Ch 15 Sweet Love

Rey terkejut saat merasa ada seseorang yang menerobos masuk kedalam mobil yang dia kendarai. Sontak dia langsung menoleh kearah belakang. Ternyata ada seorang wanita yang memakai dress seksi motif catur dan rambut panjang ikal yang diwarnai, tengah saling bertatapan dengan Arga dibelakang sana.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Arga dengan tatapan tajam.

“A-aku, jadi be-begini—” Berlyan terbata-bata.

“Ada yang ingin ku katakan,” ucapnya sembarangan saat melihat Dimas yang berada disebelah kaca mobil Arga. Dia pun tanpa sadar langsung masuk kedalam dekapan Arga semakin dalam.

“Memangnya apa yang ingin kamu katakan?” tanya Arga lagi.

Berlyan mengangkat kepalanya dan menarik kerah baju Arga lebih mendekat padanya.”Tunggu sebentar!”

Arga, pria itu malah hanya diam dan datar menatap Berlyan yang wajahnya sangat dekat dengannya. Tapi tidak dengan Rey yang sangat terkejut sontak dia langsung memalingkan wajahnya kembali kedepan.

Arga melirik Berlyan yang terlihat sedang menghela nafas lega.

“Barusan tadi kamu bilang tidak ingin melihatku atau menikah denganku, tapi sekarang apa yang sedang kamu lakukan? Mau menciumku?”

Berlyan tersadar dan langsung mendorong tubuh Arga menjauh darinya.

“Itu benar! Aku bukan tidak ingin melihatmu lagi, tapi aku juga sama sekali tidak tertarik menikahimu. Jadi, aku kembali untuk melarangmu menghubungiku lagi. Bye aku pamit,” ucapnya sembarangan lalu berbalik hendak membuka pintu mobil.

“aku tetap mau menikahimu!” kata Arga seraya memperbaiki letak dasinya yang sedikit miring akibat ditarik oleh Berlyan.

Berlyan kembali terdiam, dan mencoba memikirkan sesuatu untuk membuat Arga mengurungkan niatnya itu. Dia pun berbalik menatap pria tampan yang memiliki senyuman manis diwajah datarnya itu. “Apa kamu bilang?”

“Karena itu jelaskan dengan benar, kenapa kamu tidak mau menikah denganku?”

“Aku tidak suka semua hal tentangmu!” Dengan gugup dia meraba udara didepan wajah dan tubuh Arga seakan-akan sedang menyentuhnya.

“Aku juga tidak suka perkataan menggelikan dan sangat aneh darimu, serta bentuk wajahmu yang seperti burung bangau!”

“Uhump!” Rey tersedak air liur saat menahan tawanya mendengar kata-kata Berlyan saat menolak Arga.

“Burung bangau?” Arga mengerutkan dahinya dan menatap serius wajah Berlyan.

“Aku sudah selesai bicara, kalau begitu aku pergi ya, hehe,” kata Berlyan tersenyum getir, lalu membuka pintu mobil dan segera pergi.

“Oh, sudah lampu hijau, silahkan pergi!” ucapnya lagi menepuk-nepuk kursi pengemudi Rey.

“Burung bangau?” gumam Arga dengan wajah datarnya menatap arah luar jendela.

“Seperti apa bentuk burung bangau?”

Di dalam ruang kerjanya di kantor. Rey memperlihatkan bentuk burung bangau di tablet pintarnya kepada Arga. Pria itu tidak berhenti menatapnya sambil memegangi rahangnya dan hidungnya.

“Bagaimana mungkin aku mirip dengan burung ini?” tanya nya menatap Rey.

“Sebenarnya hanya secara garis besar saja, terutama bagian hidungnya, panjang dan lancip,” jelas Rey sembari memperbesar gambar tersebut.

“Apa kamu bilang?” geram Arga dengan tatapan tajam.

Rey pun menatap wajah Arga dengan seksama, lalu berbalik pergi meninggalkannya. “Astaga, ternyata memang mirip sekali dia.”

“Rey! Reyvin Adiyaksa!” teriak Arga memanggilnya tapi Rey tetap tidak menghiraukannya.

“Tidak mungkin,” gumam Arga sembari meraba-raba rahang dan hidungnya.

***

“Hahahahaha!” Hana tertawa geli mendengar cerita Berlyan tentang situasinya tadi.

“Apa-apaan ini? Bagaimana bisa kamu malah tertawa disaat temanmu kesusahan?” tuntut Berlyan mengerutkan keningnya dan mencibir hana.

“Bukan begitu, tapi maksudku situasi itu lucu sekali. Jadi, kamu melompat masuk ke mobilnya dan bilang, ‘wajahmu mirip bangau’ hahaha, seperti itu kan,” ejek Hana seraya memperagakan cara Berlyan bicara.

“Ya,mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kan aku menemui Dimas saat itu,” keluh Berlyan, “jadi omong-omong, apa yang harus kita lakukan?”

“Sepertinya dia tetap bersikeras untuk menikahimu.”

“Kamu benar, tapi ada apa dengannya, kenapa dia ingin sekali menikah denganku?” Hana kehabisan kesabaran.

“Sudah kubilang kan dia mungkin mengincar hartamu, agar keluarganya bisa menjadi semakin kaya raya,” seloroh Berlyan sambil menyendok mie ayam yang sedang mereka makan di Kedai dekat rumahnya.

“Walaupun adadua perusahaan yang menjadi satu, tetap mustahil menjadi perusahaan nomor satu.” Hana berpikir keras karena bingung, lalu dia melirik Berlyan yang tengah menyantap makananya.

“Atau bisa jadi dia benar-benar jatuh cinta padamu!” celetuk Hana secara tiba-tiba. Membuat Berlyan tersedak mie ayam itu hingga wajahnya berubah merah.

“Hei itu tidak mungkin, apakah dia masih waras jika jatuh cinta pada wanita gila yang dia temui dikencan itu? Pasti dia tertarik pada Hana Gracia Queen dari perusahaan Queen Of Beauty,” elak Berlyan sambil menggelengkan kepalanya.

“Kamu salah besar, itu pasti mungkin,” sahut Hana.

“Ah pokoknya kamu harus menemuinya dan cepat beeskan masalah ini dengan benar,” desak Berlyan melotot.

“Ya ya ya, baiklah aku mengerti Nyonya!” jawab Hana lemas tak bersemangat.

“Aku lelah, ayo kita pulang!” ajak Berlyan yang sudah menyelesaikan makannya.

“tunggu dulu, jangan begitu. Ayo temani aku minum satu ronde saja? Hari ini begitu banyak masalah yang terjadi, aku takut tidak bisa tidur dengan nyenyak malam ini,” ungkap Hana tersenyum lebar.

“Apa?” Berlyan mengerutkan keningnya.

“Kalau ayahku pulang dan sudah tahu kalau aku mengacaukan kencan buta ini, aku pasti mati. Jadi ayo temani aku minum sekali ini, anggap saja ini makanan dan minuman terakhirku sebelum aku mati,” bujuk Hana yang berotak licik. Sambil bergaya-gaya imut didepan berlyan.

“Ahhh, sangat menjijikan! Baiklah, ayo kita minum tapi hanya satu ronde saja ya,” ucap Berlyan tertawa geli melihat tingkah Hana.

“Bibi, tolong satu botol birnya ya!” seru Hana kepada pemilik kedai dijalanan sempit yang menjadi langganan mereka berdua.

Hana pun beranjak dari tempat duduknya dan berpindah ke meja yang berada didekat jendela kedai. Berlyan mengerutkan keningnya bingung melihat kelakuan Hana.

“Berlyan, temanku kemarilah!” panggilnya seraya menarik kursi untuk diduduki oleh Berlyan.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Berlyan seraya duduk dikursi tersebut sambil menatap wajah Hana.

“Hei, apakah kamu ingat tentang pria yang aku ceritakan kemarin?” Hana pun membuka tirai jendela itu lalu menunjuk kearah depan sana. Sebuah toko serba ada. “Disanalah kami bertemu!”

“Apa?” Berlyan mengikuti arah jari Hana menunjuk.

“Kamu tahu, dia benar-benar pria tipeku banget! Sepertinya dia bekerja disekitar sini. Ayo kita tunggu dia sebentar, oke?” ucap Hana tersenyum manis dan pipinya merona.

“Astaga, jadi, sejak awal kamu sengaja ya mengajakku kemari untuk melihat pria itu?”cibir Berlyan.

“Hehehe, kamu benar. Baru kali ini aku merasakan firasat yang sangat tepat dalam hidupku. Jadi, ayo kita tunggu dia selama satu jam lagi. Bagaimana?”

“Baiklah, aku mengerti.”

“Hore!”

Satu jam yang terbuang sia-sia. Pria yang ditunggu-tunggu itu tidak ada lewat sama sekali. Tapi malah yang ada, karena keasikan mengobrol sambil minum bir, mereka berdua jadi hilang kendali, dan terus menambah botol bir dari yang cuma satu jadi lima botol yang dihabiskan. Berlyan dan Hana jadi tidak sadar sudah pulang kerumah Berlyan saat itu, entah kegilaan apa yang sudah mereka lakukan hingga Bu Susi kehilangan kesabarannya.

.

.

BERSAMBUNG.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!