Mayza menatap jengkel pada Dokter obgyn tersebut. Ia segera melakukan tugasnya dengan sangat hati-hati dan penuh perasaan. Meskipun hatinya sedikit gedeg dengan sang Dokter, tetapi kenyamanan pasien adalah yang utama.
"Sudah selesai, Bu. Jangan terkena air dulu ya, Bu. Minta bantuan suster dulu untuk membersihkan tubuh Ibu," ucap Mayza memberi peringatan.
"Baik, Bu Bidan. Terimakasih banyak," jawab pasien tersenyum ramah.
"Sama-sama, Bu. Semoga lekas pulih ya. Debaynya tampan sekali," ucap May sembari menoel pipi bayi yang masih berumur dua hari itu.
"Tentu saja tampan, karena Om dokternya juga tampan," sahut Razher membuat senyum di bibir Mayza hilang seketika.
"Ehem! Apakah masih ada pasien yang ingin kita kunjungi?" tanya Mayza tak ingin meladeni.
"Kamu kan bisa baca di daftar yang ada di tanganmu itu," sahut Razher seraya melangkah meninggalkan ruangan tersebut.
Mayza hanya menghela nafas pelan lalu mengejar langkah sang Dokter. Akhirnya visit pagi selesai di laksanakan. Walaupun Mayza sedikit kenyang dengan gombalan Dokter Tengil itu.
Siang ini Alzikri gegas pulang setelah jam praktek selesai. Ia mendapatkan telpon dari sang Ayah. Ayah Zafran meminta bantuannya untuk menjemput pasien rumah singgahnya yang ada di luar kota.
"Assalamualaikum!" seru Al mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam... Kamu baru pulang, Nak?" Bu Zurra menjawab salam anak keduanya itu.
"Iya, Bu. Udah cantik banget, Ibu mau kemana?" tanya Al sembari menyalami tangan sang Ibu dengan takzim.
"Hari ini ibu dan ayah mau menghadiri acara pernikahan teman Ibu. Kamu bisa gantiin Pak Imam untuk jemput pasien kan? Soalnya Pak imam sedang sakit," terang Bu Zurra pada anak lajangnya itu.
"Baik, Bu. Oya, ayah mana?" tanya Al tak melihat sang ayah.
"Aya ada di kamar Bang Revan. lagi kasih obat Abang," jawab Ibu.
Ya, meskipun Revan bukanlah anak biologis Dokter Zafran, tetapi kasih sayangnya tidak pernah pudar. Hingga saat ini Zafran masih selalu membantu Zurra dalam merawatnya.
"Oh, yaudah. Aku ke kamar dulu ya, Bu."
"Ya, sana ganti baju dulu, habis itu kita makan bareng."
"Baik, Bu!"
Al segera menuju kamarnya bersiap untuk berangkat keluar kota. Ya, pihak yayasan orangtuanya itu menyediakan ambulance gratis untuk penjemputan para pasiennya yang menjalani rawat jalan setiap bulannya.
Sembari menunggu Al, Zurra membantu Bibik untuk menata hidangan di meja makan.
"Al sudah pulang, Dek?" tanya Zafran sembari menjatuhkan bokongnya di kursi.
"Sudah Bang. Masih ganti di kamar," sahut Zurra sembari mengisi piring sang suami.
"Dikit aja, Dek. Nanti di pesta kan makan lagi," celetuk lelaki itu membuat Zurra tersenyum.
"Ish, Abang bisa aja. Eh, tapi rugi juga kan Bang kalau kita nggak makan, apalagi banyak menu pilihan," timpal wanita itu yang di balas kekehan oleh suaminya.
"Gaya kamu itu ya, Dek. Oya, putriku juga belum pulang?"
"Belum, tadi dia telpon. Katanya hari ini ada tambahan mata kuliah."
"Siang, Bu, Yah!" sapa Al menghampiri kedua orangtuanya yang ada di meja makan lalu menyalami tangan sang Ayah.
"Ayo duduklah, ini makanan kamu." Zurra menyodorkan piring yang telah ia isi makanan.
"Terimakasih Ibuku sayang." Al menerimanya dan segera menikmati, dan tentu saja tak melupakan Do'a terlebih dahulu.
"Al, kamu tahu alamat Bu Imar kan?" tanya Ayah pada putranya.
"Bu Imar yang ada di kota Xxx itu kan, Yah?"
"Ya, nanti kamu jemput Bu Imar terlebih dahulu, dan setelah itu jemput pasien baru. Pokoknya nanti kamu tanya Bu Imar saja, karena pasien baru itu masih kerabatnya Bu Imar. Dan anaknya mengidap Hidrosefalus," terang Ayah Zaf dengan detail.
"Baiklah, Yah. Jadi berapa orang pasien yang dari kota Xxx, Yah?"
"Ada empat orang. Nanti lewat tol saja, kamu bawa teman saja biar ada yang menemani."
"Siapa yang akan aku bawa ya? Ah, Razher saja Yah," sahut Al yang memang sudah terbiasa membawa saudara sepupunya itu kemanapun dia pergi.
"Emang Razher tidak sibuk?" tanya Bu Zurra.
"Kayaknya sih nggak, Bu. Tapi nanti aku coba hubungi."
Akhirnya keluarga itu menyelesaikan makan siang mereka. Setelah makan, Alzikri segera pamit pada kedua orangtuanya untuk menuju kota yang akan ia datangi demi menjemput para pasien yang mereka bantu dalam pengobatan.
Al membawa kendaraannya menuju yayasan, sesampainya disana ia menukar dengan mobil ambulans yang biasa di gunakan untuk penjemputan pasien. Setelah itu ia segera menuju kediaman Tante Zhera untuk menjemput Razher.
"Assalamualaikum, Tante!"
"Wa'alaikumsalam... Loh, tumben siang-siang kesini, Nak?" tanya Tante seraya mengulurkan tangannya untuk di salami oleh keponakannya.
"Iya, aku ada janji sama Razher, Tan. Apakah dia sudah pulang?"
"Sudah, bentar Tante panggilkan. Kalau kamu mau minum minta sama si mbok aja ya."
"Baik, Tante."
Al segera menjatuhkan bokongnya di sofa yang ada di ruang keluarga. Sementara itu Razher baru saja hendak istirahat. Rasanya siang ini ia begitu lelah, karena tadi di RS cukup banyak pasiennya yang operasi.
TOK! TOK!
"Bang, Mama boleh masuk!" panggil Mama sembari mengetuk pintu kamar putranya.
"Iya masuk aja, Ma!" jawab Razher masih berbaring di ranjangnya.
"Loh, kok kamu tiduran, Bukannya kamu ada janji sama Al?" tanya Mama menatap heran.
"Janji sama Al? Nggak, aku nggak ada janji apa-apa," jawab Razher jujur.
"Lah, itu ada Al di bawah."
"Ck, mau ngapain sih dia. Ah aku nggak mau, Ma. Suruh dia pulang saja. Pasti dia ada maunya," ujar lelaki itu mendapat tatapan tajam dari sang Mama.
"Y-ya baiklah." Akhirnya dengan hati dongkol Razher keluar dari kamar untuk menemui sepupunya yang tergolong cukup jahil seperti dirinya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Eka
sama2 jadi raja jahil
2024-10-29
0
🍁Ƭɧเɛɛ❣️❀∂я 💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
baru ditatap aja udah ciut Razher gimana kalo dimarahin😅
2024-06-05
2
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
wah pasti rame sudah ketemu berdua
2024-05-06
1