Bab 2

Ega pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Nayla setelah melihat kamar bernuansa putih yang tidak terkunci itu.

Ceklek

Setelah membuka pintu, Ega pun dapat melihat kalau adiknya itu sedang berbaring di tempat tidur. Merasa aneh karena Nayla tidak pernah tertidur di jam seperti itu, Ega pun melangkahkan kakinya untuk mendekati Nayla dan memeriksa kondisi adiknya itu.

Betapa terkejutnya Ega saat melihat sang adik tertidur dengan pakaian yang kotor. Yakin jika sudah terjadi sesuatu, Ega menarik selimut sang adik sehingga terlihatlah luka yang ada di tubuh adiknya itu.

"Nayla, Bangun!" ucap Ega yang sedang khawatir kepada adiknya.

Nayla yang merasa tidurnya terusik pun menggeliatkan tubuhnya dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya. "Ada apa, Kak? Kenapa Kakak mengganggu tidur Nayla?"

"Aw," pekik Nayla saat merasakan sakit dari lukanya.

"Sekarang beritahu Kakak, kenapa kamu bisa terluka seperti ini?" tanya Ega seraya menunjuk kearah luka yang ada di kaki adiknya.

"Kak Ega," rengek Nayla yang sedang dalam mode manja kepada sang Kakak. "Kaki Nayla sedang sakit, Kak. Jangan bertanya terus nanti kaki Nayla tambah sakit!"

"Nayla, kalau ditanya itu dijawab," ucap Ega yang membuat Nayla cemberut. "Sekarang, cepat ceritakan apa yang sudah terjadi dengan kamu? Dan dimana mobilmu?"

Nayla pun menceritakan semuanya kepada kakaknya dengan raut wajah merengek. Ega bahkan ingin sekali memarahi adiknya yang teledor ini.

"Kenapa kamu bisa teledor seperti itu, Nayla? Bisa-bisanya kamu diserempet oleh mobil sampai seperti ini," omel Ega.

"Kalau begini, bagaimana kamu bisa membawa mobil? Membawa mobil itu berbahaya kalau kamu yang teledor seperti ini."

"Kak, ini bukan salah Nayla," protes Nayla tidak terima. "Ini semua salah Om yang sudah menyerempet Nayla."

"Dan mobil Nayla nanti akan diantarkan kesini oleh orang Om itu."

"Untuk saat ini, Nayla akan kembali diantar," ucap Dika yang ternyata sejak tadi mendengarkan perbincangan kakak beradik itu.

"Papa," rengek Nayla.

"Pokoknya untuk saat ini, kamu akan di antar jemput seperti sebelumnya. Tidak ada bantahan," ucap Dika yang tidak ingin di bantah kali ini.

Nyali Nayla ciut seketika. Ingin sekali dia membantah papanya, tapi dia juga takut dengan papanya yang dalam mode tegas seperti sekarang.

"Nayla, ayo, turun! Sudah waktunya makan malam, Sayang." Gina memasuki kamar Nayla.

"Iya, Mama." Nayla turun dari tempat tidur secara perlahan.

"Kamu kapan berubahnya, Nay. Kamu itu sudah dewasa. Sebentar lagi kamu sudah lulus kuliah tapi kamu tetap saja ceroboh sampai terluka seperti ini." Gina mendekati Nayla dan membantu putrinya itu.

"Mama," rengek Nayla memeluk tangan Gina dengan manja. "Jangan mengomeli Nayla lagi. Telinga Nayla sudah panas karena sudah mendapatkan omelan dari Papa dan Kakak."

"Itu semua juga untuk kamu, Nay. Lain kali, kalau diomeli itu ya didengarkan," ucap Gina.

"Mama," rengek Nayla lagi.

"Sudah ayo, kita turun sekarang! Papa sama kakak kamu pasti sudah menunggu dari tadi," ucap Gina menyudahi drama Nayla.

"Bagaimana dengan kuliah kamu, Nay?" tanya Dika menyelidik.

"Semuanya baik, Pa. Papa tenang aja. Anak Papa yang cantik jelita ini tidak akan membuat Papa sama Mama kecewa," jawab Nayla dengan santai.

"Kalo kamu, Ga? Bagaimana pekerjaan kamu?" tanya Dika pada putranya kali ini.

"Papa tenang aja. Semuanya oke," jawab Ega seraya menikmati makan malamnya.

"Terus kapan kamu mau mengenalkan calon kamu ke kita semua?" tanya Gina pada Ega.

"Bener, Ma. Nayla sudah tidak sabar mau melihat bagaimana rupa calon Kakak Ipar Nayla," timpal Nayla yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Ega.

"Kamu ada dekat sama seseorang, Ga?" tanya Dika.

"Untuk sekarang belum ada, Pa. Nanti kalau sudah ada, Ega pasti akan mengajak dia datang ke rumah dan Ega akan mengenalkannya sama Papa dan Mama," jawab Ega malas.

"Loh, kok cuma ke Papa sama Mama saja? Ke Nayla bagaimana?" tanya Nayla.

