Razher tersenyum melihat ekspresi Bidan pendampingnya itu. Ia tertantang dengan sikapnya yang sedikit tergolong hipertensi. Lucu juga godain cewek jutek, tapi wajahnya terlihat manis bila sedang marah.
Razher dan May segera keluar dari ruangan tersebut. Mereka menyambangi kamar para pasiennya yang menjalani rawat inap.
"Selamat pagi, Bu. Bagaimana pagi ini? Apakah masih mual?" sapa Razher pada salah satu pasiennya yang mengalami hiperemesis gravidarum.
"Sudah tidak terlalu, Dok," jawab wanita muda yang berbaring di bed pasien.
"Syukurlah. Izin saya periksa sebentar ya." Razher segera memeriksa kondisi si pasien.
Sementara itu Mayza baru saja menerima catatan sejarah perawatan pasien dari suster. Ia menerangkan pada Razher.
"Baik, Ibu tidak perlu khawatir ya. Semuanya bagus, hal seperti ini memang sering terjadi pada wanita hamil di trimester pertama. Dan itu di karenakan hormon chorionic gonadotropin meningkat dalam darah. Dan nanti setelah memasuki trimester kedua, maka keluhan seperti mual, pusing, akan mereda dengan sendirinya. Yang penting Ibu harus di usahakan untuk makan walaupun sedikit Ya, minimal minum susu hamil," terang Razher tampak serius.
"Baik, Dok. Terimakasih," jawab wanita hamil itu tersenyum ramah.
"Nah, untuk Ibu hamil memang di haruskan banyak senyum. Karena jika tidak, maka baby-nya nanti akan jutek seperti Bu Bidan," ujar Razher menunjuk Mayza yang ada di sampingnya.
"Hehe, tapi Bu Bidannya ramah kok, Dok."
"Ah, terimakasih banyak, Bu. Karena saya jutek terkhusus bagi orangnya. Ibu belum tahu saja bagaimana ramahnya saya, bahkan saya bisa senyum-senyum sendiri," kelakar Mayza membuat ibu hamil itu terkekeh.
"Eh, ternyata kamu bisa ngelawak juga?" tanya Razher.
"Bisalah. Ya, meskipun terdengar agak garing."
"Hahaha.... Ya, sangat garing, tetapi tetap renyah kok," timpal Razher membuat Mayza tersenyum kecut.
"Baiklah, kalau begitu mari kita menuju kamar yang lainnya. Dan jangan lupa untuk kembali menghibur. Nggak pa-pa garing, asalkan jangan melempem saja."
Mayza hanya tersenyum tipis mendengar ucapan lelaki itu yang ternyata tampak begitu senang menertawai dirinya.
"Kamu sudah pernah kerja di RS?" tanya Razher sembari berjalan menuju kamar rawat pasiennya yang lain.
"Sudah, Dok."
"Oya, di RS mana?"
"Rumah sakit inilah," sahutnya membuat langkah sang Dokter terhenti.
"Candaan kamu lucu banget ya. Tapi ini sangat melempem," ujar Razher gemas.
"Apaan sih, Dokter kan nanya, terus aku jawab dengan jujur. Lah aku di katain bercanda," balas gadis itu sewot sembari mendahului langkah Razher.
"Bukan itu maksud aku, Bu Bidan!" seru lelaki itu mengejar langkah Mayza.
"Jadi yang bagaimana maksud, Dokter?" tanya Mayza memelankan langkahnya sehingga posisi mereka kembali beriringan.
"Maksud aku, apakah sebelumnya kamu sudah pernah bekerja di RS selain RS ini?"
"Nah begitu kek dari tadi nanyanya," gumam gadis itu menatap santai.
"Ya baiklah, anggap saja aku salah. Sekarang jawab dong pertanyaan Abang. Jangan membuat Abang mati."
"Mati apa? Mati penasaran maksudnya?"
"Hahaha.... Ternyata kamu tahu saja." Razher terkekeh mendengar ucapan Mayza.
"Ternyata selain kang gombal, Dokter juga kepoan ya."
"Eh, nggak juga. Cuma dengan orang tertentu saja," jawab Razher membuat Mayza terdiam menatap bingung.
Akhirnya pasangan Dokter dan Bidan itu kembali menyambangi kamar pasien yang baru dua hari melahirkan secara Caesar.
"Selamat pagi, cantik! bagaimana keadaannya pagi ini? Apakah aman?" sapa Razher tersenyum ramah.
"Selamat pagi, Dokter. Alhamdulillah aman Dok, tapi masih agak nyeri di sini, Dok," sahut wanita itu sembari menunjuk bagian bekas Caesarnya.
"Baiklah, izin saya periksa sebentar ya. Ayo baring dulu."
"Bujud, tolong bantu buka perbannya ya," ujar Razher pada Mayza. Dan sontak gadis itu mengerutkan keningnya mendengar panggilan sang Dokter yang sama sekali ia tidak tahu artinya. Kenapa meresahkan sekali tingkah perangainya.
"Ya Allah, dia malah bengong. Nanti saja terkesimanya setelah keluar dari ruangan ini," ujarnya percaya diri maksimal.
"Pak dokter suka sekali godain Bu Bidannya," celetuk ibu dari si pasien.
"Eh, ada ibuku yang cantik. Mana janji Ibu mau kasih saya hadiah jika cucu-nya cowok?" timpal Razher menagih janji pada wanita tua itu.
"Masih ingat saja Pak Dokter. Sini Ibu kasih hadiah cium saja ya," ujarnya membuat Razher terkekeh.
"Hahaha... Baiklah." Razher benar-benar mendekati wanita tua yang di perkirakan sebaya dengan Omanya.
Wanita itu tersenyum bahagia sembari menangkup pipi Dokter anaknya itu dengan mata berkaca-kaca. "Terimakasih sudah membantu anak ibu, Nak. Semoga kamu selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah. Muuuaach!" wanita tua itu mencium pipi Razher.
Seketika semua orang yang ada di dalam ruangan itu tertawa melihat tingkah Dokter dan Ibu pasien tersebut. Tak salah Razher terkenal Dokter kondang di RS itu. Tingkahnya yang kocak dan juga sangat ramah pada siapapun. Dia juga sangat menghormati orang-orang tua.
"Terimakasih banyak atas Do'a dan hadiahnya, Bu. Semoga Ibu juga selalu sehat dan bahagia selalu agar bisa selalu bersama cucu kesayangan ini."
"Aamiin ya Allah.... Ibu doain juga semoga segera di pertemukan dengan jodohnya."
"Aamiin..." Razher kembali berdiri di samping Mayza. Ia memeriksa luka bekas operasi Caesar di kulit perut wanita itu.
"Oh, ini tidak apa-apa ya, Bu. Bekas operasi bagus, tidak ada infeksi. Mungkin sakit yang Ibu keluhkan hanya luka dalam yang belum kering. Nanti kita suntikkan obat antibiotik lagi dan sedikit saya tambah dosis obat nyerinya," terang Razher serius dalam menerangkan.
"Baik, Dok. Terimakasih."
"Sama-sama, cantik."
"Bujud, silahkan di perban kembali," titahnya membuat Mayza menatap kesal.
"Bisa nggak sih panggilannya jangan seperti itu," omel May menatap malas.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Eka
dasar shi dokter tengil
2024-10-29
0
Lilik Juhariah
bujud apa.sih
2024-10-02
0
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
syang'y cm hy di dunia novel, klo dunia nyata mah liht dokter tuh kya lihat hantu mna berani sprti itu 😅😅 apalgi klo dokter'y kelihat judes mna berani becandaan😁
2024-06-09
1