Seorang Pemuda

Amora berjalan dari rumah menuju restoran cepat saji yang di maksud oleh ibunya.

Lokasinya berada di sebrang jalan komplek perumahan, tidak jauh memang, hanya saja berjalan kaki di saat hujan seperti ini membuat siapapun akan merasa kedinginan

Amora berjalan sendirian, tak lupa ia membawa payung untuk menghindari tubuhnya dari air hujan, walaupun tetap saja air hujan masih bisa menggapai tubuhnya. Namun ini lebih baik bukan, dari pada sama sekali tak menggunakan payung

Amora merasa sedikit kedinginan, karena hujan malam ini lumayan deras di sertai dengan angin dan petir. Sesampainya di restoran, semua mata tertuju padanya. Ya mungkin mereka kasihan melihat seorang anak berusia 13 tahun memasuki restoran sendirian dengan tubuh yang sedikit basah terkena air hujan.

Seorang pemuda dengan wajah tampan dan maskulin, dengan tinggi badan sekitar 183 cm, ia salah satu pengunjung yang memperhatikan Amora sedari tadi. Pemuda itu menghampiri Amora yang tengah duduk di salah kursi pengunjung, setelah memesankan makanan kesukaan ibunya.

Pemuda itu langsung duduk di samping Amora.

"Hai gadis kecil?" sapa pemuda itu dengan melebarkan senyumannya

Amora pun menoleh, ia terlihat kebingungan terhadap pemuda yang menghampirinya itu

"Maaf kakak siapa?" ucap Amora dengan sopan

"Saya hanya pengunjung disini sama sepertimu, " jawab sang pemuda

"Kamu kesini bersama siapa?" tanyanya lagi sembari melihat arah belakang Amora.

"Saya sendiri kak" jawab Amora

"Kenapa sebagian bajumu basah?" pemuda itu memperhatikan Amora yang memang sebagiannya terlihat basah terkena air hujan.

"Kan di luar hujan kak" jawabnya polos

Dengan menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal, pemuda itu berkata "iya kakak juga tahu di luar sedang hujan, tapi kenapa kamu bisa kehujanan? terlebih lagi kamu sendirian"

"Rumahku dekat dari sini kak, jadi aku berjalan kaki. Aku juga menggunakan payung kak, tapi mungkin karena hujan deras jadi sebagian tubuh dan bajuku basah" jawabnya sambil tersenyum

"Dasar anak kecil" pemuda itu reflek megusap kepala Amora

"Apa kamu sudah memesan makanan?"

"Iya kak, sudah".

Amora melirik ke arah bungkusan yang ada di tangan pemuda itu. "Take away juga ya kak?"

"Iya.. "

Entah kenapa pemuda itu merasa kasihan dengan gadis kecil yang ada di hadapannya saat ini

"Kenapa kakak tidak pulang?"

"Nanti saja, aku mau menemani gadis kecil dulu" ucap pemuda itu

"Memangnya mana gadis kecilnya?" sambil memiringkan kepalanya

"Gadis kecilnya kan ada di hadapanku" ucapnya menggoda. Amora menganggukkan kepalanya dengan memanyunkan bibirnnya

Tidak tau kenapa sang pemuda ingin sekali menggoda gadis kecil ini, dia merasa gadis ini lucu dan polos.

Seorang pelayan mengampiri Amora dengan memberikan bungkusan makanan yang telah di pesan, Amora pun menerimanya dan tak lupa membayarnya. Setelah itu, Amora bergegas pulang karena ia takut ibunya menunggu terlalu lama.

"Kak, aku pulang dulu ya?"

"Biar ku antar" dengan sigap pemuda itu bangun dari duduknya

"Tidak usah kak, aku bisa pulang sendiri"

"Tapi masih hujan deras, lebih aku antar saja ya?" ucapnya sedikit memaksa

"Tidak apa-apa kak, aku membawa payung. Permisi kak, aku pulang dlu"

Amora bergegas keluar dari restoran, meninggalkan pemuda tersebut

Amora tak menghiraukan teriakan pemuda tersebut, ia hanya ingin cepat sampai kerumah

Ia takut Nilam akan memarahinya karena menunggunya terlalu lama.

Hujan semakin deras, begitupun dengan anginnya menjadi semakin kencang, Amora sedikit berlari agar cepat sampai rumah

Namun ketika di tengah jalan, payungnya terbang terbawa angin, entah kemana payungnya.

