Bab 4

Selalu ada hal tak menyenangkan yang silih berganti di sela hal membahagiakan dalam hidup. Sesekali, diwaktu senggangnya Arya membawa adiknya berkeliling komplek. Mereka membicarakan banyak hal berdua.

Sengaja Arya memilih cara itu agar saat dia ingin membahas suatu hal rahasia tak ada yang mendengar. Seperti mengajarkan Diza bersikap dalam keluarga pak Dirga.

Waktu berjalan tanpa terasa. Lima tahun sudah mereka tinggal bersama keluarga baik itu. Kesehatan Masayu mulai menurun. Dan dia meninggal dua bulan setelah di rawat karena terjatuh di teras belakang saat hujan.

Beno dan Beyna bersikeras membawa ayahnya pindah kembali ke kota. Namun Dirga menolak. Dia masih bertahan karena ada Arya dan Diza yang menemaninya.

Kembali rasa benci itu bertambah dihati anak-anaknya terhadap Arya. Mereka dianggap sebagai penghalang bakti Beno dan adiknya kepada Dirga. Ternyata ayah mereka lebih memilih bersama orang lain di banding keluarga sendiri.

" Udah, deh, ma! Kakek cuma ngga mau ninggalin rumah yang penuh kenangan dengan nenek. Bukan karena Arya dan Diza! " Cindy yang sedang makan malam bersama orang tuanya menyela ocehan Beyna yang tak berhenti sejak tadi.

Papanya menoleh sambil mengulum senyum. Sama dengan putrinya, pria itu tak tertarik mempermasalahkan dimana mertuanya akan tinggal. Toh, saat di rumah mereka dulu mertuanya itu juga tidak betah. Beyna tak bisa mengambil hati ayah ibunya agar kerasan tinggal bersamanya.

" Kamu sejak dulu selalu saja membela anak-anak itu! Mama tau sejak mereka tiba, pasti akan membawa masalah buat kakek nenekmu! " Beyna melotot galak pada anaknya.

Cindy tersenyum kecut. " Mereka tidak merepotkan kakek nenek, kok! Cindy liat sendiri kalo mereka anak-anak yang mandiri. Ngga kayak mas Wanto, beresin tempat tidur aja ngga bisa " Cindy memainkan sendok ditangannya. Dia sudah selesai makan.

Beyna tambah mendelik. " Wanto itu kakakmu, lho! Kamu muji-muji Arya itu kenapa, sih? " ujarnya sengit.

" Biar mata mama kebuka dikit. Cindy ngga bela siapa-siapa! " gadis cantik dengan rambut panjang itu menghela napas panjang.

" Kamu_" Beyna mengatupkan rahang. Hatinya sangat kesal.

" Udah, sana berangkat! Katanya mau ngambil tugas kuliah di rumah dosen! Mau papa anter? " suami Beyna menghentikan perdebatan itu. Menatap putrinya setengah mengusir.

Dia sudah jenuh dengan pertikaian yang hampir setiap hari dilakukan istrinya di meja makan. Penyebabnya kali ini memang bahasan tentang mertuanya yang belum ending hingga berminggu lamanya.

Cindy bangkit dari kursi. " Pinjem mobil boleh, pa? " Cindy melebarkan senyum. Lelaki itu menggeleng.

" Minta mamang anterin kalo gitu! " sahutnya sambil kembali melanjutkan makan. Cindy mengerucutkan bibirnya sejenak. Namun gadis sembilan belas tahun itu akhirnya beranjak menjauh. Suaranya terdengar berteriak memanggil supir yang memang tinggal bersama keluarganya.

*****

" Kakek sakit? " Arya meletakkan kopi diatas meja. Dirga mengangkat kepala.

Dia menggeleng. " Kapan pengambilan ijazah adikmu? " tanyanya dengan pelan. Sengaja mengalihkan pembicaraan.

" Besok, kek! Arya bisa pergi kalo kakek sakit " remaja tujuh belas tahun itu menarik kursi makan.

" Kakek bisa pergi! Kamu kerja 'kan? Nanti pak Yunus kerepotan kalo kamu izin. Tokonya lagi banyak kesibukan sejak jadi distributor pupuk " Dirga menatap kebun samping lewat jendela dapur.

" Tidak lama izinnya, kek! " Arya meraih juadah basah di dalam piring.

" Jangan! Biar kakek saja. Bukan sakit parah, kok. Kakek hanya pusing " Dirga menatap Arya dengan mata yang sayu.

Suara pintu depan terdengar di buka. Tak lama gadis kecil dua belas tahun memasuki ruang makan. Mencuci tangan di wastafel lalu melangkah menemui Dirga. Mencium tangannya takzim sebelum duduk di kursi di sebelah pria tua itu.

" Kakek bisa ke sekolah besok? " Diza menoleh Dirga.

" Bisa, nduk! " sahut Dirga sambil tersenyum. " Kamu, kok, cepet pulang? " kepalanya meneleng.

" Ngga belajar, kek. Kami bersih-bersih kelas aja buat acara besok " jelas Diza sambil makan juadah yang masih tersisa di atas meja.

Dirga mengangguk, perlahan meletakkan gelas ditatakan. " Kakek mau istirahat dulu di kamar. Bangunkan kakek kalo adzan terdengar, ya, Ar! " Dirga menoleh sejenak. Arya mengangguk.

" Kakek kenapa? " Diza menatap kakaknya setelah memastikan Dirga berlalu ke dalam. Arya menoleh.

" Katanya cuma pusing. Besok masih ingin ke sekolah. " Arya menghela napas panjang.

" Kakek bilang ngga sakit? " Diza mengulum bibir. Arya mengangguk.

" Abang tau ngga kalo kakek kangen nenek? " Diza memperbaiki duduk. Arya mengangkat sebelah alisnya.

" Kakek sering melamun sejak nenek pergi. Kalo kakek ngga ada di dalam rumah pasti kakek ada di teras belakang. Duduk melamun sendiri " Diza terlihat murung. Arya terdiam.

Tentu saja dia tahu bahwa lelaki yang dipanggilnya kakek itu berubah sejak kepergian sang istri. Selera makannya menurun. Tubuhnya menyusut. Tampak semakin ringkih dari setahun terakhir. Semangat pria penyayang itu hilang separuh saat belahan jiwanya pergi.

Dan keesokan harinya adalah hari terakhir Dirga menunaikan seluruh bakti di kehidupan. Pagi hari seluruh resahnya hilang, wajahnya berseri, dia bersemangat menemani Diza ke sekolah. Mewakili gadis kecil itu menerima ijazah dan piagam penghargaan sebagai siswa terbaik. Mereka tertawa bersama hingga pulang ke rumah. Sore hari, Dirga mengajak kedua kakak beradik itu merayakan kelulusan Diza.

Mereka jalan kaki menuju pujasera yang tidak jauh dari rumah. Makan bebek bakar bersama.

Malamnya semua seolah membayar setahun kesedihan yang diam-diam Dirga pendam sendiri. Setelah tidur, dia tak pernah bangun lagi. Kembali episode kehilangan itu menoreh luka dihati Arya. Dia belum sempat membalas kebaikan Dirga dan istrinya.

Namun kesedihan itu hanya awal dari kepiluan yang menunggunya bersama Diza. Lima hari setelah kepergian ayahnya, Beno dan Beyna sepakat menjual rumah milik Dirga. Berikut tanah dan aset yang ada di tempat itu. Mereka tak akan kembali lagi ke sana karena kehidupan mereka sejak lama pun ada di kota besar.

Tak ada yang bisa menentang keputusan itu. Beno pewaris sah harta ayahnya. Termasuk pak RT dan bulek Nur yang khawatir dengan kehidupan Arya dan Diza selanjutnya.

Beno menolak memberikan tumpangan atau mencarikan mereka tempat tinggal lain karena tidak merasa berkewajiban untuk itu. Dengan wajah merah padam Nur membawa Arya dan adiknya tinggal bersama.

Dua minggu berselang, episode baru kehidupan mereka di mulai. Arya melakukan langkah berani. Menyewa rumah terbengkalai di dekat toko milik bosnya.

" Tinggali saja rumah itu, Arya! Bapak senang jika ada yang menghuni. Tempatnya tidak strategis dipake jualan. Anak-anak bapak juga ngga mau tinggal di sana. " Pak Yunus memberikan kunci padanya.

" Nanti saya akan membayar sewa, pak! " Arya menunduk sopan.

Pak Yunus tertawa lebar. " Tidak usah! Rawat saja dengan baik. Sementara tinggal saja di bagian depan. Bapak akan perbaiki lagi dapurnya nanti. Maklumlah, nyaris delapan tahun kosong " pak Yunus menatap rumah yang di tumbuhi rumput tinggi di kiri dan kanan rumah.

" Mengapa ngga mau tinggal di sini, le? " Bulek Nur menatap Arya dengan mata berkabut.

" Maaf, bulek! Arya tidak mau merepotkan siapa pun lagi. Arya sudah dewasa. Arya bisa bekerja menghidupi Diza " Arya tersenyum tulus.

" Kamu khawatir sama anak-anak bulek? Mereka sudah punya rumah masing-masing. Elin dan Nia juga pasti ikut suaminya. Ngga mungkin tinggal sama bulek lagi " Nur mengusap sudut matanya.

Arya menggeleng. Tak ada yang tahu kehidupan mereka dimasa depan. Dia tak ingin kejadian anak-anak Dirga kembali terulang.

" Rumah itu diberikan gratis buat kami, bulek! " Arya mengusap wajah.

" Iya, karena angker! " sela suami Nur sambil menyesap kopinya. Diza melirik sedikit kaget. Dia menatap kakaknya dengan mata bersorot khawatir.

Arya tertawa. " Insya Allah, Arya bisa menghadapinya, paklek! Terima kasih sudah mengizinkan kami tinggal di sini nyaris tiga minggu ini. Besok kami akan pindah! " Arya menunduk dalam.

" Adikmu sudah mendaftar sekolah? " Suami Nur mengalihkan pembicaraan karena melihat istrinya mulai menangis.

" Alhamdulillah sudah, paklek! Sekolah terdekat di sini " sahut Arya sambil mengangguk.

" Terserahlah, Ar! Kalo ada apa-apa jangan sungkan kabari bulek! " Nur mengusap pipinya berkali-kali.

Terpopuler

Comments

Jasmin

Jasmin

Arya 💥

2024-05-11

1

Kieran

Kieran

Membuat mata berkaca-kaca. 🥺

2024-04-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!