Bab 4

Sofia baru saja tiba setelah seharian menemani Hanim jalan-jalan. Gadis itu segera berlari menuju kamarnya, dia mulai tidak nyaman dengan bau keringat yang melekat ditubuh.

Set

Brak

Tangan indah dengan urat-urat jantan yang seksi, tiba-tiba menarik tubuh Sofia dengan cara yang kasar, lalu mendorongnya hingga terpojok tepat ketika pintu kamarnya tertutup.

“Om Erlan…”

“Kenapa kau menyetujuinya?” Ucap Erlan langsung pada intinya

Mereka saling bertatapan dalam waktu yang cukup lama. Erlan mendorong tubuh Sofia ke pintu yang tertutup dengan paksa, memerangkap diantara kedua tangannya yang kekar

“Kau bisa saja menolak permintaan papa mu.”

“Om…”

“Apa memang sejak dari awal kau menyukai pria itu hingga dengan mudah ku setuju.”

Sofia menelan slivanya, berada hanya sejengkal dari wajah Erlan adalah hal yang membuatnya bisa gila. Sedari dulu Sofia diam-diam menggumi pria yang sialnya adalah omnya sendiri sampai pada titik tertentu persaannya benar-benar berubah menjadi susuatu yang terlarang.

“Om, aku tidak mengerti… Kenapa tiba-tiba bersikap seperti ini?” Sofia berusaha menghindar, ia mengalihkan tatapannya pada lain sisi.

“Apa kau tidak memikirkannya, pertemuan itu bukan pertemuan biasa Sofia. Kau akan dijodohkan.”

Sofia menarik napas sekali lagi lalu mendorong tubuh Erlan dengan sekuat tenaga. “Lalu masalahnya apa? Kenapa kalau aku dijodohkan dengannya? Aku tidak masalah.” Balas gadis enteng.

“Jadi kau benar-benar menyukainya.”

Sofia menoleh frustasi, seakan lelah mendengar untuk kesekian kali kata ‘menyukai’ dari bibir omnya. “Aku bahkan belum bertemu dengan pria itu om, bagaimana kau berkata aku menyukainya?” Ucap Sofia penuh penekanan.

Sofia hendak keluar dari kamar milik omnya. Namun, Erlan menarik tangannya hingga tubuh mungil Sofia dengan mudah berbalik padanya dengan mudah. Mereka saling berhadapan dengan posisi saling menempel untuk pertama kalinya. Erlan meletakkan tangannya pada pinggul kecil Sofia, melingkarkan tangannya agar Sofia tidak lagi beranjak.

“Jangan menemuinya!” Erlan berbisik dengan suara berat sedikit serak. Membuat tubuh Sofia meremang. “Aku mohon Jangan pergi menemuinya.”

“Om?”

“Aku mohon.”

“Tapi, aku sudah janji pada…”

“Kau bisa menolaknya.”

Cukup lama mereka berdua dengan posisi seperti ini. Erlan masih memeluknya . Sofia dengan cepat mengembalikan kesadaran, menarik tubuhnya namun Erlan tidak melepasnya begitu saja, ia semakin mengeratkan pelukannya

“Om lepasin! Gimana kalau ada yang masuk.”

“Mereka akan melihat kita.” Goda Erlan, dia tersenyum ketika melihat wajah panik Sofia yang masih berusaha melepas pelukan itu.

“Om gila, lepasin nggak!”

“Kamu yang mulai Sofia.”

Keningnya mengerut. “Lepasin om Erlan!”

“Nggak mau, sebelum kamu nolak pertemuan itu.”

“Ahhh… Aku akan teriak kalau om masih seperti ini.”

Erlan memajukan kepalanya mendekati wajah Sofia. “Ide yang bagus, aku harapa mama sama papa kamu kesini terus melihat kita.”

“Aishhh…” Sofia mengerang frustasi. “Om benar-benar gila.”

“Iya aku gila Sofia, gila karena kamu.” Erlan menjatuhkan pandangannya pada bibir mungil berisi semerah ceri milik Sofia, perlahan ia memiringkan kepala hendak meraup ranum gadis itu namun, sebelum bibir keduanya bertemu tiba-tiba suara dari luar menghentakkan keduanya.

“Sofia.”

Gadis itu sontak menoleh kearah pintu saat mendengar suara Hanin tengah berteriak dari luar. Sedangkan Erlan masih tetap tenang memeluk keponakan kecilnya itu.

“Om…” Bisiknya

“Sofia, kamu dimana sayang?” Suara itu semakin mendekat.

“Om, please.” Ucapnya dengan wajah memohon

“Katakan kau akan membatalkan pertemuan itu!”

“Bagaimana? Aku sudah janji sama papa.”

Erlan terdiam menatap lamat-lamat wajah gadis dalam pelukann memohon. Seketika tiba-tiba hening, sampai pada akhirnya pria itu berteriak dan berkata…

“Hanin, putrimu ada disini.” Mata Sofia hampir saja melompat, dengan sekuat tenaga gadis itu mendorngnya hingga pelukan Erlan terlepas.

“Aku bisa gila…” Gumamnya.

Ceklek.

Kamar itu terbuka membuat keduanya menoleh kearah Hanin yang baru saja masuk dari balik pintu.

“Sofia, apa yang kau lakukan disini sayang?”

“…” Sofia kehabisan kata-kata, gadis itu meremas jemarinya. Tidak mungkin kan dia berkata jujur.

“Sofia…”

“Aku yang memanggilnya.” Hanin kemudian menatap Erlan. “Aku ingin mengembalikan kunci mobilnya.”

Erlan melangkah pelan mendekati Sofia, tersenyum tipis saat menyerahkan kunci mobil miliknya. Tanpa mengatakan apapun gadis itu mengambil kunci tersebut lalu keluar lebih dulu.

“Kenapa kau suka sekali menggoda keponkanmu Erlan?”

Erlan mengangkat kedua pundaknya, sedikit tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!