Tubuhnya kini basah kuyub dan menggigil karena kedinginan, namun Amora terus berlari hingga akhirnya ia sampai rumah.

Sesampainya di rumah, ternyata ibunya sudah menunggu di ruang tamu. Tatapan tajam mengarah kepadanya. Amora sadar ibunya pasti marah karena menunggu terlalu lama.

sebenarnya tidak terlalu lama, hanya saja Nilam selalu mencari-cari kesalahan putrinya tersebut.

Amora berjalan ke arah ibunya dengan wajah menunduk, dan menggigit bibir bawahnya karena takut akan amarah ibunya

Tanpa sadar ia menelan ludah ketika sudah berhadapan dengan ibunya

"Maaf bu" hanya itu yang bisa ia ucapkan

Tanpa menjawab perkataan anaknya, Nilam langsung menarik paksa tangan anaknya ke ruang makan dengan kasar.

"Tanganku sakit bu... " rintih Amora sambil menangis"

"Tidak usah cengeng, kenapa kamu selalu menangis? saya bosan mendengarnya" teriak Nilam

"Tangan Amora benar-benar sakit bu"

"Dari mana saja kau? aku memintamu membeli makanan yang ada di komplek depan kenapa lama sekali?" bentak Nilam

"Apa kau tau, aku sudah sangat lapar. Kalau kau tidak berniat membelikan ku makanan, seharusnya kau berbicara dari awal. Jangan membuatku menunggu, aku sungguh tidak suka. Dasar anak tidak berguna" sambungnya lagi dengan menghempaskan kasar tangan Amora dan berlalu ke kamarnya. Tangisan Amora tidak membuat Nilam merasa kasihan terhadap putrinya. Justru Nilam sangat membencinya.

Amora terjatuh ke lantai, begitupun dengan makanan yang baru saja ia beli.

Sungguh Amora merasa sakit mendengarkan ucapan ibunya, namun Amora sangat menyayangi ibunya. Ia yakin suatu saat ibunya akan berubah. Ibunya pasti akan menyayanginya suatu saat nanti.

Ia berusaha berdiri, dan berjalan dengan gontai menuju kamarnya

Bi Rose yang melihatnya pun membantu merapat tubuh anak itu, rasanya ingin sekali ia menangis melihat perlakuan Nilam kepada Amora

Namun ia berusaha sekuat mungkin agar air matanya tak jatuh dari tempatnya

Bi Rose mengambilkan baju ganti untuk Amora di lemari. Setelahnya, ia keluar dari kamar dan ketika kembali ke kamar, ia sudah mendapati Amora duduk di tepi ranjang dengan menatap sembarang arah, tatapannya sendu. Bi Rose tahu apa sedang di pikirkan anak itu.

"Non Amora" panggilan bi Rose membuyarkan lamunan Amora

"Iya bi" jawab Amora dengan memaksakan senyumnya

"Ini bibi buatkan teh jahe untuk nona, di minum ya non supaya tubuh non Amora hangat"

"Terimakasih bibi, kenapa bibi begitu baik dengan Amora?" lirih Amora

"Karena bibi sayang sama non Amora"

Amora tersenyum mendengar pernyataan dari asisten rumah tangga keluarganya itu. Kenapa bukan ibunya yang menyayanginya, pikirnya.

"Sini duduk di sampingku bi"

"Tidak non, terimakasih. Lebih baik non Amora istirahat ya, ini sudah malam"

"Apa bibi tidak ingin memelukku?" matanya berkilau, ada cairan bening d matanya yang mungkin sebentar lagi akan tumpah membasahi pipinya

Bi Rose menganggukkan kepalanya, duduk di samping Amora dan memeluk anak itu sembari memberikan usapan pada punggungnya

Air mata Amora tumpah di pelukan bi Rose, tetapi bi Rose hanya diam saja, ia membiarkan Amora menangis sampai anak itu tertidur.

Bi Rose merebahkan tubuh Amora dan memindahkan kaki Amora dengan pelan ke atas ranjang.

