Di kamar Kost yang berukuran tiga kali tiga meter Dinda sibuk membongkar isi lemari mencari baju yang pas untuk acara makan malam di rumah Kanjeng mami.
Drrrt
Drrrt
Drrrt
Dinda menyunggingkan senyum melihat nama ibu tertera di layar poselnya
"Assalamualaikum ibu"
"Waalaikum salam nak, bagaimana kabarmu disana nduk"
"Alhamdulillah bu, Dinda sudah dapat pekerjaan dan besok sudah mulai bekerja, semua berkat doa ibu"
"Syukur Alhamdulillah, ingat jaga kesehatan, jaga diri jangan sampai terlena dengan kehidupan di kota"
"Siap bu, ibu juga ya, Salam Dinda sama bapak juga, nanti kalau Dinda sudah sukses, Dinda akan belikan bapak lahan jadi bapak tidak perlu lagi bekerja ikut orang lagi"
"Aamiin.. Kamu juga jangan terlalu memikirkan kami, ingat nduk usiamu sudah waktunya untuk menikah, ibu sama bapak juga pengen gendong cucu seperti juragan Bima, Kiara temanmu sudah punya anak, laki Ganteng pisan" kalau sudah mengenai pernikahan bu Darmi ibu Dinda pasti panjang kali lebar ceramahnya.
"Kiara sudah menikah bu dan punya anak? Ibu serius? Sama siapa?"
Kiara adalah sahabat Dinda satu-satunya di Desa. setelah lulus SMA Dinda langsung berangkat ke Jakarta dan bekerja di sebuah Restoran mewah sebagai pelayan. setelah satu bulan bekerja Dinda melanjutkan kuliah, beruntungnya pemilik restaurant memberi ijin Dinda untuk melanjutkan kuliah sambil tetep bekerja di restauran untuk membayar biaya kuliah hingga lulus.
"Sudah ya nduk, bapakmu sudah datang, ibu mau nyiapkan makanan dulu"
"Baik bu, ibu jaga kesehatan, doakan Dinda, kalau Dinda sudah sukses Dinda akan pulang" Dinda mematikan ponselnya, dan memulai kegiatannya lagi yaitu hunting baju buat nanti malam.
"Huft ribetnya, kenapa juga Kanjeng Mami minta aku ikut ke dalam acara keluarganya" Dinda menghela napas dan merebahkan tubuhnya di ranjangnya, dia sudah tidak peduli lagi dengan tumpukan para baju, badannya juga sudah teramat lelah dengan drama pagi tadi, silir-silir mata Dinda mulai terpejam rasa kantuk datang menyerang membuatnya hilang begitu saja menuju ke alam mimpi.
Di perusahaan COWEL
"Apa kau sudah mendapatkannya"
"Sudah Tuan"
Billy meletakkan anvelop warna coklat di atas meja tepat di hadapan Simon
"Bacakan!"
"Baik tuan"
Billy mengambil kembali anvelop dan membukanya " Adinda Khairunisa usia dua puluh empat tahun lulusan universitas X jurusan desain grafis, berasal dari Desa x, anak tunggal, orang tuanya bekerja sebagai buruh, di Jakarta dia tinggal sendiri di kamar Kost ukuran tiga Kali tiga meter, tidak mempunyai teman dekat dan masih single" Billy membeberkan semua informasi tentang Dinda.
"Cih hanya wanita biasa, tidak memiliki kelebihan apapun" Simon bersedekap dada menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya "Pantas saja masih single gadis ubur-ubur seperti dia mana ada pria yang Mau mendekat, kalaupun ada, pasti pria itu buta" cemoohnya " Aku yakin dia bekerja sama dengan pencopet untuk mendekati Kanjeng Mommy" ucap Simon berprasangka buruk "Kasihan Kanjeng Mommy terlalu polos"
Billy mengerutkan kening "Sejak kapan Kanjeng Mami jadi wanita polos" gumam Billy dalam hati, yang dia tahu Kanjeng Mami wanita yang tegas dan penuh pertimbangan dalam memutuskan sesuatu, Kanjeng Mami bukan orang yang mudah di kibuli walaupun kadang sifatnya sedikit absurd.
"Billy!! kenapa kau melamun, aku menggajimu bukan untuk melamun tapi mendengarkan setiap ucapanku, kau mengerti" Simon geram, sedari tadi dia seperti berbicara dengan patung.
"Maaf Tuan, aku hanya sedang berpikir apa yang akan anda lakukan selanjutnya" Billy terperanjat dan segera merubah ekspresinya.
"Kita lihat saja aku beri dia waktu tiga bulan, apa dia sanggup bertahan, akan aku buat tiap hari menjadi neraka baginya" ucap Simon menyeringai licik
Billy hanya manggut manggut menanggapi ucapan Simon, melihat sifat Dinda yang berani melawan atasannya Billy tidak yakin Simon berhasil dengan rencananya. "Semoga anda tidak terjebak dengan permainan anda sendiri tuan" gumamnya yang hanya mampu dia ucapkan dalam hati.
Matahari perlahan tenggelam di gantikan sang malam, sayup-sayup Dinda membuka mata melihat ruangan kamarnya gelap tanpa cahaya "Apa hari sudah malam?" gumamnya.
Dinda bangun dari tidurnya mengumpulkan seluruh kesadarannya dan berjalan meraba dinding mencari saklar menghidupkan lampu kamarnya, pandangannya beralih pada jam di dinding yang menunjukkan pukul enam sore.
Sambil menguap dan menggaruk kepalanya Dinda berjalan ke kamar mandi melakukan ritual mandi, setelah tiga puluh menit Dinda selesai mandi, keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang segar.
Tok! Tok!Tok!
"Siapa? Apa ibu kost? Bukankah kemarin sudah aku bayar" gumam Dinda bermonolog.
Tok! Tok! Tok!
Dinda segera mengenakan pakaian santai dan membuka pintu kamarnya.
Ceklek!
Seorang pria tinggi dan tampan tersenyum saat Dinda membukakan.
"Maaf.. Anda siapa?" Tanya Dinda sopan
"Saya Rudi nona, Kanjeng Mami meminta saya menjemput Nona" ucap Rudi lebih sopan.
"Oh ya ampun, aku lupa" Dinda menepuk keningnya membuat sopir tampan Kanjeng Mami tersenyum "Tunggu sebentar aku bersiap"
Brak!
Dinda segera menutup pintu kasar karena terburu-buru membuat sopir suruhan Kanjeng mami mengelus dadanya. Dinda mengambil baju asal dan memakainya dengan terburu-buru kemudian merias wajahnya tipis-tipis, terakhir Dinda menata rambutnya memberikan sedikit gelombang di ujung rambut tidak lupa penjepit rambut yang dia sematkan disisi sebelah kanan.
Dalam waktu lima belas menit Dinda sudah siap, dengan menggunakan sneaker warna putih dan tas selempang kecil Dinda bergegas keluar kamar kosnya.
Rudi menunggu Dinda dengan sabar karena sabar merupakan bagian dari pekerjaan yang harus selalu dia terapkan dalam keluarga COWEL.
Ceklek!
"Mas! Ayo berangkat" ajak Dinda
"Eh Iya ayok" jawab Rudi tersadar dari pesona Dinda.
Dinda merasa tidak nyaman saat Rudi membukakan pintu mobil untuk Dinda, bukankah mereka sama-sama orang yang di pekerjakan oleh Kanjeng Mami, kenapa juga sopir keluarga memperlakukan Dinda seperti majikan pikirnya.
Setelah siap di belakang kemudi Rudi melajukan Mobil meninggalkan tempat kost dengan kecepatan sedang membelah jalanan Ibu kota, beruntungnya jalanan tidak macet sehingga Mobil yang di tumpangi Dinda Sampai tepat waktu di kediaman COWEL.
Dinda terperangah menatap gerbang yang menjulang tinggi di depannya terbuka otomatis, jarak dari gerbang pun lumayan jauh kalau di tempuh dengan berjalan kaki.
Lagi-lagi Dinda di buat terpesona dengan rumah mewah di depannya, rumah lantai satu yang bangunannya di dominasi oleh kayu jati terlihat asri dengan tanaman-tanaman dari berbagai jenis tersusun rapi.
"Silahkan nona, Kanjeng mami sudah menunggu di dalam" ucap Rudi membuyarkan lamunan Dinda.
Dengan ragu-ragu Dinda keluar dari dalam mobil, di depan dia sudah di sambut oleh seorang wanita paruh baya berpenampilan rapi "Selamat datang nona, saya akan mengantar anda langsung ke tempat Kanjeng mami" Dinda mengangguk dan mengikuti wanita itu di belakang.
"Hei ubur-ubur!"..
Bersambung...
Terima kasih sudah singgah.. Mohon dukungannya🙏🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
FiaNasa
ya elah Simon,,,kalaupun Dinda ubur² kau lah spongebobnya ya 🤣🤣🤣🤣
2024-11-07
0
Dewi kunti
haduuuuuuuuhhh ubur2 nya cantik pasti kamu Patrick kan
2024-05-10
1