Syam dan rombongan tiba di salah satu hotelyang terletak di sekitar pantai. Awalnya Syammu dengan klien. Akan tetapi, papa Glen meminta Zea turut menghadiri kerja sama yang akan mereka lakukan karena dulu, Zea yang berhasil melobi pengusaha itu untuk bekerja sama.
"Hah! Kita bisa bulan madu habis ini beb!", kata Zea merangkul lengan Deni. Syam memutar matanya dengan malas.
"Kalau kalian masih mau di sini, silahkan! Aku selesai, mau langsung pulang!", kata Syam.
"Hah! Pasti kangen sama anak istri? Ye kan buwaaaanggg?", ledek Zea. Deni menggeleng pelan mendengar istrinya yang meledek kakaknya sendiri.
Mungkin mereka lupa kalau saat ini mereka sudah sama-sama jadi orang tua. Tapi kalau bertengkar atau meledek mereka tak liat waktu dan tempat.
"Ke kamar dulu, jam satu baru ketemu klien di kafe Xxx!", kata Syam. Lalu mereka pun berpisah. Zea dan Deni tentu satu kamar dong???
💕💕💕💕💕💕
Krisna tiba di kafe nya. Kafe peninggalan orang tuanya sebenarnya. Dan ia sendiri baru memulai bisnisnya di properti sejak menikah dengan Naya. Beruntung usahanya maju dan berkembang pesat.
Lelaki yang pernah menjadi guru BK itu melakukan kerja sama dengan beberapa pengusaha lokal. Dan setelah melakukan penandatangan kerja sama, mereka pun melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.
"Gayatri!", panggil Krisna pada salah satu waiters nya.
"Iya pak?", tanyanya.
"Tamu yang booking table 09 sudah datang?", tanya Krisna.
"Belum pak. Beliau booking jam satu siang!", jawab gadis asli Bali itu.
"Ya sudah, terimakasih." Krisna memilih untuk ke ruangannya. Karena nanti akan kembali ke kantornya.
💕💕💕💕💕💕💕
Syam dan tim melakukan pertemuan dengan klien mereka. Seperti yang sudah Glen katakan, Zea memang pandai melobi pengusaha itu.
Alhasil, mereka akhirnya akan mengunjungi lokasi proyek keesokan harinya.
"Nginep kan??? Apa gue bilang!", Zea melipat kedua tangannya di dada.
"Seneng banget nginep? Emang kamu tuh ngga kangen sama Izaf, Ziva?? Heuh?", tanya Syam dengan nada meledek.
"Heum...ya...kangen sih, tapi kan ngga setiap hari kita kaya gini! Ya kan beb?", tanya Zea pada suaminya. Deni hanya mengangguk pelan.
"Dasar ! Dah kalo mau balik ke hotel duluan, aku mau ke toilet!", pamit Syam.
"Ya udah, kita mau jalan-jalan dulu. Mumpung masih di sini!", kata Zea.
Syam pun ke toilet yang ada di kafe itu. Kafe yang ramai tapi tetap terlihat bersih dan nyaman meski banyak pengunjung sih. Setelah dari toilet, Syam menyempatkan diri untuk bercermin.
[Iya Bund, ini mampir ke kafe ayah. Tugas kampus udah selesai]
Syam menoleh pada sosok pemuda yang menggendong ransel hitam. Tangannya menempelkan benda pipih canggih ke salah satu telinganya.
[Iya Bund, bentar lagi Shaki pulang]
Setelah itu ia memasukan ponselnya ke dalam saku. Syam menoleh lagi untuk memastikan pemuda itu siapa. Karena ia merasa suaranya cukup ia hafal.
"Shaki?? Atau Shakiel?", gumam Syam. Lalu Syam pun berlari berusaha mengejarnya. Sayangnya, ia tak keburu karena pemuda itu masuk ke salah satu ruangan khusus pemilik kafe.
Jiwa penasaran Syam pun meronta. Ia kembali menduduki kursi yang kosong dan memesan minuman.
Lelaki tampan dan duduk sendirian cukup menarik perhatian kaum hawa yang mengunjungi kafe tersebut.
Setelah beberapa menit berlalu. Pintu khusus itu terbuka memperlihatkan dua orang laki-laki beda usia.
Syam langsung bangkit dari bangkunya dan meletakkan uang di atas meja. Ia tak mau terus penasaran hingga akhirnya ia tiba di belakang dua laki-laki itu.
"Permisi!!", sapa Syam. Dua lelaki itu pun berhenti lalu menoleh.
💕💕💕💕💕💕💕
"Bi, aku ada kuliah sore. Ini para bocil pada di umpetin dulu napa?", Ganesh mulai misuh-misuh.
"Iya Nesh, sabar ya...!", kata Riang. Perempuan itu dan dua baby sitter Izaf dan Ziva mencoba mengajak para bocil untuk mengalihkan perhatian mereka agar Ganesh bisa bersiap.
Dan setelah perjuangan panjang yang cukup mencekam, akhirnya Ganesh berhasil dari kandang singa itu.
Yupz! Adik-adik sepupunya itu lengket kaya getah karet padanya. Entah apa yang membuat mereka nyaman pada seorang Ganesh.
Setelah bersiap, hal tak terduga terjadi. Tiga bocil itu berdiri tepat di depan pintu kamar Ganesh.
"Astaghfirullahaladzim La hawla wala quwwata Illa Billah", pekik Ganesh saking terkejutnya melihat penampakan di depan pintu.
Coba Ganesh tak memperhatikan ,sudah pasti ketiga bocah itu akan tertabrak kaki Ganesh.
"Aa ke mana?", tanya Risya. Ganesh menghela nafas berat.
"Ica sayang, Aa mau sekolah dulu ya!!", Ganesh berjongkok di depan para bocil.
"Lama?", tanya Shaka. Ganesh mengangguk.
"Itut, boleh?", tanya Izaf sekarang. Dan dengan kompaknya Risya dan Shaka mengangguk cepat seolah setuju dengan pertanyaan Izaf.
"Ngga boleh dong?! Nanti di omelin pak guru sama Bu guru yang galak! Hayooo???!", Ganesh menakut-nakuti.
"Risya, Shaka, Izaf! Sini...Abi sama papa telepon! Papanya Izaf juga!", panggil Riang.
"Abi...!", pekik Risya.
"Papa!!", Shaka dan Izaf berteriak bersamaan.
Ketiga bocil itu meninggalkan depan kamar Ganesh.
Akhirnya mahasiswa semester dua itu bernapas lega meninggalkan rumah dengan anak-anak yang tak bawel.
"Gini amat punya adik banyak?!", Ganesh memasang helmnya. Dan setelah itu, ia menaiki motor Va*** berwarna hitam keluaran baru.
💕💕💕💕💕💕💕💕
"Jadi bagaimana baiknya Bah?", tanya Diaz pada Salim.
"Kalau kata Abah mah ya, terserah nak Diaz saja. Mau di buat pesta sekalian ngga apa-apa. Atau mau nikah doang, juga Abah ngga keberatan. Tanyakan saja sama Ghalia."
"Jangan di pestain deh Bah, Kak! Nanti aja lulus kuliah sekalian hehehe!", kata Ghalia yang sudah selesai ujian dan kembali ke rumah.
"Lama banget dek, empat tahun baru resepsi?",tanya Sekar.
"Heheh ya udah, resepsi kecil-kecilan aja di rumah habis ijab. Jangan empat tahun juga dek, kelamaan!", kata Abah.
Diaz menoleh pada gadis yang hampir dari tiga tahun ini sudah bertahta di hatinya. Dibilang pacaran, ngga juga sih, mereka jarang bertemu. Sekalinya bertemu ya di rumah seperti ini, di temani abah dan ibunya. Hanya saja...chating lancar jaya 🤭
"Gimana kak?", Ghalia yang sekarang bertanya . Sudah tak ada jaim-jaiman lah pokoknya.
"Kakak nurut aja gimana baiknya dek!", kata Diaz.
"Lagian ya dek, empat tahun baru resepsi? Yang bener aja. Keburu anak kalian udah pada lari-lari!", celetuk Galih.
Pemuda itu jarang berbicara, sekalinya bicara menyakitkan!
"Kakak!", tegur Sekar pada Galih. Diaz tak merasa tersinggung atau marah pada kembaran calon istrinya itu.
"Ada benarnya juga Dek, empat tahun segala kemungkinan bisa terjadi lho!", kata Diaz. Ghalia pun menganggukkan kepalanya.
"Ya udah, atur Abah sama kakak aja. Lia nurut!", kata Ghalia.
"Kalau kata Abah mah sebelum kalian mulai aktif jadi mahasiswa. Nak Diaz ngga keberatan kan kalau Galih tinggal bersama Nak Diaz dan Lia?", tanya Abah.
"Ngga lah bah, malah seneng jadi ramai. Lagi pula kampus mereka dekat kok sama apartemen Diaz."
"Apartemen?", tanya Galih dan Ghalia bersamaan.
"Kenapa? Mau di rumah Ayah Aziz? Kalau mau ya ngga apa-apa, cuma agak jauh dari kampus. Atau...kakak cari rumah dekat kampus kalo gitu?!", kata Diaz.
"Ngga usah!", kata Galih dan Ghalia kompak.
Abah dan Sekar hanya tersenyum dengan kekompakan si kembar.
💕💕💕💕💕💕
Terimakasih 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
muthia
semoga Syam ketemu ama Syakiel
2024-04-21
1
Meli Anja
syam ketemu sama el.... lanjut kak
2024-04-21
1
🌺zahro🌺
gimana kabar syam dan syaki yaa🤔,semoga syam ketemu dngan syaki
2024-04-21
1