Terpopuler

Comments

Người này không tồn tại

Người này không tồn tại

Menyentuh jiwaku

2024-04-23

0

lihat semua
Episodes
1 Hujan Deras
2 Seorang Pemuda
3 Membenci
4 Merindukan Ayah
5 Pemberian Ibu
6 Perhatian dari Ibu
7 Lupakan Saja
8 Maafkan Aku
9 Merepotkan
10 Dehidrasi
11 Jangan Merindukanku
12 Jangan Bersedih
13 Mengayuh Sepeda
14 Seorang gadis
15 Makan Siang
16 Berangkat Bersama Lagi
17 Marah
18 Menculik
19 Ice Cream
20 Cantik Sekali
21 Hanya Minum
22 Selalu Bertiga
23 Benar-Benar Lelah
24 Tidak Berani
25 Takut dan Malu
26 Heran Tapi Senang
27 Semuanya Sendiri
28 Pernikahan
29 Polos Sekali
30 Tetap Tinggal
31 Benar-Benar Datang
32 Tidak Puas
33 Tidak Membela
34 Membasuh Luka
35 Membuat Penasaran
36 Tidur nyenyak
37 Lama Tak Bertemu
38 Bisa Mengerti
39 Ingin Disini
40 Tenggelam
41 Sangat Kuat
42 Mau Pergi
43 Bertanya Kebenaran
44 Semua Akan Berlibur
45 Mirip Seperti Kembar
46 Biar Gemuk
47 Bermain Sepuasnya
48 Alamat Sekolah
49 Membantu Istri
50 Pekerjaan Yang Mudah
51 Memberi Peringatan
52 Gadis Kecil Menyedihkan
53 Kado Untuk Teman
54 Selalu Cantik
55 Menunggu Ibu
56 Membuat Kopi
57 Jika Masih Hidup
58 Tidak Bisa Diam
59 Seperti Aku Menyayangimu
60 Galak Sekali
61 Teh Untuk Ibu
62 Pasti Memaafkan
63 Aku Ingin Sendiri
64 Kejadian Menyedihkan
65 Masa Lalu
66 Masa Lalu Part 2
67 Mata Sembab
68 Menangis
69 Trauma
70 Tak Bisa Mengendalikan
71 Selalu Menahan
72 Merindukan
73 Menikmati Masakan
74 Terlalu Percaya Diri
75 Datang Menjemput
76 Menyebalkan Sekali
77 Masih Kecil
78 Menginginkan
79 Cukup Diam
80 Persiapan Liburan
81 Mendengar Namanya
82 Terlihat Berbeda
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Hujan Deras
2
Seorang Pemuda
3
Membenci
4
Merindukan Ayah
5
Pemberian Ibu
6
Perhatian dari Ibu
7
Lupakan Saja
8
Maafkan Aku
9
Merepotkan
10
Dehidrasi
11
Jangan Merindukanku
12
Jangan Bersedih
13
Mengayuh Sepeda
14
Seorang gadis
15
Makan Siang
16
Berangkat Bersama Lagi
17
Marah
18
Menculik
19
Ice Cream
20
Cantik Sekali
21
Hanya Minum
22
Selalu Bertiga
23
Benar-Benar Lelah
24
Tidak Berani
25
Takut dan Malu
26
Heran Tapi Senang
27
Semuanya Sendiri
28
Pernikahan
29
Polos Sekali
30
Tetap Tinggal
31
Benar-Benar Datang
32
Tidak Puas
33
Tidak Membela
34
Membasuh Luka
35
Membuat Penasaran
36
Tidur nyenyak
37
Lama Tak Bertemu
38
Bisa Mengerti
39
Ingin Disini
40
Tenggelam
41
Sangat Kuat
42
Mau Pergi
43
Bertanya Kebenaran
44
Semua Akan Berlibur
45
Mirip Seperti Kembar
46
Biar Gemuk
47
Bermain Sepuasnya
48
Alamat Sekolah
49
Membantu Istri
50
Pekerjaan Yang Mudah
51
Memberi Peringatan
52
Gadis Kecil Menyedihkan
53
Kado Untuk Teman
54
Selalu Cantik
55
Menunggu Ibu
56
Membuat Kopi
57
Jika Masih Hidup
58
Tidak Bisa Diam
59
Seperti Aku Menyayangimu
60
Galak Sekali
61
Teh Untuk Ibu
62
Pasti Memaafkan
63
Aku Ingin Sendiri
64
Kejadian Menyedihkan
65
Masa Lalu
66
Masa Lalu Part 2
67
Mata Sembab
68
Menangis
69
Trauma
70
Tak Bisa Mengendalikan
71
Selalu Menahan
72
Merindukan
73
Menikmati Masakan
74
Terlalu Percaya Diri
75
Datang Menjemput
76
Menyebalkan Sekali
77
Masih Kecil
78
Menginginkan
79
Cukup Diam
80
Persiapan Liburan
81
Mendengar Namanya
82
Terlihat Berbeda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!