Akhirnya malam ini Alena tidur di tengah-tengah kedua orang tuanya. Sebelum tidur Alena meminta Mamanya untuk bercerita. Sudah lama ia tidak mendengarkan cerita dari mamanya.
"Mama cerita dong, " pinta Alena dengan manja. Dia memeluk Zahra dengan erat. Di sebelahnya Abimanyu masih sibuk dengan ponselnya.
"Kamu ini sudah besar loh."
"Ale kangen Mama cerita seperti dulu."
"Mau cerita apaan memangnya?"
"Bagaimana kalau Mama cerita tentang pertemuan pertama kali mama dan Papa bertemu," jawab Alena dengan antusias.
Zahra menatap Abimanyu yang ternyata juga sedang menatapnya. Abimanyu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Mau tidak mau Zahra pun menceritakan kisahnya pada Alena.
"Dahulu Mama.... "
Alena tertidur di tengah Zahra bercerita. Bukan hanya Alena saja yang tertidur,namun juga Abimanyu yang ikut terlelap. Zahra mencium kening Alena sebelum ikut memejamkan matanya.
Saat ketiganya sudah terlelap, ada beberapa orang yang menyusup kedalam rumah. Wajah mereka ditutupi topeng hitam. Masing-masing dari mereka membawa senjata ditangannya.
Mereka masuk kedalam rumah itu dengan mudah. Bahkan dengan mudah mengetahui kamar yang sedang ditempati oleh Abimanyu.
Brak!!!
Abimanyu, Zahra dan Alena langsung terbangun mendengar suara itu. Berapa terkejutnya ketiga orang itu saat di depan mereka ada lima orang yang memakai topeng.
"Siapa kalian! " teriak Abimanyu dengan waspada.
"Tidak perlu tahu siapa kami. Yang pasti malam ini merupakan malam terakhir bagi kalian bertiga."
Deg!
Abimanyu langsung melempar selimut yang ia pakai hingga menutupi tubuh salah satu dari mereka. Kemudian turun dari atas ranjang. Alena dan Zahra melakukan hal yang sama .
"Bre*****! " bentak orang yang tertutup oleh selimut. Kakinya bersiap untuk memberi tendangan pada Abimanyu yang mendekat kearahnya.
Gerakan Abimanyu lebih cepat darinya. Orang itu langsung terjungkal ke belakang. Temannya tidak tinggal diam. Dia pun memberi serangan pada Abimanyu.
Zahra juga tidak tinggal diam. Zahra dan Abimanyu memang sama-sama memiliki keahlian beladiri. Lain dengan Alena yang tidak pernah sekalipun belajar beladiri.
Alena meringkuk di sudut ruang. Tubuhnya gemetar melihat pertarungan di depan matanya.
Air matanya mengalir melihat sang mama terluka. Alena tiba-tiba mendapat keberanian untuk memukul orang yang sudah menyakiti Mamanya.
Sayangnya pukulannya tidak berarti apapun pada mereka. Yang ada tubuhnya malah terhempas ke belakang.
"Ale! " pekik Zahra terkejut. Dia tidak lagi fokus dengan pertarungannya. Hal itu di gunakan dengan baik oleh pihak lawan. Dia memberi pukulan yang membuat tubuhnya terpental.
"Uhk! " Zahra langsung batuk darah. Ternyata pukulan orang itu tidak main-main.
"Sayang! " pekik Abimanyu.
Kini Abimanyu pun tidak lagi fokus pada pihak lawan. Dia segera berlari untuk menghampiri sang istri.
Plok!
Plok!
Plok!
"So sweet sekali kalian. Tapi tenang saja, aku akan mengirim kalian berdua ke neraka bersama. "
"Apa yang sebenar kau inginkan? Berapa pun akan aku berikan asal kau mau melepaskan istri dan juga anakku, " pinta Abimanyu penuh harap. Dia tidak peduli jika harus kehilangan kekayaannya. Asal kedua orang kesayangannya baik-baik saja.
"Sayangnya, aku hanya ingin kematian kalian! "
Setelah mengucapkan hal itu, orang itu mengangkat senjata yang ada ditangannya. Mengarahkannya ke tubuh Abimanyu dan Zahra.
Dor!
Dor!
Dor!
Alena yang melihat hal itu tak bisa mengucapkan apapun. Mulutnya terasa terkunci. Tubuhnya kaku tidak bisa di gerakkan.
Pandangan Alena tidak lepas dari tubuh kedua orang tuanya yang tertembak. Sebelum kehilangan kesadaran, Alena bisa melihat Abimanyu memintanya untuk lari menggunakan bahasa bibir. Namun tumbuhnya tak kuat untuk melangkah.
"Kini tinggal kamu sendiri anak kecil. Sepertinya Aku akan memberikan waktu sedikit lama lagi untuk mengeksekusimu. Biarkan Aku memberikan sedikit kesenangan untukmu, " ucapnya nakal.
Alena yang masih shok tidak menyadari bahaya yang mengancamnya. Bahkan saat lelaki itu menggendongnya keatas ranjang, Alena masih terdiam. Tentu saja hal itu tidak disia-siakan oleh lelaki tersebut. Bahkan meminta keempat anak buahnya untuk keluar dari kamar.
Lelaki itu juga meminta keempatnya untuk membawa tubuh Abimanyu dan Zahra yang sudah tidak bergerak. Entah masih hidup atau sudah meninggal.
Kini tinggallah Lelaki itu yang sudah tidak sabar untuk mencicipi tubuh Alena. Lelaki itu langsung mencium Alena dengan kasar tanpa melepas topengnya.
