Di sekitar perapian Zhen duduk melihat kelinci liar yang di panggang Yinzhe. Dari warna keemasan dan baunya yang harum, bukannya ini mirip dengan yang dimimpi Zhen. 'Apa aku benar benar bisa memakan ayam panggang seperti para penjaga itu? Aku tidak percaya bisa makan ayam. Rasanya seperti mimpi indah, aku jadi tidak ingin bangun.' pikirnya penuh kegembiraan. Sangat dan sangat gembira bis makan ayam bakar yang enak. Ralat, kelinci bakar. Zhen mengira kelinci liar itu sebagai ayam bakar, karena ia sendiri tidak pernah melihat ayam atau kelinci.
Selesai sudah dengan membakarnya. Yinzhe menyerahkan bagian Zhen. "Ini tuan muda!?" ujar Yinzhe ramah. Aslinya hanya cari muka.
Segera Zhen mengambil kelinci bakar itu. Ia tidak tahan lagi, air liurnya sudah tidak tahan untuk menetes. Tanpa ba-bi-bu lagi langsung di gigit gigitan pertama pada kaki kelinci. "…enak." ujarnya. Meskipun panas dan lidahnya jadi terbakar, ia tidak peduli. Kelinci ini sangat enak membuat mulutnya tidak bisa berhenti makan.
Diam diam tanpa sepengetahuan Zhen, mata Yinzhe terus melirik Zhen makan. Dia menunggu nunggu kapan racun itu akan bekerja. Daging kelinci sudah setengahnya tapi Zhen masih baik baik saja. Tentu saja ini membuat Yinzhe cemas. Apa dia salah menaruh racun? Atau bagaimana? Kenapa tidak ada tanda tanda Zhen keracunan? "T tuan muda, bagaimana rasanya?" tanya Yinzhe hati hati.
"Ini sangat enak!? Kau sangat pandai memasaknya!?" ujar Zhen. Ia melirik kelinci Yinzhe yang masih utuh. "Apa kau tidak mau? Boleh kumakan?" tanya Zhen. Karena terlalu enak dan ia juga kelaparan, satu kelinci saja tidak akan cukup untuknya. Yang tadi hanya cukup mengganjal perut.
Yinzhe berpikir pikir lagi, bisa jadi dia memang salah menaruh racun. Daripada dirinya yang keracunan, mending dia kasih semua kelinci bakar ini untuk Zhen. Daripada harus jadi mayat. "Baiklah, ini!?"
"Waah!? Kau sangat baik! Terima kasih!?" Zhen mengambil satu lagi kelinci yang diberikan Yinzhe. Ini hebat, ia bisa makan dua daging malam ini.
Beberapa jam kemudian…
Didalam goa dibalik air terjun, Yinzhe terus memperhatikan Zhen tanpa terkecuali. Tidak ada tanda tanda keracunan sama sekali bahkan setelah berjam jam lamanya. Selain kulit putih Zhen yang pucat, tidak ada kulit membiru atau merah. 'J jangan bilang kalau dia…'
"Kebal racun." ujar Zhen menebak pikiran Yinzhe.
Yinzhe segera berlari keluar dengan kedua kakinya. Namun langkah Zhen lebih cepat. Hanya dalam hitungan detik Zhen menendang punggung Yinzhe, mengunci tangan kirinya ke belakang dan menekan kepala Yinzhe ke lantai batu.
Bukannya Zhen tidak tahu, tapi sekali cium aroma pada makanan yang diracuni ia bisa langsung tahu. Ia hanya berpura pur bodoh untuk mengelabui Yinzhe. "Inilah alasannya kau harus membunuh habis musuhmu. Benarkan, Yinzhe~?" ujar Zhen dengan senyum ramah.
"M maafkan aku!? maafkan aku!? Aku janji tidak akan mengulanginya lagi!? A aku minta maaf!? Aku benar benar menyesalinya, kumohon!? Kumohon!?" ujar Yinzhe kembali memohon seperti saat pertama mereka bertemu.
Zhen menatap dingin pria itu. Sifat yang seperti ini Zhen tidak menyukainya. biasanya mereka akan meminta maaf dengan menjatuhkan harga diri mereka sendiri dan lalu kemudian akan menusuk dari belakang. Jika tertangkap lagi mereka akan meminta maaf lagi dan akan mengulangi hal yang sama lagi dan lagi. Terus mengingkari janji dan berkhianat. "Sepertinya mimpi hanya mimpi. Karena itu aku jadi terbangun olehmu." ujar Zhen.
"A aku minta maaf!? Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. A aku akan menebusnya dengan nyawaku!?" serunya memohon ampun.
Mendengar omong kosong itu Zhen jadi kepikiran ide gila. Ia tersenyum tipis, "Benarkah?" tanya Zhen.
"B benar benar!?" jawab Yinzhe. Tapi dibalik jawabannya itu dia menjawab lain didalam hati. 'Dasar naif, rencanaku gagal karena tidak tahu kau kebal racun si**an!? Lain kali pasti akan berhasil.' pikirnya berbanding terbalik dengan wajahnya yang meminta belas kasihan.
Zhen menggigit ujung jari telunjuk dan tengahnya hingga sobek mengeluarkan darah. Ia meneteskan beberapa ke mulut Yinzhe.
"A apa ini?" tanya Yinzhe panik.
Dirinya bangun dari atas punggung Yinzhe berjalan menjauh. Ia berjalan didekat perapian melepas pakaiannya. Mengganti pakaiannya dengan pakaian yang ia pungut dari mayat.
Jantung dalam tubuh Yinzhe memompa cepat. Dia mulai mengeluarkan darah dari setiap lubang di wajahnya. Yinzhe mulai merasakan panas luar biasa seakan organ dalamnya terbakar. Kemudian mulai pecah satu persatu. "Racun?" ujarnya baru sadar kalau Zhen memberinya racun. Dia panik dan frustasi. Bingung harus bagaimana.
Akhirnya dia merangkak mendekati Zhen yang masih dengan santainya mengganti baju. "T tuan Zhen!? Tuan Zhen!? A aku mohon ampuni nyawaku!? A aku akan menjilat kakimu lagi kalau kau mau!? Tolong berikan aku penawar racunnya!?"
Sekarang Zhen yakin kalau darahnya memiliki sifat racun. Sebelumnya ia belum yakin, tapi setelah melakukan percobaan pada Yinzhe sekarang ia yakin dengan pasti. Ia melirik pria itu yang memohon padanya lagi. "Seperti aku membuatmu salah paham ya?" ujar Zhen baru selesai memakai bajunya. Ia berjongkok didepan Yinzhe. Racun di tubuh Yinzhe menjalar dengan cepat membuat putih matanya berubah merah dan urat urat biru menonjol pada lehernya.
"Aku bilang menyukai sikapmu yang ini, tapi aku juga paling benci dengan tindakanmu yang seperti ini." ujarnya dengan tatapan yang dingin.
Tapi terlambat. Mata Yinzhe sudah bergulir ke atas. Dia mati dengan posisi memohonnya. "Oh, ternyata sudah mati."
Zhen bangun berdiri menatap Yinzhe. Tubuh itu sudah terpenuhi dengan darah keluar deras dari tubuhnya. Ia membakar tubuh Yinzhe. Menatapnya hingga terbakar habis. Mata merah vertikal itu menatap sedih. Ia kira sudah mendapat teman lain. Tapi ternyata tidak, mereka sama saja. Sama sama ingin membunuhnya.
Tes
Tetesan darah keluar dari hidung Zhen. Tidak hanya dari hidungnya, namun juga dari mata telinga dan mulutnya. "Uhuk!? uhuk!?" darah dari mulutnya keluar begitu banyak.
Bruk
Ia duduk sembari menatap perapian. Apa yang dirasakan Yinzhe hanya sebagian kecil apa yang dirasakan Zhen sekarang. Tapi tidak perlu khawatir, karena besok akan menjadi hari terakhir ia merasakan rasa sakit ini.
"Baik baik, kalian bisa diam!? Jangan terlalu berisik. Kik kik kik kik, seperti biasa kata kata kalian memang selalu menjijikan."
...***...
Di dunia ini terbagi menjadi tiga alam,
Alam pembinaan
Alam para mortal dan non-manusia hidup. Selain manusia, ada ras lain yang menempati alam pembinaan.
Alam dewa
Saat para mortal atau ras lain telah mencapai ranah tertinggi, mereka akan di angkat ke alam dewa untuk melanjutkan kultivasi ke ranah yang lebih tinggi lagi.
Alam iblis
Alam ini di tempati oleh ras iblis yang sering berbuat kerusakan di alam pembinaan. Kultivator yang menempuh jalan iblis yang telah mencapai ranah yang tinggi akan di angkat ke alam iblis.
Di alam pembinaan ada enam klan besar non-manusia. Mereka adalah Guaiwu klan, Loong klan, klan Phoenix utara, Ice palace selatan, Huxian klan dan Qilin barat.
Mereka keenam klan besar yang mendominasi alam pembinaan. Selain mereka ada juga dari sisi manusia seperti Three Great Empire. Karena alam pembinaan terbagi menjadi tiga benua, masing masing Empire menguasai satu benua. Di antaranya, benua timur dikuasai oleh Kekaisaran Qing Xuan, benua utara di kuasai oleh Kekaisaran Zhong Yuan, dan benua barat dikuasai oleh Kekaisaran Chu barat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments