"Apa maksud Om tadi?" tanya Nayla yang tidak mengerti. "Apa Om mau menjadi Papa asuh Nayla?"
"Tapi, Nayla sudah besar, Om. Sudah bukan masanya Nayla mendapatkan orang tua asuh."
"Bukan seperti itu, Nayla," jawab Cris. "Maksud Om adalah bagaimana kalau kamu menikah sama anak Om dan jadi anak Om."
"Uhuk, Uhuk." Nayla meraih gelas yang berisikan air dan meminumnya untuk melegakan tenggorokannya.
"Apa maksud kamu, Cris?" tanya Dika yang juga terkejut dengan apa yang dikatakan oleh temannya.
"Dik, bagaimana kalau kita menjodohkan anak-anak kita?" tanya Cris pada Dika seraya memperjelas maksudnya.
"Tapi Nayla masih kuliah, Cris," tolak Dika secara halus.
"Hal itu tidak masalah sama sekali, Dika. Mereka bisa menikah secepatnya dan Nayla juga bisa melanjutkan pendidikannya," jawab Cris. "Setelah mereka menikah nanti, kami juga akan menganggap Nayla sebagai putri kami dan mendukung semua cita-cita Nayla."
"Kamu tidak takut jika Nayla bertemu dengan pria yang salah dan akan berakhir dengan menyakitinya nanti?"
"Aku takut, Dika. Aku takut sekali jika putraku bertemu dengan wanita yang salah lagi. Kamu tahu betapa hancurnya dia saat itu? Cukup sekali aku menjadi saksi kehancuran putraku. Aku juga tidak ingin kau merasakan apa yang sudah pernah aku rasakan Dika."
"Aku juga tidak ingin hal itu terjadi, Cris. Tapi umur Nayla masih muda. Sifatnya Nayla juga masih kekanak-kanakan," jawab Dika.
"Dan aku juga tidak bisa mengambil keputusan seperti ini sendiri. Aku harus membicarakannya dengan istriku terlebih dahulu karena bagaimanapun, dialah yang sudah mengandung dan melahirkan Nayla ke dunia ini. Tidak adil rasanya jika aku mengambil keputusan secara sepihak tanpa berkomunikasi dengannya."
"Apa maksud Papa? Aku masih muda, Pa. Nayla masih belum ingin menikah," rengek Nayla pada Dika.
Cris dan Dika kembali melanjutkan pembicaraan panjang lebar mereka dengan tanpa menghiraukan ucapan, pendapat dan rengekan Nayla sama sekali.
Mereka pun sepakat untuk membicarakan hal itu kepada istri mereka masing-masing. Mereka juga akan merencanakan pertemuan kedua keluarga itu dalam waktu dekat.
Nayla yang sedang ngambek memutuskan untuk tidak bicara sama sekali dengan Papanya. Kini mereka sedang dalam perjalanan untuk menjemput Gina.
Awalnya, Gina sangat terkejut karena putrinya yang biasanya bawel itu tidak membuka mulutnya sama sekali. Sehingga, wanita itu menjadi penasaran dengan apa yang terjadi dengan anak gadisnya itu.
"Sayang, apa sudah terjadi sesuatu denganmu? Kenapa kamu diam saja?"
"Semua gara-gara Papa, Ma," jawab Nayla membuat Gina mengerutkan keningnya dan mengajukan pertanyaan kepada suaminya itu.
"Sayang, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kamu lakukan sampai-sampai putri kita ini bisa menjadi gadis kalem yang pendiam seperti ini?"
"Aku akan menceritakannya nanti saat kita makan malam nanti, Sayang," jawab Dika membuat Gina menghela nafasnya karena harus menahan rasa penasaran.
Tidak terasa, waktu yang dikatakan oleh Dika telah tiba. Semuanya kini telah berkumpul di ruang makan untuk menikmati makan malam mereka.
"Kenapa dengan anak kecil kita yang satu ini?" tanya Ega saat melihat adiknya yang sedang mengerucutkan bibirnya di meja makan padahal dia belum membuat adiknya itu kesal sama sekali.
"Papa ada pengumuman penting untuk kalian semua. Papa harap kalian semua bisa setuju dengan pilihan yang sudah Papa buat," ucap Dika. "Terutama kamu, Nayla. Papa melakukan semua ini untuk kebaikan dan masa depan kamu."
"Memangnya apa yang sudah kamu putuskan, Sayang?" tanya Gina. "Apa ini ada kaitannya dengan sikap Nayla yang berubah?"
"Papa dan teman Papa sudah sepakat untuk menjodohkan putra mereka dengan Nayla. Mereka akan menikah secepatnya," beritahu Dika.
Hal itu sukses membuat Gina dan Ega terkejut. Menurut keduanya, wajar saja jika Nayla menjadi ngambek seperti itu.
"Apa Papa ada hutang dengan teman Papa itu sehingga Papa melunasinya dengan cara menikahkan Nayla?" tanya Ega yang langsung mendapatkan tatapan tidak terima dari Dika.
"Apa maksud kamu, Ega? Apa Papa adalah orang yang tega melakukan hal seperti itu di matamu?" tanya Dika membuat Ega terdiam karena sudah salah bicara.
"Maaf, Pa," ucap Ega. "Tapi, siapa tahu saja, Pa. Sekarang banyak cerita seperti itu di novel. Orang tuanya berhutang dan anaknya jadi pelunasan."
Dika pun hanya bisa menggelengkan kepalanya atas apa yang dipikirkan oleh putranya itu.
"Sayang, tapi Nayla itu masih muda. Dia juga belum lulus kuliah," ucap Gina bagaikan angin segar untuk Nayla.
"Benar, Ma," ucap Nayla dengan nada sendu. "Nayla juga masih mau menghabiskan masa muda Nayla."
"Sayang, aku melakukan semua ini untuk kebaikan Nayla," ucap Dika menyampaikan apa yang dia pikirkan. "Aku tidak mau nanti Nayla bertemu dengan pria yang salah dan akan menyakitinya."
"Nayla itu perempuan, Sayang. Aku tidak mau pria yang dia temui nanti hanya ingin merusaknya saja. Kamu sendiri juga tahu bukan bagaimana pergaulan anak zaman sekarang?"
"Lagipula, putra Cris itu pasti pria yang baik. Aku yakin dia pasti akan bisa menjaga Nayla dan membuat Nayla menjadi lebih dewasa."
"Kalau untuk masalah cinta, perasaan itu pasti akan tumbuh setelah mereka menghabiskan waktu bersama."
Dika terus saja membujuk Gina sehingga istrinya itu menyetujui perjodohan itu pada akhirnya.
"Cie," goda Ega kepada Nayla. "Sebentar lagi ada yang akan segera menikah."
"Ingat, belajar untuk jadi istri yang baik. Jangan galak-galak sama suami."
"Kak, Kakak itu seharusnya bantuan Nayla agar Nayla tidak dipaksa menikah dengan anaknya Om Cris. Masa kakak mau Nayla menikah duluan daripada Kakak?" balas Nayla yang mencoba untuk mendapatkan dukungan dari Ega.
"Kakak tidak masalah kok," jawab Ega. "Kakak hanya penasaran saja siapa calon Adik Ipar Kakak. Keberuntungannya pasti buruk karena harus mendapatkan istri seperti kamu."
Pranggggg
Nayla melemparkan sendok ke arah Ega dan berhasil mengenai tangan Ega.
"Lihat. Sama Kakaknya sendiri saja seperti ini. Apa lagi sama suaminya nanti. Bisa-bisa suaminya jadi korban KDRT setiap hari," tambah Ega sambil mengelus tangannya yang tidak terlalu sakit.
"Kak Ega ...," teriak Nayla membuat Dika dan Gina menggelengkan kepala.
"Sudah, Jangan bertengkar terus! Habiskan makanan kalian," ucap Dika kembali menengahi.
"Tapi, Pa, Kak Ega yang mulai duluan," gerutu Nayla sambil memasukkan makanan ke mulutnya.
Akhirnya, mereka bisa makan dalam ketenangan walaupun Nayla masih saja cemberut karena keputusan kedua orang tuanya.
Sedangkan di tempat lain, Jonathan dan kedua orang tuanya sedang berkumpul di rumah Kakeknya saat ini. Mereka akan makan malam bersama malam ini dan hal itu sukses membuat Jonathan merasa ada yang tidak beres.
"Jo," panggil Helena. "Ayo, ke sini! Makan malamnya sudah siap."
"Iya, Ma," jawab Jonathan yang mulai berdiri dari duduknya.
"Jo, tolong panggil Kakek dan Papa kamu. Mereka ada di ruang kerja Kakekmu," minta Nenek Jonathan.
"Baik, Nek," balas Jonathan.
Jonathan pun segera melangkahkan kakinya menuju ke ruang kerja Kakeknya yang ada di lantai 2 untuk memanggil Kakek dan Papanya.
Tokkkk
Tokkkk
Tokkkk
"Kek, Pa," panggil Jonathan setelah mengetuk pintu. "Makan malamnya sudah siap."
Ceklek,
"Ayo, kita segera turun dan makan malam!" ucap Kakek Jonathan saat melihat cucunya masih ada di depan pintu dengan senyuman yang mengembang.
Tidak hanya Kakeknya saja, Jonathan juga melihat jika Papanya juga tersenyum senang. Bahkan kedua pria beda generasi itu sempat menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hal itu tentu saja membuat Jonathan curiga.
"Apa yang mereka bahas? Kenapa mereka senang seperti itu? Dan kenapa mereka menatapku seperti itu?" tanya Jonathan didalam hatinya. "Apa mereka sedang merencakan sesuatu yang menyangkut diriku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Tình nhạt phai
Seru banget nih cerita, aku gk bisa berhenti baca! 💥
2024-04-27
0