Selalu ada hal tak menyenangkan yang silih berganti di sela hal membahagiakan dalam hidup. Sesekali, diwaktu senggangnya Arya membawa adiknya berkeliling komplek. Mereka membicarakan banyak hal berdua.
Sengaja Arya memilih cara itu agar saat dia ingin membahas suatu hal rahasia tak ada yang mendengar. Seperti mengajarkan Diza bersikap dalam keluarga pak Dirga.
Waktu berjalan tanpa terasa. Lima tahun sudah mereka tinggal bersama keluarga baik itu. Kesehatan Masayu mulai menurun. Dan dia meninggal dua bulan setelah di rawat karena terjatuh di teras belakang saat hujan.
Beno dan Beyna bersikeras membawa ayahnya pindah kembali ke kota. Namun Dirga menolak. Dia masih bertahan karena ada Arya dan Diza yang menemaninya.
Kembali rasa benci itu bertambah dihati anak-anaknya terhadap Arya. Mereka dianggap sebagai penghalang bakti Beno dan adiknya kepada Dirga. Ternyata ayah mereka lebih memilih bersama orang lain di banding keluarga sendiri.
" Udah, deh, ma! Kakek cuma ngga mau ninggalin rumah yang penuh kenangan dengan nenek. Bukan karena Arya dan Diza! " Cindy yang sedang makan malam bersama orang tuanya menyela ocehan Beyna yang tak berhenti sejak tadi.
Papanya menoleh sambil mengulum senyum. Sama dengan putrinya, pria itu tak tertarik mempermasalahkan dimana mertuanya akan tinggal. Toh, saat di rumah mereka dulu mertuanya itu juga tidak betah. Beyna tak bisa mengambil hati ayah ibunya agar kerasan tinggal bersamanya.
" Kamu sejak dulu selalu saja membela anak-anak itu! Mama tau sejak mereka tiba, pasti akan membawa masalah buat kakek nenekmu! " Beyna melotot galak pada anaknya.
Cindy tersenyum kecut. " Mereka tidak merepotkan kakek nenek, kok! Cindy liat sendiri kalo mereka anak-anak yang mandiri. Ngga kayak mas Wanto, beresin tempat tidur aja ngga bisa " Cindy memainkan sendok ditangannya. Dia sudah selesai makan.
Beyna tambah mendelik. " Wanto itu kakakmu, lho! Kamu muji-muji Arya itu kenapa, sih? " ujarnya sengit.
" Biar mata mama kebuka dikit. Cindy ngga bela siapa-siapa! " gadis cantik dengan rambut panjang itu menghela napas panjang.
" Kamu_" Beyna mengatupkan rahang. Hatinya sangat kesal.
" Udah, sana berangkat! Katanya mau ngambil tugas kuliah di rumah dosen! Mau papa anter? " suami Beyna menghentikan perdebatan itu. Menatap putrinya setengah mengusir.
Dia sudah jenuh dengan pertikaian yang hampir setiap hari dilakukan istrinya di meja makan. Penyebabnya kali ini memang bahasan tentang mertuanya yang belum ending hingga berminggu lamanya.
Cindy bangkit dari kursi. " Pinjem mobil boleh, pa? " Cindy melebarkan senyum. Lelaki itu menggeleng.
" Minta mamang anterin kalo gitu! " sahutnya sambil kembali melanjutkan makan. Cindy mengerucutkan bibirnya sejenak. Namun gadis sembilan belas tahun itu akhirnya beranjak menjauh. Suaranya terdengar berteriak memanggil supir yang memang tinggal bersama keluarganya.
*****
" Kakek sakit? " Arya meletakkan kopi diatas meja. Dirga mengangkat kepala.
Dia menggeleng. " Kapan pengambilan ijazah adikmu? " tanyanya dengan pelan. Sengaja mengalihkan pembicaraan.
" Besok, kek! Arya bisa pergi kalo kakek sakit " remaja tujuh belas tahun itu menarik kursi makan.
" Kakek bisa pergi! Kamu kerja 'kan? Nanti pak Yunus kerepotan kalo kamu izin. Tokonya lagi banyak kesibukan sejak jadi distributor pupuk " Dirga menatap kebun samping lewat jendela dapur.
" Tidak lama izinnya, kek! " Arya meraih juadah basah di dalam piring.
" Jangan! Biar kakek saja. Bukan sakit parah, kok. Kakek hanya pusing " Dirga menatap Arya dengan mata yang sayu.
Suara pintu depan terdengar di buka. Tak lama gadis kecil dua belas tahun memasuki ruang makan. Mencuci tangan di wastafel lalu melangkah menemui Dirga. Mencium tangannya takzim sebelum duduk di kursi di sebelah pria tua itu.
" Kakek bisa ke sekolah besok? " Diza menoleh Dirga.
" Bisa, nduk! " sahut Dirga sambil tersenyum. " Kamu, kok, cepet pulang? " kepalanya meneleng.
" Ngga belajar, kek. Kami bersih-bersih kelas aja buat acara besok " jelas Diza sambil makan juadah yang masih tersisa di atas meja.
Dirga mengangguk, perlahan meletakkan gelas ditatakan. " Kakek mau istirahat dulu di kamar. Bangunkan kakek kalo adzan terdengar, ya, Ar! " Dirga menoleh sejenak. Arya mengangguk.
