NovelToon NovelToon

Pembalasan Alena

Alena Aurora Pratama

"Saat Ale ulang tahun nanti, kita jadi liburan ke villa kan Pa? " tanya Alena pada sang papa. Dia menatap sang papa dengan penuh harap.

Abimanyu yang sebelumnya fokus dengan ponsel yang ada di tangannya langsung menoleh pada sang putri. Tangannya terulur untuk mengelus rambut Alena dengan lembut.

"Tentu saja Sayang. Papa sudah mengosongkan jadwal Papa untuk beberapa hari saat hari itu tiba. Tapi apa tidak sebaiknya kita buat pesta saja di rumah? " bujuk Abimanyu. Bukan tidak ingin menuruti keinginan sang putri. Hanya saja dia ingin ulang tahun Alena di rayakan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya.

"Ale tidak mau pesta. Setiap tahun kita sudah buat pesta yang meriah. Untuk tahun ini Ale ingin suasana yang berbeda. Ale ingin merayakan ulang tahun bersama anak-anak panti. Setelah itu kita liburan di Villa Papa yang ada di Bandung. Sudah lama kan kita tidak kesana, " jawab Alena mengutarakan keinginannya.

"Lagi ngobrolin apa nih , kok kayaknya seru banget? " tanya Zahra yang baru saja dari dapur. Di tangannya ada secangkir kopi buat sang suami dan juga sepiring pisang goreng.

"Ale tanya rencana minggu depan, " jawab Abimanyu sambil meletakkan ponselnya di atas meja.

"Oh... "

Zahra meletakkan cangkir yang berisi kopi itu di atas meja. Kemudian mendudukkan dirinya di samping kanan Abimanyu. Sedangkan Alena di sebelah kirinya.

"Ada pisang goreng hangat nih. Kayaknya nikmat banget dimakan hujan-hujan begini, " kata Abimanyu . Dia langsung mengambil satu dan mencomotnya.

"Enak banget. Dapat pisang dari mana, Ma? " tanya Abimanyu sambil menikmatinya.

"Dari kebun lah. Pisang yang ditanam Pak Daud sudah tua dan matang . Rasanya enak, kan? "

"Enak banget. Tapi kok pisangnya beda , tidak seperti biasanya? " tanya Abimanyu heran.

"Beda gimana? "

"Bentuknya lebih besar kayak... " Abimanyu tidak meneruskan ucapannya. Dia mengerling nakal kearah Zahra.

Untungnya otak Alena masih polos. Jadi tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Papanya. Tapi tidak dengan Zahra yang mengerti arah pembicaraan Abimanyu. Apalagi sudah hampir seminggu ia menerima tamu bulanan. Namun ia masih membalas ucapannya dengan ucapan yang masuk akal.

"Ya beda lah. Biasanya kan pisang candi. Kalau yang ini kan_"

"Kok malah bahas pisang sih. Gimana nih lanjutannya? " protes Alena dengan cemberut.

Melihat wajah cemberut Alena malah membuat Zahra dan Abimanyu tertawa lepas. Gadis yang sebentar lagi berusia tujuh belas tahun itu nampak imut , membuat keduanya gemas.

"Sehat-sehat selalu Sayang. Mama sama Papa sangat menyayangimu. Tenang saja apapun yang kamu inginkan akan kami usahakan selagi kami mampu memenuhinya, " ucap Zahra dengan lembut.

Alena tersenyum dan memeluk kedua orang tuanya. Dia sangat beruntung menjadi seorang putri dari Abimanyu dan Zahra. Di sela-sela kesibukan mereka, Alena masih tetap menjadi prioritas.

"Terima kasih sudah menjadi orang tua Ale, " ucap Alena dengan tulus.

"Kami sangat beruntung memilikimu Sayang."

"Kok jadi mello gini sih. lebih baik kita makan pisang gorengnya mumpung lagi hangat, " celetuk Abimanyu membuat Alena melepas pelukannya dengan bibir mengerucut.

