Part 13

Ini adalah hari jum'at, hari ini sekolah Kannita pulang cepat karena akan diadakan rapat guru. Kannita melangkah keluar dari kelas dengan langkah ringan. Ia berjalan ke kelas Asher, namun kelasnya sudah sepi. Ia pun berjalan ke depan. Udara pagi yang masih segar menyapa wajahnya saat ia melihat sekeliling yang mulai sepi. Ia menyusuri trotoar menuju halte busway sambil sesekali memperhatikan jam tangannya yang menunjukkan pukul 9:40 AM.

Sampai di halte, ia melihat bus yang sedang memuat penumpang. Ia berjalan menuju antrian dan dengan cepat masuk begitu pintu bus terbuka. Setelah membayar tiket, Kannita mencari tempat duduk yang nyaman di bagian belakang.

Namun, saat melangkah menuju ke belakang, matanya tertarik pada seorang pria tua yang duduk sendirian di kursi depan. Pria itu tampak terlihat bingung, mencoba membaca papan petunjuk rute bus.

Kannita mendekati pria itu dengan ramah, "Permisi, Kek. Mau ke mana?"

Pria tua itu menoleh, terlihat lega melihat ada seseorang yang mau membantunya. "Oh, saya ingin menuju ke stasiun kereta api. Tapi sepertinya saya kebingungan dengan rutenya."

Kannita tersenyum, "oh begitu, mau saya bantu buat ke arah sana, Kek?"

Pria tua itu mengangguk dengan senyum, "Terima kasih, Nak. Nama saya Bambang."

Kannita sambil mengulurkan tangan, "saya Kannita."

Bambang tersenyum mengambil tangan Kannita, "senang bertemu denganmu, Kannita."

Mereka pun duduk bersama di kursi depan. Kannita memberikan informasi tentang rute busway yang harus diambil dan memberikan sedikit cerita tentang sekolahnya. Bambang mendengarkan dengan antusias, sesekali tertawa mendengar cerita lucu dari Kannita.

"Ternyata kamu seorang yang ramah dan pintar, Kannita. Saya yakin akan ada banyak kesuksesan yang menunggumu di masa depan," ucap Bambang dengan penuh keyakinan.

Kannita tersipu malu, "Terima kasih, Kek. Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik."

Perjalanan mereka berlanjut dengan penuh keceriaan. Saat bus sampai di stasiun kereta api, Kannita dan Bambang turun bersama-sama.

"Sekali lagi terima kasih, Kannita. Kau telah membantu seorang kakek yang kebingungan di kota besar ini," kata Bambang sambil tersenyum.

Kannita juga tersenyum, "Sama-sama, Kek. Senang bisa bertemu dan berbicara dengan Anda."

Mereka berpisah dengan hangat, masing-masing melanjutkan perjalanan mereka. Kannita merasa senang bisa membantu dan bertemu dengan Bambang, dan ia yakin bahwa kebaikan selalu mendatangkan kebaikan lainnya.

Kannita melangkah dengan hati yang penuh rindu menuju rumah kakek neneknya yang ada di daerah Plaju. Dia tersenyum sendiri saat mengingat kenangan manis di rumah kakek neneknya.

Setelah beberapa menit berjalan, dia sampai di sebuah perumahan. Netranya memandangan perumahan tersebut dengan perasaan rindu, rasanya ia sudah lama sekali tidak ke rumah nenek dan kakeknya ini. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan seorang wanita tua yang sedang bekerja untuk menyapu di jalan.

"Selamat pagi, Nak. Sedang apa di sini sendirian?" tanya wanita tua itu sambil menyapa Kannita dengan ramah.

"Selamat pagi, Bu. Saya sedang menuju ke rumah kakek nenek saya," jawab Kannita sambil tersenyum.

"Kalo boleh tau, siapa namanya?" tanya Wanita tua lagi.

"Kakek Daniel, Bu," jawab Kannita dengan sopan.

Petani itu mengangguk, "Oh, kamu cucu dari Pak Sutarno Daniel? Dia adalah teman baikku. Rumahnya tidak jauh dari sini, kan?"

Kannita mengangguk, "Iya, benar Bu. Saya sering berkunjung ke sini. Nenek saya selalu membuatkan saya kue kesukaan saya."

Petani itu tersenyum, "Bagus sekali memiliki nenek yang perhatian seperti itu. Sekarang kamu akan memberi mereka kebahagiaan dengan kedatanganmu."

Kannita tersenyum dan melanjutkan perjalanan setelah berpamitan dengan wanita tua itu. Hatinya hangat mendengar ucapan baik dari orang asing. Semakin mendekati rumah kakek nenek, dia semakin tak sabar untuk melihat mereka.

Saat dia sampai di halaman rumah, Kannita melihat kakeknya, Pak Sutarno Daniel atau yang sering di panggil Kakek Ono, sedang duduk di teras sambil membaca koran. Neneknya, Nyai Siti, sibuk merapikan tanaman di halaman belakang.

"Kannita?!" seru kakeknya dengan senyum lebar begitu melihat cucunya datang.

"Nenek, kakek!" seru Kannita sambil berlari mendekati mereka. Dia merangkul mereka erat-erat.

Nek Asti tersenyum lembut, "Kannita, kamu datang tepat waktu. Nenek baru saja selesai membuatkan kue kesukaanmu."

Kannita berseri-seri, "terima kasih, Nenek! Nita rindu banget pake banget kue buatan nenek tau!"

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Nek Asti menyajikan kue kesukaan Kannita, sementara kakek Ono menyiapkan teh hangat untuk mereka minum bersama. Mereka duduk di ruang tamu sambil bercerita tentang kehidupan sehari-hari.

"Sudah lama sekali kakek tidak melihatmu, Kannita. Bagaimana kegiatanmu selama di rumah dan di sekolah?" tanya kakeknya dengan penuh minat.

Kannita mulai bercerita tentang sekolah, teman-temannya, dan kegiatan-kegiatan yang dia lalui. Mereka semua tertawa dan berbagi cerita dengan bahagia.

Waktu berlalu begitu cepat. Sebelum mereka menyadari, matahari sudah mulai condong ke barat. Kannita menyadari bahwa dia harus segera pulang sebelum gelap.

Kannita duduk di antara kakek dan neneknya di ruang tamu yang hangat. Mereka dikelilingi oleh aroma teh dan kue yang menyenangkan. Dengan semangat, Kannita mulai menceritakan pengalaman-pengalamannya di sekolah.

"Kakek, Nenek, kamu tau, di sekolah hari ini, guru kami memberi tugas baru yang sangat menarik. Kami diminta untuk membuat proyek seni menggunakan bahan-bahan daur ulang," cerita Kannita dengan bersemangat.

"Oh, itu terdengar menarik," sahut kakek Ono sambil tersenyum bangga.

Nek Asti mengangguk setuju, "Ya, itu pasti pengalaman yang bermanfaat. Apa yang kamu buat untuk proyek itu, Nak?"

Kannita tersenyum, "Nita buat wadah tissue dari kardus bekas dan kain perca."

Mereka terus berbagi cerita tentang sekolah dan kehidupan sehari-hari. Tawa mereka bergema di ruangan itu, menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan.

Namun, ketika mereka menyadari bahwa matahari mulai terbenam, suasana pun menjadi hening. Kannita melihat keluar jendela dan menyadari bahwa waktu telah berlalu begitu cepat.

"Astaga, udah jam segini," ucap Kannita dengan cemas.

Kakek dan neneknya saling bertukar pandang, penuh kekhawatiran. Mereka tahu bahwa perjalanan Kannita pulang menuju rumahnya cukup jauh.

"Nak, apa kamu ingin kami mengantarmu pulang?" tawar neneknya dengan penuh perhatian.

Kannita menggeleng, "Tidak, Nenek. Aku bisa pulang sendiri. Aku sudah tahu jalan."

"Bagaimana Nita menginap saja disini, lagipula besokkan libur, disini juga ada bajumu," ujar Nek Asti.

Kannita memikirkan kata-kata neneknya, namun dia juga tahu bahwa mereka berdua sudah cukup tua untuk melakukan perjalanan malam.

"Baiklah, Nita malam ini akan menginap disini, Kek," ucap Kannita dengan pilihan terakhirnya setelah ia pikir secara matang-matang.

Mungkin tak apa bila ia menginap di rumah kakek dan neneknya, apalagi besok libur sekolah, ia juga khawatir jika tetap memaksa untuk pulang sekarang. Ia takut membuat khawatir kakek dan neneknya, dan ia pun memillih untuk mengalah. Sebisa mungkin ia manfaatkan kesempatan itu untuk menghabiskan waktunya bersama kedua orang yang ia sayang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!