Alena langsung sadar dan memberontak . Dia menggigit bibir lelaki itu hingga berdarah. Membuat Lelaki itu geram.
Plak!
Plak!
"Dasar jalang cilik! Karena kamu lebih suka kasar, maka aku akan mewujudkannya, " geramnya.
Lelaki itu kembali mencium bibir Alena dengan kasar. Kini tangannya tidak tinggal diam. Dia meremas buah dada Alena yang masih tertutup pakaiannya.
"Ini sangat nikmat Baby, " geram lelaki itu penuh nafsu.
Tangis Alena tak terbendung lagi. Tiba-tiba ia mengingat film yang pernah ia tonton. Lelaki mempunyai kelemahan di bagian sensitifnya. Jadi saat mendapatkan kesempatan dia langsung menendang burung lelaki itu hingga membuatnya terjengkang.
"Aduh!!!! " pekiknya menahan sakit.
"Dasar gadis sialan! " umpat lelaki tersebut .
Alena tidak tinggal diam. Dia kembali memberi tendangan di bagian inti lelaki itu hingga berkali-kali sampai lelaki itu pingsan.
Untungnya kamar ini kedap suara dan pintu sedang tertutup. Jadi tidak ada yang mengetahui kejadian di dalam kamar.
Dengan tubuh gemetar, Alena membuka topeng yang dipakai oleh lelaki tersebut. Betapa terkejutnya Alena saat mengetahui siapa orang tersebut. Hampir saja tubuhnya limbung, untung saja dia masih bisa bertahan.
Dia tidak punya banyak waktu lagi. Secepatnya ia harus bisa keluar dari rumah ini. Jadi dengan lemah, ia melangkahkan kakinya kearah jendela. Tidak mungkin ia keluar dari pintu. Ia yakin ke empat orang tadi masih ada di luar kamar.
Alena bersyukur jendelanya tidak terlalu tinggi dan tubuhnya bisa keluar. Akhirnya Alena bisa keluar. Dia memperhatikan kondisi sekitar yang terlihat gelap dan juga sepi.
Alena melangkah kearah belakang rumah dengan waspada. Dia takut keberadaannya diketahui.
Alena ingat jika ada pintu kecil di belakang rumah yang langsung terhubung dengan hutan. Alena sering melewati pintu itu saat kecil. Semoga saja pintu itu masih ada dan tidak terbongkar.
"Aku jadi pengen mencicipi gadis kecil itu. pasti legit banget, " celetuk salah satu orang dari empat orang yang sedang berkumpul di ruang tamu. Keempatnya menunggu sang ketua mencicipi tubuh Alena. Padahal sang ketua sudah pingsan.
"Nanti kita gantian. "
"Semoga saja ketua tidak langsung membunuhnya. "
Tiba-tiba ponsel milik salah satu dari mereka berdering. Melihat siapa yang sedang menelpon, dia meminta ke tiga temannya untuk diam.
"Halo bos! "
"... "
"Ehm, ketua sedang _"
"... "
"Baik Bos! "
Lelaki itu langsung berdiri dan berlari kearah kamar. Ketiga temannya saling pandang. Kemudian ketiganya mengikuti dari belakang.
Nampak lelaki itu sedang menggedor kamar. Namun tidak ada sahutan dari dalam. Hampir saja lelaki itu mendobrak pintu, namun temannya meminta dia untuk membuka pintunya. Ternyata pintu itu tidak terkunci.
Setelah pintu terbuka, lelaki itu langsung masuk kedalam. Dia tidak peduli jika ketuanya sedang bercinta sekalipun. Dia lebih takut akan kemarahan sang bos besar.
Namun berapa terkejutnya lelaki itu saat melihat sang ketua tergeletak diatas lantai. Dia tidak melihat keberadaan Alena di ruangan itu. Pandangannya langsung tertuju pada jendela yang terbuka. Dia sudah menebak apa yang sudah terjadi.
"Sial! "
Ketiga temannya yang lain juga terkejut. Namun mereka langsung bergerak untuk menangkap Alena.
Alena sudah berada jauh dari Villa. Ia berada di dalam hutan. Dia tidak berani berhenti. Meski harus menabrak pohon ataupun tersandung, Alena terus melanjutkan langkahnya.
Hanya saja tubuhnya makin lemah. Ia sudah tidak kuat lagi berjalan. Langkahnya makin lambat. Sehingga dapat terkejar oleh para pembunuh.
"Berhenti! "
Dor!
Alena tidak menghiraukan teriakan atau letusan senjata. Ia tidak peduli jika tubuhnya tertembak. Itu lebih baik dari pada harus mendapatkan pelecehan.
Dor!
Alena masih terus berlari. Untung tembakan itu meleset. Hanya saja ia tidak tahu jika di depannya jurang.
"Berhenti! "
"Akh! "
Alena jatuh ke jurang. Para pembunuh yang mengejar Alena saling pandang. Namun sedetik kemudian mereka tertawa terbahak.
"Misi sukses!!! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
ᵉᶠ・゚:* 𝕰𝖑𝖑𝖊 *:・゚
bisa jadi ini ulah abian untuk menghancurkan keluarga ale
2024-12-09
1
Qaisaa Nazarudin
Sempat gak Ale bawak hp dan dompetnya,Ambil aja punya ortu yg ada di kamar itu,punya Ale mungkin tinggal di kamarnya..
2024-08-02
0
Qaisaa Nazarudin
Untung aja Ale sempat bkk topengnya..👏👏👍👍
2024-08-02
0