"Papa nggak asyik. "

"He he he he. "

Ketiga orang itu menikmati pisang goreng sambil terus berbincang. Alena menceritakan kegiatan apa saja yang ia lakukan selama seharian. Tidak ada yang ia sembunyikan.

Bahkan urusan percintaannya pun, Alena ceritakan pada orang tuanya. Baik Abimanyu maupun Zahra selalu mendukungnya asal tidak melampaui batas.

Saat ini Alena sudah duduk di kelas dua belas SMA Tunas Bangsa. Dia mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam. Karena kepandaiannya dia berada di kelas IPA 1.

Alena memiliki dua orang sahabat. Ketiganya bersahabat sejak Taman Kanak-kanak. Meski sering terjadi pertengkaran kecil, namun persahabatan mereka tetap langgeng hingga saat ini.

"Kalian dengar gosip terbaru nggak? "

Diandra yang baru datang, langsung heboh. Dia merupakan salah satu sahabat Alena. Hobinya bergosip. Gadis itu tidak pernah ketinggalan dengan gosip terbaru yang ada di sekitarnya.

Alena dan Citra saling pandang kemudian menggeleng secara bersamaan.

"Gosip apaan memangnya? " tanya Alena kepo.

"Arka sama Sesil jadian, " ujar Diandra heboh.

Deg!!!

Ekspresi Alena langsung berubah. Dia merasakan nyeri di dadanya.

"OMG, kamu nggak salah dengar kan? " tanya Citra sambil menatap Alena. Apa yang dikhawatirkan terjadi. Wajah Alena yang sebelumnya nampak antusias kini terlihat cemberut.

"Ya nggak lah. Lagian aku tadi papasan sama mereka . Keduanya jalan sambil gandengan tangan. Mesra banget loh "

"Lo nggak papa kan Le? "

Sudah bukan rahasia lagi jika Alena menyukai Arka. Bahkan gadis cantik itu menyukai Arka sejak bangku SMP. Ia kira perasaannya hanya sesaat, namun hingga saat ini nama Arka masih bertengger dalam hatinya.

"Hufh... mau bagaimana lagi. Mungkin sudah saatnya buat moveon, " jawab Alena dengan sendu.

Citra dan Diandra saling pandang. kemudian keduanya merangkul Alena secara bersamaan.

"Setuju banget. Masih banyak kok cowok yang lebih tampan dari Arka, " ucap Citra memberi semangat.

"Jangan konyol, Kita semua tahu jika Arka cowok tertampan di SMA Tunas Bangsa, " sindir Diandra dengan telak membuat mulut Citra langsung terdiam.

"Bisa saja Alena bertemu anak kuliahan yang lebih tampan dan macho darinya. Siapa tahu kan, " ucap Citra tak mau kalah.

"Tapi_"

"Terimakasih sudah menjadi sahabatku, " ucap Alena dengan tulus.

Bukan hanya ketiga sahabat itu saja yang bergosip tentang Arka. Teman-teman yang lain pun sama. Bahkan gosip itu sudah tersebar mulai dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas. Maklum Arka merupakan cowok terpopuler di SMA Tunas Bangsa.

Pembicaraan ketiga sahabat itu akhirnya berakhir saat bel berbunyi. Satu persatu siswa mulai memasuki kelas. Pelajaran di mulai saat guru memasuki kelas.

"Selamat pagi anak-anak! " sapa sang guru pada para murid.

"Selamat Pagi Pak Guru! " sahut para murid.

"PR minggu lalu di kumpulkan. Hari ini kita akan melakukan ulangan Harian. "

"Kami belum belajar, Pak!" celetuk salah satu siswa.

"Siapa suruh tidak belajar, " sindir Pak guru.

"Kan pak guru minggu lalu tidak bilang mau ulangan."

"Memangnya belajar harus kalau ada ulangan? "

"Bukan begitu sih Pak. Tapi kan_"

"Hu u u u u u, " sorak siswa yang lainnya, membuat suasana kelas menjadi ramai.

Mau tidak mau ulangan masih terus dilanjutkan. Alena dengan santai mengerjakan soal yang diberikan oleh Sang Guru. Untungnya dia selalu meluangkan waktunya untuk belajar setiap hari.

Setelah bergelut dengan pelajaran yang menguras tenaga akhirnya Bel istirahat pun berbunyi. Alena dan kedua sahabatnya langsung bergegas menuju kantin. Perutnya sudah meronta-ronta ingin segera diisi.

Saat di tengah perjalanan Alena melihat Arka bersama sahabat-sahabatnya sedang berjalan kearahnya. Diantara mereka juga ada Sesil yang dikabarkan sebagai kekasih Arka .

Jika biasanya Alena akan langsung berlari menghampirinya, namun tidak untuk saat ini. Alena langsung menggeret kedua sahabatnya untuk berbelok kearah yang lain. Kebetulan mereka ada di persimpangan jalan.

"Ternyata ideku benar-benar manjur. Lihat kan... Alena sudah tidak lagi lengket sama Arka, " ucap Brian dengan sombong. Dia merupakan salah satu sahabat Arka yang paling cerewet.

"Memangnya jamu apa kok manjur segala, " cibir Kevin.

"Itu kan cuma perumpamaan. "

"Percuma tiga tahun di kelas bahasa. Bahasa Lo nggak ada kemajuan sama sekali. "

Arka tidak menghiraukan perdebatan tidak penting kedua sahabatnya. Ada perasaan lega dan juga tidak biasa yang ia rasakan. Namun ia tidak tahu apa itu.

Cemburu tapi gengsi

"Eh eh eh kita mau kemana nih, " pekik Diandra kaget. Alena pun melepaskan tangannya.

"Maaf, " ucap Alena dengan lirih.

"Kamu nggak lihat apa tadi ada Arka and the genk? " sahut Citra sambil melotot kearah Diandra. Diandra jadi tidak enak hati. Sebenarnya tadi hanya kaget saja saat digeret Alena secara tiba-tiba.

"Memangnya Aku buta. Aku juga lihat lah, "sahut Diandra sewot.

"Kalau sudah tahu kenapa_"

" Maaf. Kita ke kantin belakang saja nggak masalah kan," pinta Alena menghentikan kedua sahabatnya yang hendak berdebat.

Diandra dan Citra mengangguk serempak. Seolah merasakan kesedihan yang kini dialami oleh Alena.

"Yang sabar ya. Kita berdua akan selalu dukung kamu kok, " hibur Citra yang diangguki oleh Diandra.

"Terimakasih."

Alena memeluk kedua sahabatnya dengan erat. Setelah itu ketiganya menuju kantin yang jarang mereka kunjungi .

Di SMA Tunas Bangsa memang terdapat dua buah kantin yang letaknya di pisahkan. Namun keduanya memiliki luas yang sama.

Makanan yang dijual di dua kantin itu juga tidak jauh beda. Mungkin hanya rasanya saja yang berbeda. Karena dibuat oleh orang yang berbeda.

Selain kedua kantin tersebut, di SMA Tunas Bangsa juga terdapat satu koperasi yang menjual berbagai kebutuhan para murid. Mulai dari makanan, seragam, Alat tulis dan foto kopi.

Biasanya Alena dan kedua sahabatnya selalu membeli makanan di kantin pertama yang terletak di bagian samping sekolah . Alasannya cuman satu, Alena ingin makan bersama Arka.

Meski sering di tolak, tak membuat Alena menyerah. Selagi Arka masih belum memiliki kekasih , Alena pantang untuk menyerah.

Namun kini harapanya pupus di tengah jalan. Dia harus ikhlas melihat sang pujaan hati memilih wanita lain sebagai kekasihnya. Ia tidak berpikir untuk menjadi seorang pelakor.

Setibanya di kantin ketiganya langsung berbagi tugas. Alena bertugas mencari tempat duduk. Diandra membeli minuman dan juga cemilan. Sedangkan Citra membeli makanan utama.

Suasana di kantin cukup ramai. Untungnya masih ada beberapa kursi kosong yang cukup untuk mereka bertiga.

"Ehm, rasanya enak juga, " kata Diandra saat ia mulai menyantap makanan yang ia pesan.

"Betul. Nasi gorengnya juga tak kalah dengan kantin sebelah, " ucap Citra .

Alena setuju dengan ucapan kedua sahabatnya. Ketiganya memang membeli hidangan yang berbeda. Alena membeli mi ayam. Diandra memesan bakso. Sedangkan Citra membeli nasi goreng.

Di tempat yang lain, Arka menyantap makanan yang ia beli dengan ogah-ogahan. Entah kenapa nafsu makannya tiba-tiba berkurang.

Hal itu disadari oleh sahabat-sahabatnya. Namun tidak ada yang berani menegur. Apalagi saat mood Arka sedang buruk.

"Nanti malam kita jadi kan? " tanya Brian di sela-sela makan.

"Jadi dong! " jawab Kevin dengan semangat.

"Gimana Ka? " tanya Brian meminta persetujuan dari Arka.

"Hem."

"Sip lah kalau gitu, " ucap Brian sebelum melanjutkan makannya.

Nanti malam akan ada balapan liat di tempat biasa mereka nongkrong, Arka and the genk memang sering mengikuti balapan liar. Bahkan tak jarang terlibat aksi tawuran .

Tidak satu atau dua kali mereka terlibat dengan aparat hukum. Namun mereka tidak pernah jerah.

Arka berasal dari keluarga konglomerat. orang tuanya termasuk dalam jajaran pengusaha yang sukses. Dia terdiri dari tiga bersaudara. Ketiganya berjenis kelamin lelaki semua. Arka si bungsu dari tiga bersaudara.

"Gue boleh ikutan kan? " tanya Sesil.

Brian dan yang lain memandang Arka yang sedang mengaduk makanannya tanpa minat.

"Bagaimana Ka?" tanya Brian meminta persetujuan.

"Terserah."

"Oke lah kalau begitu. Lo mau jemput gua kan, Ka?" pinta Sesil yang mulai ngelunjak.

"Gue nggak ada waktu, " jawab Arka datar.

"Tapi kan kita_"

Brak!!!

Arka menatap Sesil dengan tajam. Membuat gadis itu menunduk. Pandangan Arka membuat bulu kuduknya merinding.

"Jaga batasan Lo! " peringat Arka dengan datar. Setelah itu Arka meninggalkan tempat itu.

Brian dan yang lain saling pandang. Tanpa banyak kata ketiga pemuda itu meninggalkan Sesil sendiri.

"Br****k! "

......................

Sudah empat hari Alena berusaha untuk menjauhi Arka. Alena berangkat lebih pagi dari biasanya agar tidak berpapasan dengan Arka. Dia juga meletakkan motor yang ia pakai di tempat parkir yang berbeda.

Biasanya Alena meletakkan motornya di area yang sama dengan motor milik Arka. Bahkan ia sangat sabar menunggu kedatangan Arka di tempat parkir. Sebucin itu Alena pada Arka.

"Tumben benar kita belum dapat undangan, " celetuk Kevin tiba-tiba. Kebetulan sekarang sedang Jam kos.

"Undangan apa?" tanya Dava. Dia juga salah satu sahabat Arka. Keempatnya berada di kelas yang sama.

"Besok bukannya ulang tahun Alena? "

"Wow, jangan bilang Lo suka sama Alena! " tebak Brian dengan mata melotot.

"Gila! "

"Lah, bener kan. Ulang tahun tuh anak juga Lo ingat. "

"Enak saja! Ulang tahun Gua aja sering lupa. Ngapain mikirin ulang tahun orang lain, " bantah Kevin tak terima.

"Terus tadi_"

"Gua denger anak-anak ngegosip. "

"Lo cowok apa cewek? suka banget ngegosip, " sindir Brian .

"Berisik! " sentak Arka datar. Entah kenapa Arka terlihat lebih dingin dari biasanya.

Kevin yang hendak menjawab sindiran Brian, langsung mengurungkan niatnya. Begitupun dengan Brian dan dan Dava.

Arka bangun dan keluar dari kelas. Brian dan kedua sahabatnya saling pandang. Kemudian ketiganya memutuskan untuk menyusul.

Arka merasakan dadanya sesak. Perasaannya tidak nyaman. Apalagi saat mendengar tentang Alena.

Entah kenapa ia tidak suka saat Alena menghindarinya. Padahal sebelumnya itu merupakan hal yang ia tunggu. Namun saat semuanya terjadi Arka malah merasa kehilangan.

Arka sangat menyayangkan keputusannya untuk berpura-pura menjadi kekasih Sesil. Padahal ia juga tidak menyukai gadis itu. Brian lah yang mempunyai usul seperti itu.

Kebetulan saat ini Arka melihat keberadaan Alena yang berdiri di depan kelasnya. Rahangnya tiba-tiba mengeras saat melihat gadis itu tertawa pada seorang siswa yang berdiri di depan Alena.

Keduanya nampak seperti sepasang kekasih. Membayangkan jika keduanya mempunyai hubungan lebih saja sudah membuat Arka meradang. Kedua tangannya terkepal. Ingin rasanya pemuda itu menghampiri mereka. Sayangnya egonya terlalu tinggi.

Sebenarnya Alena sedang berbicara dengan anak kelas sebelah. Alena yang baru kembali dari kamar mandi dihentikan olehnya. Dia meminta Alena untuk menyerahkan hadiah buat Diandra. Sudah sejak lama siswa itu mengagumi sahabat Alena.

Hingga pulang sekolah Arka and the genk tidak mendapatkan undangan. Mereka jadi berpikir apa Alena benar-benar sudah moveon dari Arka. Tapi apa secepat itu?

Arka pun tanpa sadar menunggu Alena memberikan undangan untuknya. Bahkan rela terdiam cukup lama di arena parkir . Sampai keempat sahabatnya bingung.

Padahal orang yang sedang ditunggu sudah berada di rumah. Dia sedang menikmati makan siangnya dengan lahap. Diandra dan Citra memutuskan untuk menginap. Meski tidak ikut ke Bandung, setidaknya di malam nanti mereka sudah meluangkan waktu bersama.

Keluarga Pratama

Rizky Pratama dan Aurelie merupakan kedua orang tua dari Abimanyu . Aurelie merupakan warga Prancis. Tama mengenal Aurel saat melanjutkan pendidikannya di Prancis. Mereka berdua menjalin hubungan hingga akhirnya memutuskan untuk menikah.

Abimanyu mempunyai seorang kakak angkat yang bernama Abian. Hubungan keduanya tidak terlalu baik. Abian seolah memberi jarak, setiap kali ia ingin mendekatinya .

Aurelie memang mengalami kesulitan kehamilan. Untungnya Tama dan keluarganya menerima segala kekurangannya. Mereka tidak pernah menuntut Aurel untuk segera memiliki momongan.

Namun yang namanya wanita pasti memiliki kekhawatiran. Sehingga di ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima tahun Aurel meminta pada Tama untuk mengangkat seorang anak.

Tama dan Aurel akhirnya mengangkat seorang anak dari sebuah panti asuhan. Saat itu usia Abian masih dua tahun.

Abian sangat disayang oleh Aurel. Apapun yang ia inginkan selalu di penuhi . Sehingga membuat Abian menjadi pribadi yang manja dan Arogan.

Di usia pernikahan yang ke sepuluh, akhirnya Aurel hamil. Kehamilan Aurel merupakan hadiah pernikahan paling indah yang mereka dapatkan.

