...- happy reading, dear -...
...***...
Disinilah Gabriel berada—diruangan kelas XII IPA 6 bersama dengan Adit, Bobby dan juga Haris. Setelah perkelahian yang Gabriel sendiri tidak ikut serta, Bobby dan Haris langsung bergegas menuju kelas mereka di lantai empat. Mereka berempat duduk melingkar dengan satu meja berada di tengah.
Dengan santainya Gabriel bersandar di tembok sementara Bobby juga Adit memakan makanan yang membuat kelas mereka tampak kotor dengan kuaci--makanan seharga seribu itu tidak lepas dari keduanya setiap harinya. Sedangkan Haris, cowok itu kembali dengan rutinitasnya bermain candy crush.
"Gue yakin Bara belum bocorin apa-apa sama mereka," kata Adit sambil mengunyah makanannya.
"Selama kita ada rapat, Bara hanya dua kali datang dan pembahasan kita juga gak ada yang penting saat dia disana. Jadi gue rasa gak ada yang perlu di curigai dari anak itu."
"Tau dari mana lo?" sahut Bobby menimpali.
"Gue cuman bilang doang. Lagian lo masa gak tau siapa-siapa ajah orang yang ikut setiap kita kumpul. Ya jelas sih, lo gak akan tau, orang kerjaan lo makan doang, kan gue yang data kehadiran mereka satu per satu," kata Adit mengalihkan pandangannya ke luar kelas.
"Ngapain berisik? kalau Bara kasih tau apa yang dia tau yaudah gak papa. Gak perlu dipermasalahkan juga," ujar Gabriel menatap mereka bergantian.
Tak peduli akan apa yang terjadi kedepannya. Jika musuh bergerak, hanya satu yang bisa dipastikan, lawan atau menyerah.
Ting!
Bunyi pesan masuk dari ponsel di atas meja tepatnya milik Gabriel sontak mengalihkan pandangan ke arah ponselnya. Bukan karena bunyi notifikasinya melainkan karena sangat jarang ponsel laki-laki itu berbunyi kecuali jika Tante Fani yang kerap menghubunginya itu pun lewat telepon bukan pesan seperti saat ini.
"Tumben nih ada yang chat lo," ujar Adit menatap Gabriel.
"Siapa siapa? Kasih lihat dong.." timpal Bobby.
"Diam lo berdua! Sibuk bangat jadi orang." Gabriel membuka WhatsApp nya, ternyata pesan yang membuat Bobby dan Adit penasaran adalah pesan dari Zion.
Zion 💬 : Adik gue kayaknya udah di sekolah. Lo pastikan dia keruangan kepala sekolah ya. Tolong ya, gue lagi di bengkel.
Gabriel tiba-tiba berdiri membuat ketiganya bingung. Ponsel nya masuk dalam saku celana belakang.
"Mau kemana?" tanya Adit.
"Banyak nanya. Kalau mau ikut ayo, kalau gak tungguin disini ajah."
"Wajib lah kita ikut juga. Iya gak, Bob?"
Adit menoleh pada Bobby yang duduk disampingnya. Melihat Gabriel sudah lebih dulu melangkah, Adit, Bobby serta Haris mengikuti dari belakang.
Sepanjang mengikuti langkah Gabriel, Bobby mendapati sesuatu yang janggal di lapangan tengah.
"Woi Dit! Liat noh cewek lo—Miranda lagi sama cowok lain..."
Bobby berseru membuat Adit dengan cepat mengalihkan pandangannya mencari keberadaan gadis itu. Benar saja, Miranda berada di pinggir lapangan. Ia tengah tersenyum pada cowok yang berdiri di depannya.
"Sial dah tuh. Nasib lo gak pernah baik ya Dit. Gue sebagai teman sekaligus sahabat lo cuman bisa bilang, cinta boleh tapi otak main lah."
"Kompor, kompor. Awas meledak!" seru Gabriel melirik Adit. Adit memasang wajah cemas karena dua orang yang tersenyum bahagia di taman.
"Gak usah bawa hati. Tanya baik baik dulu mereka punya hubungan apa... Jangan sampai buat hubungan lo semakin menjauh..." ujar Haris menepuk pundak Adit membuat Bobby cengengesan.
Bukan Bobby namanya jika tidak mempersulit keadaan dan Adit yang selalu pasrah lagi-lagi menghela napas panjang.
***
Di lorong sepi tak ada orang yang lalu lalang di sana, Kalea menghentakkan kakinya kesal. Sepuluh menit sudah ia mencari ruangan kepala sekolah dan lihat... ia malah nyasar entah dimana. Ia sudah mencoba bertanya pada murid yang bertepatan melewatinya, tapi dengan jahatnya mereka berbohong. Kalau saja ban mobil kakaknya tidak pecah mungkin ia tidak akan bernasib seperti sekarang ini.
Dari arah belakangnya seorang laki-laki berlari seraya menyerukan dirinya untuk berhenti. Refleks Kalea berputar melihat siapa orang itu. Cowok berlesung pipi itu kelihatan tersenyum manis padanya. Kalea langsung saja mengubah mimik wajahnya menjadi datar. Salah satu cara yang bisa ia lakukan ketika mendapati orang tidak dikenal bertegur sapa dengannya.
"Lo murid baru?" Cowok itu bertanya seraya memandang Kalea dari atas kepala sampai bawah membuat Lea risih di tatap seperti itu.
"Iya. Kenapa?"
"Pantas. Lo belum pernah gue liat di sekolah ini."
"Sekarang lo udah liat kan," kata Lea datar membuat cowok itu mengerutkan kening.
"Hah? Maksud lo gimana?"
"Iya sekarang kan lo udah lihat gue, jadi apa lagi? gue permisi dulu..." ujar Kalea berbalik tapi sebelum ia melangkah pergi, cowok itu mencekal pergelangannya membuat Kalea kaget dan menoleh dengan menekuk dahi.
"Lepasin!" desak Kalea berusaha memberontak ketika cowok itu menggenggam pergelangan tangannya begitu kuat.
"Gue belum tau nama lo. Jadi gue pengen kenalan..."
"Gak penting, lepasin!" amuk Kalea. Tangannya mulai terasa sakit saat cowok itu terlalu kuat mencekalnya.
"Nama Lo?"
"Lepas! Apa-apaan sih lo?"
"Lo doang yang mau diajak kenalan sok jual mahal..."
"Lepasin! Wajar gue jual mahal karena lo ngga ada sopannya tau ngga! Lepas!"
Bugh!
Tendangan disalah satu kaki cowok itu membuat tubuhnya membentur tembok sekolah. Ia menengadah--mendapati seorang laki-laki bersama tiga rekannya tengah berdiri di hadapannya.
"Lo ngapain pagi-pagi gini gangguin anak orang, hah!?" Gabriel berujar dengan tangan di kedua saku celana abu-abunya.
Sementara Adit dan Bobby hanya melihat kelakuan teman mereka sepagi ini ikut campur membela seorang perempuan. Gadis yang bahkan tidak pernah mereka lihat ada di sekolah ini. Haris yang ikut malah bersandar di dinding dengan kedua tangan menyilang di dada.
Selepas kepergian cowok itu, Gabriel langsung berbalik dan menatap Kalea intens.
"Kalea bukan?"
Melihat diamnya perempuan itu, Gabriel langsung mengalihkan pandangannya pada pergelangan gadis itu yang memerah.
"Mata gue gak salah liat, kan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments