...- happy reading , dear -...
...***...
📍Kantin
"Zion belum datang, Ris?" tanya Gabriel pada Haris. Cowok yang sibuk memainkan game candy crush di ponselnya.
"Kayaknya belum. Biasanya kalau udah datang pasti kesini dulu," sahut Haris tanpa menoleh balik pada Gabriel yang berdiri di dekat pintu.
Masih pukul tujuh pagi, keduanya sudah tiba di kantin sekolah. Beberapa siswa mulai berdatangan melewati gerbang sekolah menuju gedung utama. Kantin yang mereka datangi saat ini berada di pojok belakang sekolah. Dari sini terlihat jelas pintu gerbang sekolah.
Kantin ini jadi tempat favorit kedua khusus anak-anak Vesarius. Vesarius—Siapa yang tidak kenal geng besar itu. Geng yang diketuai oleh anak dari pemilik sekolah SMA Bintang. Dia Gabriel Sagara--cowok beralis tebal, mata setajam elang, pahatan hidung nyaris sempurna dan bibir ranum tipis menggoda.
Tapi dari semua yang ia miliki, Gabriel tidak pernah bisa mengontrol suasana hatinya. Kadang-kadang cowok itu bisa sehangat sentuhan dan kadang tak tersentuh—dingin dan mematikan.
"Bang Gabriel!"
Seseorang datang dengan teriakan keras. Cowok berambut keriting, mendorong pintu kantin tiba-tiba. Sontak Haris yang fokus bermain game terlonjak kaget dan hampir ponsel itu jatuh menghantam lantai.
"Gue udah tau bang siapa pengkhianat di antara kita. Gue—"
"Kapan sih lo bisa kalem buka pintu! Kaget gue, anjir!" seru Haris mengelus dadanya.
"He..he..he maaf bang. Genting soalnya jadi ngga bisa kalem."
Cowok itu mengayunkan kedua kakinya menuju tempat dimana Gabriel sedang bersantai ria.
Pengkhianat. Satu kalimat yang membuat mereka yang duduk di sana berubah pias. Selama ini mereka sudah mencari keberadaan orang itu tapi sepertinya keberuntungan tengah berpihak pada mereka. Siapapun orangnya harus dikasih pelajaran.
"Kali ini siapa lagi pengkhianatnya?" kata Gabriel membuat salah satu kakinya bertumpu di atas paha. Ia menyelidik dengan tajam.
"Anak kelas sebelas ipa satu bang—dia Bara Prayogi. Kemarin dia juga yang minta out tiba-tiba dari geng kita bang," papar cowok berambut keriting tersebut.
Benar juga. Tak salah lagi. Bara—tanpa ada alasan cowok itu keluar sendiri dari geng yang sudah bertahun-tahun berdiri tapi Gabriel sama sekali tidak masalah dengan hengkangnya cowok itu.
"Cabut Ris." Gabriel memberi kemando pada rekannya dan cepat Haris mematikan ponselnya, memasukkannya dalam saku celana belakang.
***
Sementara di belakang sekolah, tepatnya kelas dua belas IPA enam, perkelahian semakin memanas lantaran salah satu pasukan inti Vesarius termakan ucapan Bara yang membuatnya tidak bisa mengontrol amarahnya dan langsung mendaratkan bogeman mentah membuat laki-laki itu terbaring di tanah dengan keadaan mengenaskan.
Dua pukulan tak terelakkan mendarat sempurna di wajah juga perut Bara membuat cowok itu menggeram menatap Bobby.
"Lo ngomong apa sama mereka, hah?! Otak lo ditaruh dimana sih bangsat!"
"Kita semua salah apa sama lo! Tega benar lo khianati kita..." seru Bobby menarik kerah seragam Bara.
Bara meludah sembarangan. "Lo—sama ketua geng lo itu gak lebih dari sekumpulan geng sampah!! Lo tau kan, SAMPAH! Tempat membuang sesuatu yang dianggap gak penting lagi."
Bara benar-benar cari mati dengan mengatakan hal seperti itu di depan semua anak anak Vesarius yang mengelilingi dirinya.
Mereka yang berdiri disana langsung saja mengepung mendekat ke arah Bara namun tertahan saat Bobby mengangkat tangannya.
"Jaga omongan lo, woi!!" ujar salah seorang cowok dari anak anak Vesarius. "Jangan lupa diri siapa yang udah buat lo kayak gini kalau bukan karena bang gabriel sama teman-temannya."
"Ini gak bisa dibiarin bang..."
Protes salah satu cowok di sebelah Bobby. Mereka sudah terlalu sabar mendengar celotehan tak bermutu dari mulut Bara.
"Kita gak tau ini cowok bilang apa sama mereka bang. Bisa jadi itu rencana bang Gabriel selama ini buat balas dendam."
Sementara itu, Bobby menarik paksa kerah seragam Bara kemudian mendekatkan wajahnya.
"Lo harusnya bersyukur, anjing! kalau bukan karena Gabriel hidup lo ga bakalan seenak sekarang ini. Nyokap lo selamat karena siapa, hah? Adik lo masuk rumah sakit Gabriel yang biayain semua, kan?" kelakar Bobby dengan sekali tarikan napas panjang membuat Bara menatap tajam.
"Jangan karna udah lo senang lo lupa daratan. Ingat, lo bukan siapa-siapa kalau bukan karena kita, terlebih lo masih hidup karena bantuan Gabriel..."
Bara tertawa meremehkan. "Hidup gue gak pernah enak selama lo semua masih hidup."
Bugh!
Lagi dan lagi, Bara jadi samsak Bobby tuk keempat kalinya. Wajahnya sudah babak belur, sudut bibirnya juga lebam karena pukulan dari Bobby yang terlampau keras. Murid murid perempuan yang menonton kegaduhan itu hanya bisa meringis ngeri. Pukulan keras dari Bobby sanggup meruntuhkan pertahanan Bara di depan mereka.
Beberapa menit berlalu, kehadiran Haris seorang diri berjalan menerobos anak-anak Vesarius yang berkerumun membuat Bara dengan sekuat tenaga menoleh menatap kehadirannya.
"Gabriel gak bisa datang, ada urusan sebentar katanya mending kita cabut sekarang. Gue udah capek masuk keluar BK.." kata Haris menatap lurus pada Bobby kemudian beralih pada Bara.
"Lo semua bubar dan seperti biasa jangan ada yang coba adukan kejadian ini pada siapapun terlebih guru atau lo semua bakalan tanggung resikonya," ujar Haris lantang menatap mereka yang masih berada di tempat dan langsung diangguki kemudian bubar menuju kelas masing-masing.
Haris tidak pernah sekalipun ikut campur masalah seperti ini. Kerap Haris ikut dihukum karena Gabriel yang selalu membawa-bawa namanya bahkan secara paksa mengikutsertakan dirinya.
Dia tipikal cowok yang kalau bisa tidak ingin berurusan dengan namanya keributan. Namun, dibalik itu semua Haris tidak pernah kasih kesempatan pada orang yang menghina Vesarius atau orang-orang terdekatnya. Cowok paling pintar seantero sekolah juga, sayangnya mempunyai sifat pendiam dan irit berbicara.
Setelah Haris mengatakan hal itu, Bobby dan anak lainnya bergegas meninggalkan tempat itu dengan Bara yang masih terduduk di sana.
"Geng lo itu bakalan gue hancurin. Lo tunggu ajah tanggal mainnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments