...- Happy Reading, dear -...
...***...
Pagi ini tepatnya pukul enam lewat lima belas menit, Kalea sudah selesai memakai seragam sekolahnya. Senyumnya mengembang menatap pantulan dirinya di depan kaca. Kamar nuansa putih biru dilengkapi dengan lemari buku berjejer rapi dengan walk in closet yang dipenuhi barang-barang mewah dari merk terkenal dunia.
"Cantik..." gumam nya menatap pantulan dirinya di kaca. Pagi ini Kalea menguncir rambutnya, memamerkan leher jenjangnya yang mulus. Polesan bedak tipis di wajah juga membuatnya menarik kedua sudut bibirnya. Sudah lama sekali ia ingin sekolah.
Sebulan sejak hadir di keluarga besar ini, sang mama ingin dirinya Homeschooling karena kekhawatirannya. Satu tahun pun sudah berlalu, permintaan Kalea akhirnya dikabulkan sang papa.
Bersebelahan dengan kamarnya, Zion sebaliknya—cowok itu baru saja bangun dari tidurnya. Ia menguap sembari meregangkan otot-otot nya yang lemas. Zion menyingkap selimut tebal itu dan merangkak malas turun dari pintu. Dengan kesadaran yang belum penuh, ia berjalan perlahan, memutar kenop pintu dan tidak peduli rambut hitam legam miliknya begitu acak-acakan setelah bangun.
Sebelum kesadarannya terkumpul, sudut matanya menyipit menatap objek yang berdiri tidak jauh dari kamarnya. Sosok yang tampak bersinar dan terasa asing. Mata mengantuknya masih jelas mengamati gadis itu dari ujung rambut sampai sepatu putih miliknya.
"Siapa lo? Ngapain lo dikamar adik gue?"
Kalea lantas menoleh, sama sekali tidak terkejut mendapati kakaknya hanya mengenakan celana boxer abu-abu dan bertelanjang dada, menampilkan otot-otot perutnya yang sangat sempurna. Kebiasaan tidur yang tidak berubah. Ya, cuci mata sebentar.
Lain hal dengan Zion, ia sedikit terkejut menatap siapa yang berdiri di depannya.
"Lea? Gue gak salah kan dek, ini benaran lo..." Zion melangkah, memegang kedua bahu Kalea, memastikan matanya tidak bermasalah. Ia memutar tubuh sang adik sampai berhenti menghadap dirinya.
"Kenapa Kak? Apa ada yang aneh?"
"Banyak yang aneh sama lo. Biasanya lo udik sama dekil lah ini..."
"Heh! Sembarangan bangat ngomongnya. Lo tuh yang lebih aneh, mandi pagi sore kagak..."
"Gini-gini lo nempel juga sama gue. Tiap hari minta peluk..."
"Ih, amit amit.."
"Berani iya lo ngomong gitu sama kakak?" tukasnya melangkah maju.
"Bodo amat, wlek.." Kalea menjulurkan lidahnya.
"Kaleaaa, Zionnnnn!! Cepat turun, sarapan dulu." Audrey—mama mereka berteriak dari lantai bawah mengejutkan Zion namun tidak dengan Lea.
"Iya ma..." balas mereka bersamaan.
"Awas ya lo.." seru Zion mengacungkan jari tengahnya kepada Lea membuat Lea tidak tinggal diam. Ia melakukan hal yang sama. Zion berlalu saat Lea sudah lebih dulu melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Tak lupa Lea menyapa mamanya.
Dua potong roti tawar dan segelas susu sudah tersedia di meja makan. Bagas—Papanya sudah berangkat ke kantor sejak Lea dan Zion adu mulut.
"Kakak kamu mana? Kenapa belum turun?" tanya Audrey berdiri di sisi meja. Merapikan anak rambut Kalea yang di kuncir kuda.
"Paling lagi mandi ma, biasa anak cowok mah lama-lama mandinya."
"Iya ya.. oh iya, mama kira seragam kamu ini bakalan kebesaran, ternyata pas."
"Udah besar masih minum susu ajah..."
Orang yang ditunggu-tunggu datang. Zion berjalan menuju meja makan sambil mengaitkan dasi di kerah seragamnya. Ranselnya dilampirkan di pundak sesekali cowok dengan netra hitam pekat itu menyisir rambutnya ke belakang.
"Mama, lihat ini Kak Zion lagi-lagi ngatain Lea udah besar masih minum susu..."
"Selalu saja ya Zion gangguin adik kamu...kapan sih kamu berdamai dengan adikmu," kata Audrey melirik dari meja pantry.
"Kakak bercanda doang ma. Dia ajah yang lebay."
"Sudah. Tiada hari tanpa keributan. Sekarang berangkat sekolah, nanti telat."
"Siap komandan."
Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Lea tidak henti-hentinya bertanya pada kakaknya membuat Zion berniat menurunkan adiknya itu di pinggir jalan.
"Kakak punya teman gak di sekolah? Kenapa kak Zion gak pernah bawa teman ke rumah? Sekolah di sana enak gak kak? Kalea gak akan dibully kan di sana?"
Zion menarik napas dalam dalam. Pertanyaan mana yang akan ia jawab lebih dulu. Sungguh adiknya ini benar-benar cerewet.
"Nanti kakak kenalin sama teman-teman kakak. Intinya, selama lo baik di sekolah, gak akan ada yang gangguin lo."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments