Bab 2

" Siapa mereka, yah? " seorang lelaki tiga puluhan berdiri dari balik jendela dapur. Menatap tajam Arya yang sedang menanam jahe di sudut pekarangan halaman belakang.

" Yatim piatu yang ayah temukan di ujung jalan " sahut Dirga sambil membalik majalah di tangannya. Anak lelakinya yang mengenakan setelan jas itu menoleh heran.

" Mereka tinggal di sini, lho, mas Ben! " wanita dengan riasan flawless itu menarik kursi makan. Melirik sekilas kakak lelakinya yang ikut duduk.

" Ayah mengajak mereka tinggal karena kasihan. Masih kecil harus mencari makan sendiri. Mereka bisa bekerja membantu ayah. Menemani kami. Adiknya ayah sekolahkan. " Dirga meletakkan majalah keatas meja.

" Bikin masalah ngga, yah, ntar? Masa' mereka ngga punya orang tua? Sanak keluarga lain? " Beno menatap tajam kearah jendela. Wajahnya terlihat risau.

" Mereka anak-anak baik, Ben! Ayah bisa menilainya " Dirga menoleh. Arya mencangkul menambah tanah dalam polibeg di dekat toren. Mengisinya hingga penuh dan menambah butiran pupuk di bagian tengah.

" Kok, ayah ngga nanyain pendapatku dan Beyna dulu? " Beno menatap protes ayahnya yang hanya tertawa pelan.

" Ayah hanya tinggal berdua dengan ibu kalian. Membawa mereka bersama tidak akan membuat kami miskin. Kehadiran mereka terus terang membawa warna baru dalam hidup kami yang sunyi. Ibu kalian terlihat lebih bersemangat menjalani hari-harinya " Dirga tersenyum.

Matanya mencari sosok istrinya di dapur. Namun wanita lembut itu entah berada di mana sekarang. " Ibu lagi ke warung " Beyna yang melihat ayahnya mencari keberadaan ibunya menyela.

" Mereka sudah lama tinggal di sini, yah? " Beno sekali lagi mendesah. Entah mengapa dia merasa kehadiran Arya dan adiknya seperti sesuatu yang menghalangi kegembiraannya berkunjung kemari.

" Hampir empat bulan. Kalian tak perlu khawatir. Arya tinggal disini tidak gratis. Walau ayah menolak memperkerjakannya, namun dia juga menolak ketulusan ayah merawat mereka. " Dirga mengusap wajah.

" Hh, baguslah jika dia tau diri! " gerutu Beyna dengan sinis. Wanita itu tak bisa menutupi keengganannya menerima dua beradik itu di rumah orang tuanya.

" Ayah bilang tidak gratis. Bagaimana dengan sekolah adiknya? " Beno menatap sang ayah menuntut penjelasan.

Dirga menarik napas panjang. Dia sejak lama merasa kedua anaknya berubah. Mereka kehilangan simpati pada orang-orang di sekeliling mereka sejak tinggal di ibu kota. Kehidupan hedonis di sana, juga toleransi yang rendah membuat keduanya tumbuh jadi makhluk apatis dengan sekitar.

Itu sebabnya dia kembali mengajak istrinya menetap di pinggiran kota ini. Kehidupan lama mereka membuat hari tuanya terasa lebih tenang. Kota yang jadi tempatnya terakhir mengabdi sebagai seorang aparatur negara.

Dirga diam-diam juga berharap, jika kedua anaknya sering berkunjung dia bisa kembali menanamkan kebaikan bagi hati mereka. Setidaknya, Beno dan Beyna bisa bersyukur memiliki kehidupan yang lebih baik dibanding saat mereka masih di kota lama ini.

" Karena mereka tinggal bersama ayah jadi ayah menanggung biaya sekolah Diza. Tidak menghabiskan gaji pensiunan ayah tiap bulan, kok! " Dirga mengulum bibirnya pelan.

" Dia tidak sekolah? " Beno menoleh kearah Arya yang masih betah dengan pekerjaannya. Dirga menggeleng.

" Dia menolak sekolah lagi. Hanya ayah masukkan paket saja. Anaknya pintar. Dia hanya sekali duduk membaca ilmu terserap diotaknya. " Dirga meraih gelas kopinya yang tinggal separuh.

" Baru SD, yah. Emang dia tak ingin melanjutkan setelahnya? " Beyna menyela. " Mengapa jadi ayah yang harus mengurusnya? Benar yang mas Ben bilang, emang kemana keluarganya yang lain? " wanita muda itu terlihat gundah.

" Dengar, Beyna! Ayah tidak meminta uang pada kalian tentang urusan kedua anak itu! Jadi berhentilah cerewet! " Dirga menatap tajam kedua anaknya yang saling melempar pandang.

" Ada apa, sih? " tiba-tiba Masayu datang mendekat. Dia bisa merasakan aura panas di meja makan.

" Mereka menanyakan Arya dan adiknya " sahut Dirga datar. Wajahnya tampak muram. Perlahan dia bangkit meninggalkan meja makan.

" Mengapa dengan mereka? " Masayu memeriksa sajian diatas meja.

" Kita cuma keberatan dengan keberadaan mereka di rumah ini, bu! " Beno menoleh ibunya yang menghela napas panjang.

" Tak ada yang minta pendapat kalian! " cetus Masayu sambil tersenyum kecil. Beyna mengusap wajah kasar.

" Bukannya mereka hanya merepotkan, bu? Pagi-pagi ibu bangun nyiapin sarapan untuk mereka. Sibuk memasak setiap hari. Mencuci pakaian. Ibu sama ayah kami izinkan kembali kesini biar bisa istirahat diusia senja kalian! Bukannya sibuk mengurusi mereka yang entah siapa! " Beyna gusar.

Masayu tergelak. Membuat Beno dan adiknya terdiam heran. " Kalian tak akan percaya jika tidak melihat sendiri. Mereka anak-anak mandiri, Bey! Bahkan Diza bisa mencuci baju, lho! Siapa yang ngajarin? Kakaknya. Diza dididik disiplin sejak dini. Kalian pikir mereka merepotkan? " Masayu kembali tertawa.

" Keduanya bangun setiap menjelang subuh. Sendiri. Arya mengerjakan pekerjaan rumah setelah selesai sholat. Diza mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan ibu. Mandi, memakai baju, berkemas ke sekolah.

Arya yang menyiapkan sarapan untuk adiknya. Dia bisa memasak. " Masayu menunjuk terong balado di dalam mangkuk. " Enak 'kan? Tadi Beno bilang kayak masakan chef " Masayu tersenyum melihat Beno terpana.

" Arya dan adiknya adalah teman bagi kami. Mereka tidak mengganggu siapa pun di rumah ini. Jadi ibu harap kalian bisa bersikap baik pada keduanya! " Masayu meremas lembut tangan Beyna.

" Terserahlah! " Beyna mendengus. Terus terang dia muak mendengar penjelasan ayah ibunya tentang Arya dan adiknya itu. Namun dia tahu, percuma mempengaruhi pikiran kedua orang tuanya jika mereka telah sepakat tentang sesuatu. Takkan bisa dibantah.

" Oh, ya, kalian mengapa datang hanya berdua? Pasangan, anak-anak kalian pada kemana? " Masayu menatap anaknya bergantian.

" Ben hanya menemani Beyna kemari, bu! Makanya kami ngga sempat belanja beli oleh-oleh. Beyna langsung pesan tiket pesawat begitu Ben bilang bisa pulang " pria itu membuka dua kancing kemejanya. Dia merasa gerah.

Beyna beranjak ke kamar karena mendengar dering ponselnya berbunyi nyaring. Arya yang sudah menyelesaikan pekerjaannya masuk dari pintu belakang. Mengangguk sopan saat Beno menatapnya.

" Bagaimana ceritanya ibu mengenal mereka? " Beno yang masih penasaran kembali bertanya. Setelah memastikan Arya masuk ke kamarnya di ruang tengah.

" Rumput di halaman sudah tinggi banget waktu itu. Tapi ayah ngga sempat mau mangkas karena kami berangkat melihat anak Bey yang masuk rumah sakit kemarin. Mau nyuruh orang juga belum ketemu siapa.

" Tiba-tiba sore sebelum kami berangkat seorang anak datang menawarkan tenaganya. Dia bilang butuh pekerjaan. Jadi ayah terima aja. Mengawasinya lewat bulek Nur yang di depan itu. Pekerjaannya rapi. Anaknya jujur.

" Dua minggu berlalu, dari laporan Nur kami mengawasi sendiri keseharian mereka. Malam itu ayah melakukan pembicaraan panjang membahas keduanya. Kami memang jatuh hati pada mereka. Jadi, ibu setuju saat ayah bilang mau mengajak mereka tinggal bersama " Masayu mengulas senyum tipis.

Beno menghembuskan napas kasar. Dia dan adiknya buru-buru kesini juga karena mendengar laporan Nur yang mengatakan ayah ibunya mengangkat dua orang anak. Namun melihat kedua orang tuanya yang ngotot menceritakan semua hal baik tentang kedua anak itu, Beno tak yakin opininya dan Beyna bakal didengar.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!