiknya untuk segera pergi mengantar kue sebelum singa betina itu mengamuk.
Anya dan Zahra pun segera mengambil kotak-kotak kue itu dan pergi mengantar ke rumah Bu Laras, salah satu langganan April yang tinggal di komplek Bu Dewi.
Mertua Raina itu senang mempromosikan kue-kue buatan April, bahkan bisa dibilang Bu Dewi itu sudah menjadi tim marketing usaha April.
Teman-teman Bu Dewi pun sering memesan kue pada April karena memang sangat enak.
"Bang, anak-anak kok dibiarkan main air sampai keriput begini, sih? Padahal tadi sudah ku pesankan mandiin anak-anak." omel April saat melihat dua bocil itu sudah kedinginan.
Akhirnya April membawa dua balita itu ke kamar mandi dan segera memandikannya.
Wajah Zaki mendadak pucat saat melihat istrinya yang mendelik marah padanya.
Sedangkan Rayyan hanya tertawa sambil meledek om nya saat melihat dan mendengar om nya itu dimarahi oleh tante April nya.
"Dasar ponakan durhaka, dulu belum bisa ngomong lucu banget. Sekarang udah bisa ngomong kok malah ngeselin banget." kata Zaki dengan kesal.
"Ong Kuy juga gitu, dulunya playboy sekarang takut sama istri." sahut Rayyan tak mau kalah.
"Ini bocah, lama-lama kok mirip bapaknya. Suka bikin kesel orang." gerutu Zaki saat melihat wajah Rayyan yang tersenyum sambil meledeknya.
Zaki bangkit dan segera membersihkan kolam karet dan juga membuang airnya. Dia menyimpan mainan dua balita itu kembali ke tempatnya agar istrinya tak mengomel lagi.
Beberapa minggu ini intensitas istrinya mengomel sedang tinggi. Lebih sensitif dan mudah tersinggung. Makanya Zaki sudah menduga-duga jika istrinya hamil lagi. Apalagi sudah hampir dua minggu ini istrinya tak didatangi tamu bulanan.
Zaki melihat kalender digital khusus untuk wanita di ponsel istrinya yang menunjukkan jika saat ini April sudah telat datang bulan.
Zaki masuk ke dalam rumahnya, sambil melihat April yang mengurus dua balita yang tak bisa diam. Akhirnya Zaki pun turun tangan membantu memakaikan baju pada Alif.
Sementara April memakaikan baju bergambar Barbie pada bocah centil yang tak mau jauh dari adik sepupunya itu
Sedangkan dua gadis cantik yang baru saja mengakui kebohongannya, sudah pergi mengantar kue ke rumah Bu Laras.
♥️♥️♥️
Jangan lupa likenya ya 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
,😱😱😱😱😱 kejam kali karma mu Thor 👍👍👍👍
2024-10-12
0
Neli Allen
tror aku share di FB ku biar yg lain jg keppoh walaupun yg aku share sepotong2 aja .lanjut Thor biar author jg semangat menulisnya
2024-06-02
0