“Arez Ganendra.” Ucapnya sangat pelan.
Mendengar nama itu, Zico sedikit terkejut.
“Tuan Muda, sekali lagi saya meminta maaf, saya akan mengganti perbaikannya, atau jika tuan mau saya akan memberikan anda sebuah mobil yang baru. Tapi mohon jangan meminta menghubungi ayah saya.
“Kau terlihat seperti seorang bocah kecil, apa kau masih duduk dibangku sekolah?” Tanya Zico setelah meneguk secangkir kopi miliknya.
“Tidak tuan, saat ini saya sudah kuliah. Ini tahun pertama saya.”
“Kau masih kuliah dan berniat mengganti mobilku? Bahkan hanya untuk memperbaikanya jika anak seusiamu mungkin agak sedikit berat. Apa kau tau berapa harga mobilku?”
Sofia mengangkat wajahnya melirik Zico. Ia mikirkan harga mobil dan uang tabungan miliknya. Mobil yang baru ia tabrak adalah mobil sport yang lumayan menguras isi tabungannya. Bukan hanya itu, Jika Sofia menarik sebagian dari tabungan miliknya, Arez-ayahnya akan tahu masalah ini. Itu akan jauh lebih buruk dari kehilangan tabungan. Terlebih jika Sofia langsung menyetujuinya bukankah itu terlihat seperti kesombongan.
Gadis itu sedikit berfikir hingga terlintas sebuah nama yang sangat cocok untuk membantunya. Meski memiliki keberhasilan 2% . “Saya mungkin tidak mampu menggantinya tapi om saya pasti mampu membelinya.” Dia menyodorokan omnya, masa bodoh pria itu akan memarahinya setidaknya untuk hari ini dia bisa selamat.
“Om?” Tanya Zico penasaran. Jika tebakannya tidak salah dia akan bertemu dengan pria itu. “Kalau begitu panggil dia kemari!”
Sofia mengangkat wajahnya menatap Zico lebih kaget dari sebelumnya. Dia tidak pernah menyangka tuan muda ini akan meminta untuk memanggil omnya. Hubungan mereka tidak baik, tidak mungkin dia akan datang. Apa sebaiknya menyerahkan masalah ini pada papa? Pikir gadia itu namun cepat-cepat ia menepisnya. ‘Tidak, pemikiran macam apa itu?’
“Mohon maaf tuan, bukannya saya menolak tapi om saya pria yang sibuk. Dia pasti sedang berada di salah satu negara di belahan dunia ini.” Sofia berbohong, bahkan dia tidak tahu dimana omnya saat ini berada. Detik selanjutnya Sofia mengeluarkan sebuah kartu. “Ini kartu nama saya dan ini kartu debet. Anda boleh mengambilnya sebagai jaminan sampai masalah mobil anda selesai.”
“Simpan saja, aku tidak butuh itu. Aku hanya ingin pria yang kau sebut om itu kesini!”
Sofia menatap Zico frustasi. Menghubungi omnya? Itu akan menjadi sesuatu hal yang akan sangat mustahil. Tapi, tuan muda itu sangat keras kepala untuk diajak negosiasi. Lagian untuk apa Sofia membawa-bawa pria menyebalkan itu? Detik selanjutnya gadis itu mengambil HP miliknya dari dalam tas, menghbungi omnya. Dia tidak memeliki ekspektasi lebih, omnya tidak mungkin mengangkat panggilan ini akan tetapi…
“Halo.”
“Ahk… Dia mengangkatnya.” Teriak gadis itu terkejut menatap Zico.
“Dia mengangkatnya.” Gumam Sofia. “Halo om…”
“Sudah ku katakan, Aku bukan om mu! Ada apa?.” Suara itu terdengar pelan namun penuh penekanan. Dengan berbisik Sofia menceritakan secara singkat apa yang baru saja dia alami namun belum sempat menyelesaikan ceritanya panggilan itu terputus.
“Jadi apa dia akan datang..”
“Entah…” Jawab gadis itu sedikit frustasi. “Apa tidak sebaiknya kita selesaikan saja masalah ini?” Kata gadis itu hampir menangis. “Ambil saja uang itu tuan, aku akan melunasi sisanya besok pagi.” Jatuh sudah air mata gadis itu, membuat Zico merasa bersalah.
“Nona jangan menangis, orang sedang melihat kita.”
Sofia menyeka air matanya. “Anda tidak usah khawatir, saya gadis jujur dan bertanggung jawab. Masalah mobil anda saya akan benar-benar bertanggung jawab.”
“Iya, aku percaya. Bisakah kita tidak usah membahas masalah mobil?”
Sofia terdiam menatap Zico. “Gadis pintar.” Pria itu kembali memperbaiki posisi duduknya. “Melihat reaksimu pertama kali melihatku, tentu kau bukan penggemarku. Apa kau mengenalku dari sisi lain?”
“Saya salah satu penggemar anda tuan, saya juga sering melihat drama anda di tv.” Jawab gadis itu. Zico hanya mengangguk seolah percaya, sebenarnya selama ini pria itu hanya bermain film itupun tidak disiarkan di TV nasional.
“Jadi, drama ku yang mana sudah kau nonton?”
“Apa?”
“Bukannya kau bilang sering melihat drama ku, tentu kau ingat salah satu judulnya kan?”
“…” Sofia terdiam
“Apa drama yang kau maksud ‘Tukang bubur naik pesawat?’”
“He? Apa itu drama?”
Zico terlihat menahan senyumannya melihat wajah kebingungan Sofia.
Sepuluh menit kemudian. Erlan paman dari gadis itu datang dengan wajah cemas. Dia akan mencincang keponakannya karena berani menyetir sendiri dan berakhir menabrak mobil seseorang.
Sofia langsung berdiri saat melihat omnya berjalan dari pintu masuk. Dia sangat terkejut bahkan hampir menjatuhkan ponsel dalam genggamannya. Dia melambaikan tangan. Erlan segera menghempirinya dengan perasaan sangat cemas
“Kau gadis nakal…” Erlan berdiri dihadapan keponakannya dengan wajah panik. “Beraninya bawa mobil sendiri, aku sudah mengatakan kau bisa melakukan apa saja tapi jangan melukai dirimu.”
“Au…”Sofia menyentuh tangan omnya agar segera berhenti mengomelinya seperti anak kecil. “Om Erlan, aku terluka tapi kau malah mengomel.” Sofia memprotes sedih.
“Kepalamu?” Erlan melihat perban di kening gadis itu.
“Aku tidak apa-apa, sudah diobati.” Bisik gadis itu pelan.
“Jadi, mana orang yang mobilnya kau tabrak?”
Sofia menunjuk seseorang yang tengh duduk dirpannya dengan anggukan kecil. Erlan segera menoleh mengikuti petunjuk Sofia dan dia lumayan terkejud saat mengetahui siapa pria itu adalah Zico Luxier.
“Apa dia orangnya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments