Bab 5

Makan malam pun dimulai dengan suasana hening. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang menghiasi suasana makan malam itu.

Setelah selesai makan malam, Jonathan ingin segera naik ke kamarnya karena mereka akan menginap di sana untuk malam ini.

"Kamu mau kemana,Jo?" tanya Cris pada Jonathan.

"Aku mau ke kamar dan istirahat, Pa," jawab Jonathan.

"Duduk dulu! Ada sesuatu yang ingin kami bicarakan dengan kamu," ucap Cris pada Jonathan.

Jonathan pun hanya bisa duduk sesuai dengan permintaan Papanya.

"Kami ingin menjodohkan kamu dengan anak teman Papa. Namanya Nayla dan dia sedang kuliah di semester akhir sekarang. Kamu dan Nayla akan segera menikah," ucap Cris yang mendapatkan tatapan tidak percaya dari Jonathan.

"Pa, kenapa Papa menjodohkan Jo dengan anak teman Papa? Ini bukan lagi zaman Papa dan Mama. Ini bukan lagi zamannya perjodohan, Pa. Jo bisa mencari pasangan Jo sendiri. Apa kata orang-orang kalau tahu Jonathan menikah karena perjodohan?" ucap Jonathan mencoba menolak.

"Papa batalkan saja perjodohan itu karena Jo tidak tertarik sama sekali. Lagipula, Jo tidak akan menikah dengan wanita yang tidak Jo cintai. Bahkan tidak Jo kenal sama sekali."

"Pokoknya Kakek tidak mau tahu. Kamu harus mau menikah sama anak dari teman Papamu" ucap Kakek Jonathan buka suara.

"Tapi Kek, Jo...," ucap Jonathan tapi langsung di potong oleh Kakeknya.

"Mau sampai kapan kamu sendiri seperti ini? Mau sampai kapan kamu menutup hati kamu untuk wanita diluar sana? Gara - gara dia kamu jadi tidak pernah serius untuk menjalin hubungan lagi. Sedangkan dia sudah nikah dan sekarang dia sudah punya 2 anak. Apa kamu tidak mau memberikan cucu untuk papa sama mama kamu?" tambah Kakek Jonathan pada cucu semata wayangnya.

"Kami melakukan ini semua juga untuk kebaikanmu, Jo. Kami tidak kamu disaat kamu ingin mencoba membuka hatimu, kamu malah memberikan kesempatan itu kepada orang yang salah. Kami tidak mau kamu kembali terluka dan berakhir dengan trauma untuk membuka hatimu."

"Teman Papamu itu merupakan orang yang baik. Papamu juga sudah bertemu dengan anaknya dan Papamu bisa melihat jika anak temannya itu adalah wanita baik-baik. Jadi, cobalah untuk membuka hatimu untuk dia dan hiduplah dalam keluarga yang bahagia bersama dengan anak teman Papamu itu."

Tidak hanya sang Papa dan Kakek, Mama dan Nenek Jonathan juga turut membujuk Jonathan agar mau menikah dengan gadis pilihan Cris.

"Terserah sama kalian. Tapi Jo tidak bisa janji jika dia bisa tahan sama sikap Jo nantinya," ucap Jonathan seraya bangkit dari duduknya.

"Kamu tenang saja. Yang ada adalah apa kamu yang bisa tahan sama sikap dia atau tidak?" tambah Cris seraya terkekeh mengingat sikap Nayla tadi siang.

Hari pun telah berganti. Sinar mentari telah mulai menaiki tahtanya untuk menemani makhluk ciptaan Tuhan melewati hari mereka.

"Nay, Nayla bangun," teriak Ega seraya mengetuk pintu kamar Nayla untuk membangunkan adiknya itu.

"Ada apa, Kak? Kenapa Kakak malah mengganggu tidur Nayla?" rengek Nayla ketika membuka pintu kamarnya. "Ini hari libur, Kak. Nayla tidak mau diganggu."

"Maaf ya, Adik kesayangan Kakak," ucap Ega. "Kakak mau minta tolong sama kamu."

"Nanti saja, Kak," jawab Nayla hendak menutup pintu. "Nayla mau tidur lagi."

"Tidak bisa, Nayla." Ega mencegah gerakan Nayla. "Ini sangat mendesak dan harus segera dilakukan."

"Memangnya Kakak mau apa?" tanya Nayla dengan nada kesal.

"Tolong temani Kakak pergi hari ini," ucap Ega yang kemudian menyatukan kedua telapak tangannya untuk memohon. "Please!"

"Kemana?" tanya Nayla dengan ketus karena penasaran dan sudah sedikit lebih sadar.

"Ke pesta pernikahan temen Kakak," jawab Ega. "Sebentar saja. Mau ya? Masa kamu tega membiarkan Kakak pergi sendiri."

"Nanti, Kakak akan membelikan kamu novel kesukaan kamu."

"Dua, boleh?" tawar Nayla mengambil kesempatan. "Tapi Nayla juga mau makan es krim saat pulang nanti.*

"Oke, oke," ucap Ega setuju. "Kalau begitu, kamu harus segera bersiap-siap. Tidak enak kalau kita perginya kesiangan."

"Iya," jawab Nayla. "Nayla mandi sama siap-siapnya tidak akan lama. Kakak tenang saja," jawab Nayla. "Tapi, nanti jangan lama-lama kita di sana. Ingat, Kakak sudah punya janji dengan Nayla."

"Siap, Adik Kesayangan Kakak." Ega mengacak rambut Nayla.

"Kakak juga mau bersiap-siap dulu."

"Iya, sana," ucap Nayla. "Nanti, Kakak tunggu Nayla di bawah saja. Kalau Nayla turun dan Kakak tidak ada di sana, Nayla batal pergi menemani Kakak."

"Iya." Ega kembali mengacak rambut Nayla sebelum pria itu pergi ke kamarnya.

Setelah hampir satu jam, akhirnya Nayla selesai juga. Dia menggunakan dress selutut dengan model Sabrina berwarna pink yang membuat dirinya semakin terlihat anggun dan cantik.

Nayla pun segera turun ke bawah karena tidak mau sang Kakak kembali mengamuk.

"Kak Ega ... Nayla sudah siap," teriak Nayla seraya menuruni tangga.

"Kalau begitu, kita jalan sekarang saja, ya?" ucap Ega yang menyimpan ponselnya di saku celana.

"Kalau sedang ada maunya, bicaranya lemah lembut. Tapi, coba saja kalau tidak ada maunya. Kakak pasti akan mengejek Nayla dan membuat mood Nayla jelek," ejek Nayla yang membuat Ega hanya bisa terkekeh seraya menggaruk belakang kepalanya yang tiba-tiba gatal.

"Makanya, Kakak cepat-cepat cari pacar. Biar kalau ada undangan seperti ini, Kakak bisa ajak pacar Kakak."

"Iya, Iya," jawab Ega. "Nanti Kakak akan segera mencari calon Kakak Ipar untuk kamu."

"Sudah-sudah," ucap Dika yang sebenarnya sudah sangat malas untuk melerai perdebatan tidak berguna kedua anaknya itu. "Kalian itu mau bertengkar atau mau pergi menghadiri undangan?"

"Kalau kalian mau bertengkar, silakan naik keatas agar Papa dan Mama tidak pusing mendengarkannya."

"Hehehe," kedua orang yang dimaksud oleh Dika terkekeh.

"Ya sudah, kalau begitu, kita berangkat sekarang dulu, Pa, Ma," pamit Ega pada kedua orang tuanya dan diikuti oleh Nayla.

"Hati-hati di jalan. Jangan berkendara dengan kecepatan tinggi," ucap Gina tidak lelah berpesan kepada anak-anaknya. "Dan ingat, jangan bertengkar saat kalian di sana."

"Iya, Ma," jawab Ega dan Nayla dengan serentak.

Kini, mobil yang dikendarai oleh Ega sedang membelah jalanan yang sedang lenggang dengan Nayla yang duduk di kursi yang ada di samping pengemudi.

"Jadi, Nay, apa kamu sudah mengambil keputusan soal perjodohan kamu dengan anak teman Papa?" tanya Ega dengan serius setelah keduanya mengobrol santai selama diperjalanan.

"Apa kamu akan menerima perjodohan itu dan menikah dengan anak teman Papa itu? Apa kamu akan melakukan apa yang Papa dan Mama putuskan?"

Terpopuler

Comments

George Lovink

George Lovink

Cerita yang monoton dan selalu tentang perjodohan...pantas para penulis nggak pernah kreatif karena plotnya tak jauh dari perjodohan...

2024-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!