Di dalam ruangan pertemuan ANTARA GROUP FOOD.
“Acara pelantikan akan segera dimulai, mohon agar segera masuk dan mengisi tempat duduk yang kosong,” kata pembawa acara melalui mic yang menggema disatu ruangan.
“Ayo kita duduk!” ajak Bu Dewi yang memimpin arah dimana tempat duduk mereka berada.
“Baik,” jawab Berlyan.
Nampak sudah banyak tempat duduk yang terisi. Mereka berempat pun mendapat kursi yang berada di paling atas. Pertama Pak Galang dan disusul Rina yang duduk disebelahnya, lalu Bu Dewi dikursi ketiga. Akan tetapi saat Berlyan hendak duduk dikursi keempat, Bu Dewi tersenyum dan mendorong Berlyan untuk duduk dikursi kelima, agar aromanya tidak terlalu dekat dengan Bu Dewi dan yang lainnya. Berlyan tertawa pelan melihat tingkah lucu seniornya itu dia pun mengalah dan duduk dikursi kelima.
“Halo, ini pegawai baru tim kita, namanya Rina...,” ucap Pak Galang kepada salah satu kolega, memperkenalkan Rina kepada mereka.
Para kolega menyapa dengan ramah tim mereka.
“Omong-omong, tidak salah rumor yang beredar,” pungkas Pak Galang.
“Rumor?” Rina merasa bingung dia menoleh kearah Bu Dewi, tapi wanita itu hanya mengedikkan bahunya.
“Rumor bahwa Presdir Argantara adalah penggila kerja....” Pak Galang melanjutkan perkataannya.
“Benarkah?” lagi-lagi Rina penasaran.
“Iya benar, kamu sebagai anak baru harus banyak belajar dariku, karena tidak ada yang tidak kutahu tentang perusahaan ini,” ucapnya sombong.
Bu Dewi dan Berlyan hanya bisa tersenyum menanggapi sifat Pak Galang yang ramah dan humoris.
“Presdir Argantara memang sangat gila kerja, dia langsung bekerja di hari pertama dia kembali ke Indonesia,” cibir Pak Galang sembari menatap kearah podium di depan sana.
“Aku dengar dia tampan sekali,” celetuk Rina tersenyum membayangkan wajah Presdir baru mereka.
“Entahlah, aku juga tidak pernah melihatnya. Karena dia tidak ada disaat aku baru bergabung diperusahaan ini,” sahut Berlyan antusias.
“Tapi, dari melihat wajah pimpinan ... memangnya akan setampan apa cucunya?” ledek Berlyan pelan seraya tertawa pelan menatap Pimpinan perusahaan yang tak lain adalah Yaris Mahesa, kakeknya Arga.
Di deretan kursi depan sudah duduk rapi para pemegang saham terbesar yang duduk disebelah Kakek Yaris. Mereka berlomba-lomba untuk memuji dan mengambil hati Kakek Yaris yang sebagai Pimpinan di ANTARA GROUP FOOD.
“Saya dengan Argantara sudah banyak mengembangkan perusahaan yang berada di Jepang,” puji salah satu kolega.
“Terima kasih banyak atas pujiannya, jalannya masih panjang,” jawab Kakek Yaris tersenyum.
Rina dan Pak Galang mencuri pandang kearah Kakek Yaris saat dia berbicara dengan para kolega besar.
“Pasti gosipnya salah,” celetuk Rina dengan wajah kecewa.
“Tidak, rumornya benar! Dia memang tampan sekali, bahkan seperti seorang selebritas,” ucap Bu Dewi serius.
“Hei, ayolah! Apel jatuh tidak jauh dari pohonnya,” sahut Berlyan yang masih tidak percaya gosip yang beredar.
“Mohon perhatiannya, Presdir Argantara akan memberikan kata sambutan....” suara pembawa acara menggema seketika suasana didalam ruangan menjadi senyap dan pandangan mata semua orang tertuju ke podium.
Secara bersamaan mereka bertepuk tangan dengan meriah menyambut Presdir Argantara yang suara langkah sepatunya terdengar memasuki ruangan pertemuan. Seorang pria pun berdiri di depan podium sambil memegang tablet pintar di tangan kanannya.
Berlyan tercengang dan Rina berdecak kagum melihatnya.
“Wah, Presdir kita sangat tampan,” puji Rina.
Bu Dewi memperbaiki kaca matanya dan melihat dengan seksama.
“Orang itu...,” kata-katanya mengambang.
Ternyata yang tengah berdiri didepan podium itu bukanlah Presdir Argantara yang ditunggu. Melainkan Rey sekretaris pribadinya.