" Kakek kenapa? " Diza menatap kakaknya setelah memastikan Dirga berlalu ke dalam. Arya menoleh.
" Katanya cuma pusing. Besok masih ingin ke sekolah. " Arya menghela napas panjang.
" Kakek bilang ngga sakit? " Diza mengulum bibir. Arya mengangguk.
" Abang tau ngga kalo kakek kangen nenek? " Diza memperbaiki duduk. Arya mengangkat sebelah alisnya.
" Kakek sering melamun sejak nenek pergi. Kalo kakek ngga ada di dalam rumah pasti kakek ada di teras belakang. Duduk melamun sendiri " Diza terlihat murung. Arya terdiam.
Tentu saja dia tahu bahwa lelaki yang dipanggilnya kakek itu berubah sejak kepergian sang istri. Selera makannya menurun. Tubuhnya menyusut. Tampak semakin ringkih dari setahun terakhir. Semangat pria penyayang itu hilang separuh saat belahan jiwanya pergi.
Dan keesokan harinya adalah hari terakhir Dirga menunaikan seluruh bakti di kehidupan. Pagi hari seluruh resahnya hilang, wajahnya berseri, dia bersemangat menemani Diza ke sekolah. Mewakili gadis kecil itu menerima ijazah dan piagam penghargaan sebagai siswa terbaik. Mereka tertawa bersama hingga pulang ke rumah. Sore hari, Dirga mengajak kedua kakak beradik itu merayakan kelulusan Diza.
Mereka jalan kaki menuju pujasera yang tidak jauh dari rumah. Makan bebek bakar bersama.
Malamnya semua seolah membayar setahun kesedihan yang diam-diam Dirga pendam sendiri. Setelah tidur, dia tak pernah bangun lagi. Kembali episode kehilangan itu menoreh luka dihati Arya. Dia belum sempat membalas kebaikan Dirga dan istrinya.
Namun kesedihan itu hanya awal dari kepiluan yang menunggunya bersama Diza. Lima hari setelah kepergian ayahnya, Beno dan Beyna sepakat menjual rumah milik Dirga. Berikut tanah dan aset yang ada di tempat itu. Mereka tak akan kembali lagi ke sana karena kehidupan mereka sejak lama pun ada di kota besar.
Tak ada yang bisa menentang keputusan itu. Beno pewaris sah harta ayahnya. Termasuk pak RT dan bulek Nur yang khawatir dengan kehidupan Arya dan Diza selanjutnya.
Beno menolak memberikan tumpangan atau mencarikan mereka tempat tinggal lain karena tidak merasa berkewajiban untuk itu. Dengan wajah merah padam Nur membawa Arya dan adiknya tinggal bersama.
Dua minggu berselang, episode baru kehidupan mereka di mulai. Arya melakukan langkah berani. Menyewa rumah terbengkalai di dekat toko milik bosnya.
" Tinggali saja rumah itu, Arya! Bapak senang jika ada yang menghuni. Tempatnya tidak strategis dipake jualan. Anak-anak bapak juga ngga mau tinggal di sana. " Pak Yunus memberikan kunci padanya.
" Nanti saya akan membayar sewa, pak! " Arya menunduk sopan.
Pak Yunus tertawa lebar. " Tidak usah! Rawat saja dengan baik. Sementara tinggal saja di bagian depan. Bapak akan perbaiki lagi dapurnya nanti. Maklumlah, nyaris delapan tahun kosong " pak Yunus menatap rumah yang di tumbuhi rumput tinggi di kiri dan kanan rumah.
" Mengapa ngga mau tinggal di sini, le? " Bulek Nur menatap Arya dengan mata berkabut.
" Maaf, bulek! Arya tidak mau merepotkan siapa pun lagi. Arya sudah dewasa. Arya bisa bekerja menghidupi Diza " Arya tersenyum tulus.
" Kamu khawatir sama anak-anak bulek? Mereka sudah punya rumah masing-masing. Elin dan Nia juga pasti ikut suaminya. Ngga mungkin tinggal sama bulek lagi " Nur mengusap sudut matanya.
Arya menggeleng. Tak ada yang tahu kehidupan mereka dimasa depan. Dia tak ingin kejadian anak-anak Dirga kembali terulang.
" Rumah itu diberikan gratis buat kami, bulek! " Arya mengusap wajah.
" Iya, karena angker! " sela suami Nur sambil menyesap kopinya. Diza melirik sedikit kaget. Dia menatap kakaknya dengan mata bersorot khawatir.
Arya tertawa. " Insya Allah, Arya bisa menghadapinya, paklek! Terima kasih sudah mengizinkan kami tinggal di sini nyaris tiga minggu ini. Besok kami akan pindah! " Arya menunduk dalam.
" Adikmu sudah mendaftar sekolah? " Suami Nur mengalihkan pembicaraan karena melihat istrinya mulai menangis.
" Alhamdulillah sudah, paklek! Sekolah terdekat di sini " sahut Arya sambil mengangguk.
" Terserahlah, Ar! Kalo ada apa-apa jangan sungkan kabari bulek! " Nur mengusap pipinya berkali-kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Jasmin
Arya 💥
2024-05-11
1
Kieran
Membuat mata berkaca-kaca. 🥺
2024-04-24
1