Meski Aurel sudah mengandung darah daging sendiri bukan berarti melupakan Abian. Dia tetap menyayangi bocah itu layaknya putra kandung sendiri.

Namun tidak dengan Abian. Dia merasa akan tersisihkan saat bayi itu lahir.

Padahal apa yang dikhawatirkan tidak pernah terjadi. Baik Tama maupun Aurel tidak pernah membedakan kasih sayang mereka. Bahkan saat Abimanyu lahir sekalipun.

Abimanyu memiliki sikap yang bertolak belakang dengan sang kakak. Dia sangat menyayangi Abian, meski Abian sering mengacuhkannya. Hingga saat ini hubungan keduanya masih tetap sama.

Kini Tama dan Aurel tinggal di Prancis. Keduanya memilih tinggal disana untuk melanjutkan usaha yang ditinggalkan oleh kedua orang tua Aurelie. Selain itu Aurel ingin masa tuanya tinggal di tanah kelahirannya.

Abian dan keluarganya juga tinggal di Prancis. Dia diberi kepercayaan untuk meneruskan perusahaan setelah Tama pensiun.

Bisnis Tama yang ada di Indonesia diserahkan pada Abimanyu. Jadi tidak ada yang di anak tirikan. Keduanya mendapatkan bagian yang sama.

Saat ini Tama dan Aurel tidak bisa menghadiri ulang tahun Alena dikarenakan kesehatan mereka yang kurang baik. Maklum usia Tama dan Aurel tidak muda lagi.

Sedangkan Abian mengikuti kedua orang tuanya. Jika orang tuanya datang, diapun akan datang. Kedua putra Abian juga tidak bisa datang karena dalam masa sekolah.

Alena bersama kedua orang tuanya merayakan ulang tahun bersama anak yatim piatu di panti asuhan. Kebetulan Abimanyu menjadi salah satu donatur tetap di panti asuhan tersebut.

Ulang tahun Alena berlangsung dengan gembira. Setelah makan-makan Alena membagikan bingkisan kecil untuk anak-anak panti yang sudah disediakan oleh Abimanyu. Bingkisan itu berisi peralatan tulis dan juga uang tunai. Alena sangat senang bisa berbagi kebahagiaan bersama anak-anak panti itu.

Setelah merayakan ulang tahun bersama para yatim piatu, Alena dan kedua orang tuanya langsung bertolak ke Bandung.

Villa yang dimiliki Abimanyu terletak di sebuah perbukitan. Untuk sampai kesana, mereka harus melewati jalan yang menanjak dan juga berkelok. Di sisi jalan terdapat jurang yang cukup curam. Meski begitu pemandangannya sangat indah.

Setelah perjalan yang lumayan lama akhirnya mereka pun tiba di Villa. Kedatangan mereka langsung disambut oleh penjaga Villa.

Abimanyu mempercayakan Villa itu kepada sepasang suami istri yang berusia sekitar empat puluh hingga empat puluh lima tahun . Keduanya merupakan penduduk asli daerah sekitar Villa.

Penjaga Villa itu bernama Rina dan Rangga. Keduanya memiliki dua orang anak yang tinggal di kota. Jadi villa itu hanya ditempati oleh mereka berdua.

"Assalamualaikum, " ucap Alena, Abimanyu dan juga Zahra dengan serempak.

"Waalaikum salam. Akhirnya Tuan dan nyonya datang juga."

"Alhamdulillah, cukup melelahkan si sebenarnya. Bagaimana kabar akang dan mbak yu?" tanya Abimanyu dengan ramah.

"Kami berdua juga baik Tuan."

"Apa kamar yang akan kami tempati sudah siap? "

"Setelah Tuan telpon kami langsung membersihkannya. Jadi Tuan dan Nyonya bisa langsung menempatinya."

"Terimakasih. Kami boleh langsung masuk, kan?"

"Tentu, silahkan!"

Abimanyu mengajak Zahra dan juga Alena masuk ke dalam rumah. Dia meminta Alena untuk beristirahat di kamar yang biasa ia tempati. Kemudian mengajak Zahra untuk masuk ke kamar mereka.

Alena memasuki kamarnya dengan wajah berbinar. Akhirnya ia bisa berlibur bersama kedua orangtuanya.

Alena meletakkan koper miliknya di sudut kamar. Dia tidak berniat untuk membongkar koper tersebut. Karena tubuhnya merasa lelah, dia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur. Mungkin sangking lelahnya, begitu menyentuh bantal matanya langsung terpejam.

Tok tok tok

Tok tok tok

Alena yang masih mengantuk merasa terganggu dengan ketukan di pintu. Mau tidak mau dia harus mengakhiri tidurnya. Dengan malas-malasan Alena turun dari atas ranjang dan berjalan ke arah pintu.

Ceklek!

"Ada apa ya Bu dhe?"

"Nyonya sudah menunggu di ruang makan."

"Memangnya ini jam berapa?"

"Jam tujuh malam."

"Waduh, kok keblabasan sih," keluh Alena dengan cemberut.

"Memangnya kenapa, Non? "

"Hari ini sholat Ale bolong semua Bu dhe, " jawab Alena sambil terkekeh. Rina tersenyum dengan kejujuran Alena.

"Tolong bilang sama Mama untuk makan lebih dulu. Kalau menunggu Ale lama. Ale belum mandi."

"Kalau begitu Bu dhe kedapur dulu . "

"Oke! "

Setelah Rina pergi, Alena kembali memasuki kamarnya. Dia mengambil baju ganti yang ada di dalam koper dan membawanya ke kamar mandi.

Selesai mandi, Alena menunaikan ibadah sholat isya'. Setelah itu baru menyusul kedua orang tuanya ke ruang makan.

Abimanyu dan Zahra menunggu Alena dengan sabar. Lagi pula mereka belum terlalu lapar.

"Loh, kok Mama sama Mama belum makan sih?"

"Kan bintang utamanya belum datang."

"Ya maaf. Ale baru bangun."

"Its ok. Yuk kita makan! "

Alena menatap berbagai olahan makanan yang ada di atas meja. Dia sudah tidak sabar untuk memakannya.

Rina memang sengaja menyiapkan makanan khas Bandung yang menjadi kesukaannya. Seperti Bakakak Hayam, Nasi timbel lengkap dengan lauknya dan juga es oyen.

"Bu dhe Rina memang the best. Tahu aja kesukaanku."

"Syukurlah kalau begitu. Mama memang sengaja meminta Bu dhe untuk memasak masakan kesukaanmu."

"Terimakasih Mama cantik."

Tanpa banyak kata Alena mengisi piringnya dengan berbagai makanan yang tersaji di meja. Dia makan dengan lahap. Selain perutnya lapar, masakan Rina benar-benar enak.

Selesai makan ketiganya bersantai di ruang keluarga. Alena duduk diantara kedua orang tuanya.

"Besok kita kemana nih?"

"Jalan-jalan disekitar sini juga nggak masalah. Yang penting bisa sama Mama dan Papa."

"Kok tumben banget sih? " tanya Zahra yang merasa aneh dengan Alena.

"Entah. Tapi yang pasti nanti malam Ale pengen tidur bertiga sama kalian."

"No! " pekik Abimanyu dengan spontan.

"Kok Papa gitu sih. Katanya tadi_"

"Ya bukan dengan tidur bareng dong ,Sayang. "

"Tapi Ale pengenya tidur bertiga. Gimana dong? "

Abimanyu menatap wajah sang istri yang juga sedang menatapnya. Sepertinya malam ini mereka harus cuti dulu. Padahal Abimanyu sudah merencanakan banyak hal untuk melakukan hal-hal yang enak bersama sang istri. Jadi gatot deh. Kasihan🤭🤭🤭🤭.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!