“Kenapa dia yang di...,” Kakek Yaris kebingungan melihat Rey.
“Saya Rey, Sekretaris pribadi sekaligus Kepala Sekretaris Pak Argantara, hadir untuk mewakili beliau,” lanjut Rey memperkenalkan dirinya kepada semua pegawai yang hadir.
“Apa yang terjadi?”
“Kepala Sekretarisnya?”
“Kemana dia, kenapa tidak hadir?”
“Apakah terjadi sesuatu?”
Semua orang yang ada disana, bertanya-tanya kenapa Rey yang menghadiri pelantikan ini.
“Saya disini akan menyampaikan kata sambutannya,” ucap Rey seraya menatap deretan kursi dari kiri hingga kekanan.
“Huh, apa-apaan ini? Anak itu bikin onar lagi!” gerutu Kakek Yaris menatap kesal Rey yang berdiri di depan podium.
“Terima kasih kepada semua orang yang sudah mengatur upacara pelantikan hari ini, meskipun sudah jelas kukatakan kalau aku tidak menginginkannya...,”
“...karena itu, aku berharap kita akan bertemu hanya untuk hal bisnis, dan bukan untuk acara tak berguna seperti ini, aku akan menyapa kalian sebentar lagi, terima kasih, Presdir Argantara.”
“Cuma itu saja?” celetuk Pak Galang.
Berlyan tergelak tapi ditahannya agar tidak tertawa keras.
“Wah, luar biasa!” katanya.
Sedangkan didepan sana Kakek Yaris sudah seperti kebakaran jenggot saja. Wajahnya memerah dan matanya melotot tajam kearah Rey.
“Astaga, dasar kalian semua berandal tidak tahu diri!” marah Kakek Yaris sembari menunjuk Rey yang masih berdiri di depan podium menggunakan tongkatnya.
Kakek Yaris sudah kehilangan kesabarannya, sampai dia tidak tahan untuk berdiri dan menghampiri Rey. Tapi ditahan oleh para kolega, akhirnya dia pun berlalu pergi meninggalkan ruang pertemuan.
“Dia marah!” kata Bu Dewi.
“Oh astaga, lihat itu sepertinya Presdir kita orang yang luar biasa,” cibir Pak Galang.
“Kira-kira kemana Presdir Argantara berada?” gumam Bu Dewi.
“Sepertinya Presdir baru itu punya karakter yang menarik,” sahut Berlyan sembari tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
.
Malam harinya di tengah lapangan golf. Nampak beberapa orang pria paruh baya dan ada wanita juga yang merupakan salah satu kolega atau pemilik saham di ANTARA GROUP FOOD, tengah bermain golf bersama.
“Nice, Nice!” salah satu pria bersorak, ketika pria berjaket putih dan memakai topi memukul bola.
“Ayolah, kenapa tidak lurus lemparanku kali ini!” keluh pria berjaket putih itu.
“Tenanglah sayang, kamu hanya sedikit stres karena memikirkan cucu ketua pimpinan si Argantara,” sahut seorang wanita mencoba menghiburnya.
“Ya benar, semuanya bahkan berpikir kamu akan menjadi Presdir baru.” Pria berwajah lonjong disebelahnya malah semakin menabur rasa kesal pria berjaket putih itu.
“Namun bocah itu malah merampasnya,” lanjutnya mengompori.
“Tentu saja, kami hanya percaya padamu Pak Sammy,” ungkap pria lainnya yang memakai kaca mata bulat.
“Kamu pasti sangat lelah, jadi coba lihat ini!” Pria tersebut lalu memberikan sebuah kotak bola golf kepada pria berjaket putih yang dia panggil Pak Sammy.
“Hei apa lagi ini?” Pak Sammy tersenyum lebar sambil membuka kotak tersebut.
“Aku seperti mengerti dengan tatapan mencurigakanmu itu,” lanjutnya dengan sedikit tersipu-sipu sebelum melihat isi didalam kotak tersebut. seperti sudah menebak apa isi di dalamnya.
“Kejutan!” kata pria berkaca mata bulat itu.
Mata mereka berbinar saat melihat isi yang sebenarnya didalam kotak bola golf itu. Ternyata didalamnya berisikan setumpuk uang dengan pecahan dolar.
“Aku juga sudah memasuk kan sisanya ke bagasi mobilmu untukmu Pak Sam,” ucap Pria berwajah lonjong.
“Ya, apa-apaan ini,” gumam Pak Sammy yang masih berbinar.