"Anak kecil tidak perlu ikut campur urusan orang dewasa," jawab Ega membuat Nayla tidak terima dan mengajukan protes.

"Apa Kakak amnesia? Kakak lupa kalo adik Kakak ini sebentar lagi sudah lulus kuliah?"

Tapi, mau bagaimana lagi? Dia akan selalu di perlakukan seperti anak kecil karena dia memang masih anak-anak bagi orang tua dan kakaknya.

Setelah selesai makan malam, kini mereka sedang duduk berkumpul di ruang keluarga dengan Gina yang sedang mengolesi obat di luka Nayla.

Setelah itu, Nayla yang sudah kembali mengantuk ingin segera tidur. Dia pun merengek pada sang Kakak untuk menggendongnya menuju kamar.

"Kak, gendong." Nayla merentangkan tangannya. "Nayla sudah mengantuk dan mau tidur."

"Jalan kaki saja, Nay," jawab Ega yang masih tidak mau bergerak. "Kamu turun tadi saja bisa sendiri, bukan?"

"Tapi kaki Nayla masih sakit, Kak. Apa Kakak tega sama Nayla?" tanya Nayla dengan memberikan tatapan sendu.

"Dasar muka bantal. Baru saja kamu bangun, sekarang sudah mau tidur lagi." Ega memberikan punggungnya kepada Nayla sehingga gadis itu tersenyum senang dan bergegas naik ke punggung Ega sebelum sang Kakak berubah pikiran.

"Terserah Nayla, Kak. Tugas Kakak itu cuma menggendong Nayla ke kamar. Bukan buat protes," ucap Nayla yang kini sudah naik di punggung Ega.

"Sudah-sudah. Kalian ini apa tidak capek selalu bertengkar seperti itu setiap ketemu. Tapi kalau satu saja menghilang, yang satunya lagi malah khawatir. Papa dan Mama yang hanya mendengarkannya saja sudah capek," ucap Dika.

Alhasil kedua Tom dan Jerry itu memilih untuk diam. Ega pun segera membawa adiknya menuju ke kamar. Setelah itu, Ega juga memilih untuk beristirahat di kamarnya.

Sementara itu, di sebuah mansion yang cukup mewah, terdapat pasangan paruh baya yang sedang duduk di ruang keluarga.

"Kamu dari mana saja, Jo? Kenapa kamu baru pulang?" tanya pria paruh baya itu kepada pria yang tidak lain adalah pria yang tadi siang menyerempet Nayla.

"Jo ada banyak pekerjaan di kantor, Pa," jawab pria itu seraya duduk dihadapan orang tuanya.

Pria itu adalah Jonathan Johnson, anak dari pasangan Cris Johnson dan Helena Johnson, sekaligus CEO dari Johnson Grup. Jonathan dikenal sebagai CEO muda yang tampan, sukses dan dingin.

Banyak wanita yang ingin mengambil hati pria itu. Tapi sayang, tidak ada satupun yang berhasil mencairkan hati Jonathan yang sudah membeku karena pengkhianatan dimasa lalu.

"Jo, jangan terlalu menghabiskan waktumu dengan pekerjaan. Sekali-kali, luangkanlah waktu kamu untuk mengenal seorang wanita," ucap Helena.

"Ingat, Jo, umur kamu sudah tidak bisa dikatakan muda lagi. Teman-teman Mama sudah menggendong cucu mereka. Mama juga ingin menggendong cucu Mama, Jo."

"Benar, Jo," timpal Cris. "Apa perlu Papa dan Mama menjodohkan kamu dengan anak kenalan kami?"

"Tidak perlu, Pa," jawab Jonathan dengan cepat. "Papa dan Mama tenang saja. Jonathan pasti akan mencarikan kalian calon menantu nantinya."

"Kalau begitu, Jo ke kamar dulu. Jo mau mandi dan beristirahat."

Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, Jonathan langsung pergi dari sana. Tepatnya pria itu pergi untuk menghindari pembahasan lebih lanjut kedua orang tuanya.

"Sayang, apa Jo masih belum bisa melupakan wanita itu?" tanya Helena dengan sendu. "Bagaimana kalau Jo tidak bisa melupakannya selama hidupnya? Kenapa Jo bisa mencintai wanita seperti itu?"

"Kamu tenang saja, Sayang." Cris memasukan istrinya kedalam pelukannya. "Aku akan segera mencari calon menantu yang baik dan cocok dengan Jo."

"Aku yakin diantara wanita yang ada di dunia ini, pasti ada wanita yang bisa membuat Jo melupakan wanita itu. Pasti ada wanita yang bisa membuat Jo kembali jatuh cinta."

Terpopuler

Comments

Resti aminah23

Resti aminah23

jodohnya n naaaila pasti

2024-08-24

0

Dewi Oktavia

Dewi Oktavia

amin....

2024-07-18

0

Madison UwU

Madison UwU

Suka banget sama plotnya, jangan lantaran artis, author anak hebat!

2024-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!