Part 11

Upacara sudah akan dimulai, semua murid-murid sudah berbaris dengan rapi menunggu waktu upacara. Namun, masih tidak ada tanda-tanda akan kehadiran Asher. Kannita merasa gelisah, berulang kali ia menghubungi Asher, namun tak mendapatkan jawaban. Bahkan saat guru yang berada diatas mimbar sedang memberikan pidatonya, batang hidung Asher belum muncul. Namun, saat pidato guru tersebut akan diakhiri, seorang guru bk laki-laki menggiring sekelompok murid ke depan persis di samping mimbar.

"Oh, bukannya itu Asher kan, Nit?" tanya Hana yang berada disamping Kannita tanpa menoleh. Takut pada seorang pengawas yang berada di belakang mereka, ditambah beberapa anggota osis yang sudah siap siaga.

"Masa sih? Gak ada tuh, ngelantur lo, lagian gak mungkin si Asher terlambat," ucap Kannita sensi.

"Nah tuh, liat yang ada dipaling pinggir, Nit. Ada Asher," bisik Hana pada Kannita tanpa menoleh, sorot matanya terpaku pada siswa yang ada di depan sana.

"Kok bisa?" tanya Kannita, keheranan tergambar di wajahnya.

"Katanya sih mereka terlambat," kata Mia yang berada di belakang Hana.

"Maksudnya?" tanya Kannita, ingin tahu lebih lanjut.

"Tapi gue tadi denger dari anak osis yang ada dibelakang gue bilang kalo mereka tuh hampir ikut tawuran sama anak UIN, tapi untung ada guru kita yang gak sengaja lewat terus digiring kesini, makanya mereka jadi terlambat," ucap Iza, yang berada tepat dibelakang Kannita.

Kannita merasa lega mendengar penjelasan itu. Meskipun Asher terlambat, dia merasa lega bahwa tidak terjadi hal buruk padanya. Dia berharap Asher dan teman-temannya baik-baik saja. Walaupun ia tahu, biasanya Pak Adhi, sayang guru bk itu sangat galak terhadap siswa yang sering memberontak ataupun suka bikin keributan apalagi alasan membolos karena ikut tawuran.

***

Setelah upacara bendera selesai, perhatian semua siswa tertuju pada teman-teman Asher yang berada di tengah lapangan. Mereka diberi instruksi untuk menjalani hukuman karena terlibat hampir tawuran dengan anak-anak kuliahan UIN. Rombongan Asher termasuk Asher sendiri, berdiri tegak, siap menerima hukuman.

Kepala sekolah dengan serius memberikan instruksi, "Kalian akan berlari mengelilingi lapangan sebanyak 5 putaran, kemudian membersihkan sekolah dan toilet sekolah. Ini adalah hukuman yang kalian terima atas perilaku kalian. Saya harap ini menjadi pelajaran bagi kalian semua."

"Siap, akan kami laksanakan, Pak!" seru mereka secara bersamaan.

Asher dan teman-teman lainnya mengangguk, menerima hukuman dengan tanggung jawab. Mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan salah, dan mereka siap menerima konsekuensinya.

Tanpa banyak berkata-kata, mereka mulai berlari mengelilingi lapangan. Langkah mereka teratur, menunjukkan keseriusan mereka dalam menjalani hukuman. Meskipun terlihat lelah dan terpaksa, mereka tidak mengeluh dan tetap fokus pada tugas mereka.

"Berlari yang teratur, guys! Kita harus selesai dengan cepat," ucap Asher kepada teman-temannya.

Leo mendesah lalu berkata, "ini mungkin hukuman yang terberat yang pernah kita alami, guys."

"Tapi setidaknya kita tidak sendirian, kan?" sahut Idan sembari mendengkus geli mendengar protesan dari Leo.

"Udahlah, anggap aja, ini kayak pelajaran kolaborasi!" ucap Zaki dengan wajah sangarnya.

Di tengah-tengah lapangan, Asher memperhatikan teman-temannya. Dia tahu bahwa mereka semua bersama-sama dalam hukuman ini, dan dia merasa bertanggung jawab untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Dia memberi semangat kepada teman-temannya, memastikan mereka tetap bergerak maju. Setelah menyelesaikan lima putaran, mereka langsung beralih ke tugas berikutnya.

"Baik, teman-teman, sekarang saatnya untuk membersihkan sekolah dan toilet sekolah. Mari kita bagi tugas dengan baik," perintah Asher dengan tegas kepada teman-temannya. Asher melihat Zaki mengangkat tangannya dan mengangguk, seolah memberi izin untuk berbicara.

"Gue mau dibagian membersihkan lantai dan meja di ruang kelas, Sher," sahut Zaki seraya mengangkat tangannya tinggi.

"Terus yang lain apa?"

"Gue akan membersihkan koridor dan tangga," ucap Leo.

"Kalo gue mau dibagian membersihkan ruang guru dan kantin," ucap Idan dengan tegas.

"Oke, jadi bagian terakhir jadi bagian gue ya. Gue dapet jatah buat membersihkan toilet sekolah," ucap Asher dengan teliti.

Asher dan teman-temannya membersihkan setiap sudut sekolah dengan teliti. Mereka membersihkan lantai, meja, dan kursi dengan tekun, memastikan tidak ada debu atau kotoran yang tersisa. Mereka juga membersihkan toilet sekolah dengan hati-hati, memastikan kebersihan dan kenyamanan bagi seluruh siswa.

Asher membersihkan toilet sekolah dengan hati-hati, memastikan kebersihan dan kenyamanan bagi seluruh siswa. Dia membersihkan toilet satu per satu, menggunakan alat pembersih dan sikat dengan tekun.

Zaki membersihkan lantai dan meja di ruang kelas dengan cermat. Dia menyapu dan mengepel lantai dengan teliti, memastikan tidak ada kotoran yang tersisa. Dia juga membersihkan meja dan kursi dengan seksama, meninggalkan ruang kelas bersih dan rapi.

Leo membersihkan koridor dan tangga dengan tekun, memastikan tidak ada debu atau kotoran yang tersisa di area tersebut.

Sementara Idan membersihkan ruang guru dan kantin dengan cermat, memastikan tidak ada kotoran atau sampah yang tersisa di area tersebut. Dia membersihkan meja dan kursi, serta menyapu dan mengepel lantai dengan teliti.

Meskipun hukuman itu melelahkan, Asher dan teman-temannya tidak kehilangan semangat. Mereka merasa puas melihat hasil kerja mereka, mengetahui bahwa mereka telah mengambil tanggung jawab atas kesalahan mereka.

"Akhirnya selesai juga, emang sialan banget kenapa harus ketahuan segala!" ucap Leo masih tampak tak terima. Padahal mereka sudah menyiapkan diri dari beberapa waktu yang lalu. Apalagi sudah mendapatkan izin dari ketua BEM UIN secara langsung.

"Alah lo apa-apa protes!" sahut Idan sembari menyalakan rokoknya. Mumpung mereka masih ada di toilet, ia pun tak akan melewatkan hal tersebut.

"Iya loh, tinggal jalanin aja kali," sahut Zaki dengan santainya.

"Lo lama-lama bikin gue kesel, Le. Mau lo gue lempar pake sepatu Adidas gue?" ucap Zaki sembari menatap Leo dengan tatapan tajam.

"Ah, kalian mah gitu! Gak pernah dukung gue!" protes Leo.

"Lebay lo kayak anak cewek aja," sahut Asher yang sudah merasa jengah kepada Leo.

Setelah menyelesaikan tugas mereka, mereka kembali ke lapangan untuk melaporkan kepada kepala sekolah. Kepala sekolah melihat hasil kerja mereka dengan puas, mengakui upaya mereka dalam memperbaiki kesalahan mereka.

"Tugas kalian selesai dengan baik. Saya harap ini menjadi pelajaran yang berharga bagi kalian semua. Selamat atas kerja keras kalian. Dan jangan lupa kembali ke kelas kalian masing-masing," kata kepala sekolah dengan senyum.

"Baik, Pak," ucap mereka dengan serempak.

Asher dan teman-temannya tersenyum lega, merasa lega bahwa mereka telah menyelesaikan hukuman mereka dengan baik. Mereka pun kembali ke kelas masing-masing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!