Alzikri terkekeh kecil seraya mengejar langkah Razher yang sedang tak bersahabat.
"Woi, santai dong! Kenapa wajahmu seperti jeruk purut sih? Lagi datang bulan?" goda Al pada saudaranya itu.
"Eh gila! Dikira aku perempuan?" kesal lelaki itu. "Aku lagi buru-buru, Al. Kamu nggak usah ngerecokin aku dulu!" ujar Razher masih meneruskan langkahnya menuju ruang prakteknya.
"Hahaha.... Makanya tidur jangan kebluk. Nggak capek apa selalu terlambat seperti ini?"
"Aduh, nggak usah ceramah ya. jangan sampai otakku tidak konsen mendengar ceramahmu!"
"Hah, di bilangin malah ngelawan." Al mendengus kesal.
Kedua Dokter itu berpisah di lorong yang berbeda. Razher harus visit terlebih dahulu sebelum jadwal operasi yang akan dilakukannya jam sepuluh pagi. Sedangkan Al segera menuju ruang prakteknya untuk melakukan pemeriksaan bagi pasiennya yang rawat jalan.
Ya, Alzikri menggantikan tugas ayahnya, yaitu sebagai Dokter spesialis neurologi anak. Karena Dr Zafran sudah tidak aktif lagi di RS tersebut. Zafran hanya fokus di kliniknya sendiri dengan pasien-pasiennya yang di khususkan untuk yayasan rumah singgahnya.
Humayza baru saja selesai memperkenalkan diri dengan kepala ruangan dan juga Bidan-bidan senior lainnya. Wanita cantik yang menggunakan hijab itu masih memahami apa yang di terangkan oleh atasannya.
Sebagai yang telah mendapatkan gelar seorang Bidan, tentu saja ia sudah paham. Namun, masih banyak unit-unit di RS yang harus ia pelajari. Ia juga harus mencocokan antara teori pelajaran dari sekolah dengan kenyataan yang ada. Dan beberapa kali pertanyaan timbul di dalam otak wanita itu.
Humayza menelan pertanyaan-pertanyaan itu dalam diam dengan di selimuti kebingungan. Ia menyadari bahwa praktek lapangan yang pernah ia lakukan terkadang tidak sesuai dengan praktek yang sesungguhnya.
Mungkin di karenakan zaman yang semakin maju, maka cara kerja sudah banyak di kendalikan oleh sistem. Humayza harus beradaptasi dengan sesama petugas lainnya, terutama dengan para seniornya agar ia dengan mudah memahami.
"Mayza, pagi ini kamu dampingi Dokter Razher untuk visit pagi ya," titah kepala ruangan.
"Baik, Bu!" Mayza mengangguk patuh.
"Ayo May, saya tunjukkan dimana ruang prakteknya dan saya kenalkan dengan Dokter obgynnya." Salah seorang rekannya membawa gadis itu untuk menuju ruang praktek Dokter obgyn tersebut.
"Seperti yang telah di terangkan oleh Bu Maya, setelah selesai mendampingi Dokter Razher, kamu kembali lagi ke ruang perinatologi. Nanti aku bimbing biar kamu tahu cara kerjanya," ujar Bidan senior itu ternyata cukup care terhadap dirinya.
"Baik Kak Susi. Terimakasih."
"Sama-sama."
Kedua wanita itu sampai di ruangan Dokter SpOG tersebut. Susi membawa Mayza masuk.
"Selamat pagi, Dokter!" sapa Susi tersenyum ramah.
"Pagi, cantik!" balas sang Dokter tak kalah ramahnya.
Seketika Mayza terkesiap saat menyaksikan siapa lelaki yang ada di hadapannya. Gadis itu benar-benar tidak menyangka bahwa lelaki yang tadi menabrak dirinya adalah Dokter obgyn yang akan ia dampingi.
"Dok, ini Bidan Umayza. Dia yang akan mendampingi Dokter visit," ucap Susi memperkenalkan.
"Jadi kamu Bidan baru itu. Cantik, tapi sayangnya suka marah-marah," ujar Razher mengkritik tipis.
"Ah, saya minta maaf untuk kejadian tadi, Dok. Tadi saya lagi buru-buru," sahut Mayza mencoba untuk seramah mungkin.
"Jadi tadi Dokter dan Bidan Mayza sudah ketemu?" tanya Susi sedikit kepo.
"Sudah, kami sempat tabrakan maut. Hehe." lelaki itu menjawab dengan cengengesan sehingga membuat Susi ikut tertawa.
"Aih, Dokter bisa aja. Yaudah, kalau begitu saya pamit dulu ya, Dok. Semoga bisa menjadi rekan kerja yang baik," ujar Susi pamit undur.
"Tenang saja, Dek. Nanti akan Abang buat Bidan Mayza nyaman di samping Abang," sahut lelaki itu mulai dengan gayanya yang sedikit agak lain, ditambah tingkah tengilnya dan di bumbui beberapa gombalan.
"Hahaha.... Kamu jangan baper dengan sikap Dokter Razher, May. Karena dia memang kocak dan banyak gombalan. Tetapi sangat mantap jiwa kok," celoteh Bidan Susi memberitahukan bagaimana karakter Dokter kondang di RS itu.
Mayza hanya mengangguk dengan senyum tipis. Setelah Bidan Susi keluar dari ruangan tersebut, kini tinggal mereka berdua di sana.
Razher tersenyum sembari mengamati penampilan Mayza dari atas hingga bawah. Dan hal itu membuat empunya merasa sedikit tidak nyaman. Sebenarnya dia Dokter kocak atau genit sih. Mayza merapatkan kakinya sembari memangku file pasien di dadanya.
"Dokter memperhatikan apa, apakah ada yang salah dengan penampilan saya?" tanya gadis itu penasaran.
"Tidak ada yang salah, karena titik koma dalam kalimat saja Abang perhatikan, apalagi dirimu yang terlihat sangat cantik pagi ini," jawabnya membuat Mayza berasa mual. Entah itu efek gombalan sang Dokter atau memang efek belum sarapan.
Tak ada jawaban dari gadis cantik itu, ia hanya nyengir tipis sembari berkata dalam hati. Sebenarnya ini Dokter atau kang gombal?
"Sudah siap?" tanya Razher masih dengan gayanya yang santai. Dia tidak tahu saja bahwa Bidan pendampingnya itu sedang berpikir aneh tentang dirinya.
"Ah, sudah, Dok," jawab May sedikit kikuk.
"Nggak usah kaku begitu. Abang orangnya santai. Mending kita bikin romantis saja."
Lagi-lagi Mayza menjadi entah. "Maaf Dok, apakah kita masih lama disini?" tanya gadis itu merasa tidak tahan lagi.
"Kenapa, adek mau ke kamar mandi ya? Nanti aja di muntahinnya," jawabnya seakan sudah tahu apa yang ada dalam pikiran gadis itu.
"Hehe, iya. Tapi berasa tambah mual, Dok," jawab Mayza. Sungguh hari pertama bekerja membuat asam lambungnya naik.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Eka
huem jahilnya nurun dedy nya ni anak
2024-10-29
0
Lilik Juhariah
waduh bahaya ni pak dokter , bisa baper semua kl petugas RS dibilang cantik😂😂
2024-10-02
1
🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀకꫝ 🎸🎻ଓε🅠🅛⒋ⷨ͢⚤
😭😭 dokternya kocak udah kekeh gombal pula tapi yg di gombalin malah responya b aja
2024-06-05
3