Lalu, “INDAHNYA, HAHAHAH!!!!” seru mereka bersamaan dengan begitu gembira.
Namun tiba-tiba saja, dari arah belakang ada Arga yang sedang berjalan menghampiri mereka sambil memainkan tongkat golfnya, kemudian melambungkan bola golf dengan sangat tinggi. Hingga masuk dengan tepat kedalam lubang.
“Wah, lihat itu!” kata pria berwajah lonjong.
Mereka semua tercengang melihatnya.
“Hebat, hore! Masuk! Luar biasa sekali,” sorak Pak Sammy dengan girang tanpa mengetahui siapa yang mencetak goal tersebut.
“Tapi siapa itu? Kenapa tidak sopan sekali, aku sudah menyewa tempat ini berani-beraninya dia menggangguku dan mencetak goal mengalahkanku,” gerutu Pak Sammy sembari berbalik badan.
Matanya menyipit saat memperhatikan seorang Arga tengah berjalan dengan gagahnya sambil membawa tongkat golf yang dia sandarkan pada bahunya. Tatapannya yang tajam, seketika berhasil membuat orang-orang itu jadi tercengang.
Pak Sammy langsung menyembunyikan kotak bola golf yang berisi uang itu kebelakang badanya, kemudian diambil dan disembunyikan oleh pria berkaca mata bulat didalam bajunya.
“lama tidak berjumpa, Pak Sammy,” sapa Arga dengan suara baritonnya sambil tersenyum tipis.
“Ya, coba lihat siapa ini? Arga! Maaf, maksudku Presdir Argantara!” tutur Pak Sammy dengan tatapan sinisnya, “Kenapa kamu disini? Bagaimana dengan acara pelantikannya?”
“Ku dengar kamu sudah bekerja sangat keras,” ucap Arga.
Pak Sammy dan teman-temannya terkekeh bersama seperti menganggap enteng Arga.
“Kamu menerima sogokan dari teman, kenalan, bahkan selingkuhanmu untuk menjual kontrak agar menjadi rekan ANTARA GROUP FOOD,” cetus Arga dengan menatap satu persatu teman-teman Pak Sammy itu.
“Tunggu sebentar, sepertinya kamu sudah mendengar rumor tidak benar, Presdir Argantara,” kilahnya.
“Kamu bahkan menyewa artis tingkat D untuk mengiklankan perusahaan, hanya karena dia adalah keponakanmu.” Arga semakin melengkungkan bibirnya menyeringai dengan sangat jahat.
“Aku melihatnya di bandara pagi tadi,” lanjutnya.
“Ah itu bukan seperti yang...,” kata-kata Pak Sammy terputus, karena tidak bisa mengelak dari tatapan tajam Arga.
“Tampaknya kamu sedang mengeksploitasi perusahaan kami.” Arga berjalan mendekatinya dan tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari mata Pak Sammy.
Pria itu sedikit gemetar ketakutan.
“Karena ketua pimpinan menutup mata atas perbuatanmu!”
“Heh, Presdir Argantara. Dengar, bukan begitu maksudku.” Pak Sammy menelan salivanya dan berusaha mengelak.
“Aku sudah salah karena terlalu mengabaikan perusahaan karena berada di luar negeri selama ini. Kedepannya aku akan lebih perhatian lagi, mulai dari sekarang!” tegas Arga.
Pak Sammy terdiam dan tidak bisa berkata-kata lagi. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tidak jadi naik jabatan jadi Presdir, malah sekarang tentang korupsinya malah sudah ketahuan oleh Arga.
“Sampai jumpa lagi besok, Pak Sammy!” ucap Arga yang kembali tersenyum tipis dan membungkuk sopan dihadapan Pak Sammy, sebelum dia pergi.
“Huh, Presdir Argantara! Tunggu, Presdir! Presdir!” Pak Sammy berusaha memanggil Arga dan mengikuti langkahnya.
Akan tetapi kakinya yang sudah melemas terkilir. Dia pun terjatuh ditengah lapangan golf itu.
“AGHHH! Sakit!” ringisnya kesakitan.
“Oh Pak Sam, apa anda baik-baik saja?”
“Apa-apaan ini?”
“Sialan!”
“Apa yang terjadi?
“Ah, basah!”
Sebuah menyemprot air otomatis yang dipakai untuk menyiram rumput-rumput dilapangan itu, tiba-tiba saja menyala. Membuat mereka semua menjadi panik karena kebasahan. Arga tersenyum sambil melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Hatinya terasa sangat puas karena sudah membuat Pak Sammy tersiksa.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments