Bab 2

“Apa dia orangnya?”

Sofia mengangguk pelan masih menggenggam jari kelingking Erlan. Hal itu tidak berubah sama sekali sejak mereka bertemu

“Om…”

“Aku bukan om mu. Urus sendiri masalah yang kau buat.” Seperti biasa pria bujang itu masih bersikap arogan dingin padanya.

“Om… sekali ini saja, tolong selamat kan aku.” Bisik gadis itu. “Tau kan kalau papa tau, aku akan kembali jadi princes rapunzel. Aku tidak mau”

“Ganti saja mobilnya, papa mu bukan orang miskin jadi, tidak akan kekurangan uang jika hanya mengganti satu mobil.”

Tak!!!

Gadis itu bahkan sampai memukul pundak Erlan. “Itu sama saja dengan bunuh diri, aku tidak mungkin menjual om kalau memiliki sedikit keberanian menggunakan kekayaan papa.”

“Kalau begitu pakai uang tabunganmu, aku yakin itu akan cukup.”

“Om, kau benar-benar pria menyebalkan tapi sialnya kau satu-satunya yang bisa menolongnku. Apa kau ingin membuat keponakanmu jatuh miskin? Uangmu sangat banyak, kenapa tega menyuruhku memakai tabungan yang tidak seberapa itu?

Erlan dibuat kehabisan kata-kata. Ditambah wajah imut menyedihkan itu membuat pria itu tidak bisa berbuat apa-apa.

“Setelah ini aku janji akan memasakkan mu setiap hari, membuatkan mu kopi, menyetrika bajumu… semuanya ku lakukan.” Sofia merengek. “Sekali ini aja aku mohon bantu aku om! Aku akan jadi gadis yang penurut. Hemm!”

Zico dibuat tersenyum dengan tingkah Sofia, yang tadinya dia sangat sopan saat berbicara dengannya tapi begitu berbeda saat bertemu dengan Erlan, gadis kecil itu menjadi manja dan banyak bicara.

Erlan kemudian melangkah untuk duduk disebarang Zico. Sofia memperhatikan mereka berdua, sorot mata keduanya begitu menakutkan seperti seorang musuh yang tak sengaja saling berpapasan.

“Keluar! Tunggu aku dimobil.” Titah Erlan yang diangguki Sofia dan sedikit membungkuk pada Zico.

“Sekali lagi saya mohon maaf.” Dia segera keluar, setidaknya satu masalah bisa terselesaikan

***

“Kau bisa menulis berapapun nominal yang kau mau.” Ucap Erlan.

Zico tersenyum kecil. “Apa aku begitu miskin hingga aku membutuhkan uangmu hanya untuk membeli sebuah mobil?”

“Kalau menolaknya itu artinya kau sudah tidak memiliki urusan mu dengan gadis kecil itu.” Kata Erlan bersiap untuk berdiri namun kata-kata Zico membutnya kembali duduk.

“Apa kau masih marah tentang kejadian itu?” Pria itu mengangkat pandangannya menatap Erlan. “Mungkin terlalu lambat untuk mengatakannya, tapi aku benar-benar minta maaf atas kesalapahaman diantara kita tempo hari.”

Erlan menghelai napasnya panjang. “Untuk apa membahas maslah bertahun-tahun. Lagi pula aku disini bukan untuk mendengar permintaan maaf mu.” Ucapnya arogan.

“Siapa gadis kecil tadi yang membuatmu patuh? Aku dengar dia memanggilmu om.”

Langkah Erlan terhenti saat hendak melangkah pergi, menoleh pada Zico yang masih duduk dengan santainya.

“Jangan mengganggunya!”

“Aku menyukainya.”

Erlan tertawa kecil. “Kau menyukai gadis yang baru kau temui beberapa menit yang lalu, lucu.”

“Apa kau tidak pernah dengar istilah cinta pada pandangan pertama? Aku rasa, aku merasakannya saat ini.”

“Kau pikir aku membiarkannya.” Ucap Erlan sinis

“Kenapa?”

“Tidak ada alasan.”

“Apa karena kau juga menyukainya?.”

Erlan mengadah sedikit frustasi. “Tutup mulutmu atau aku akan menghajarmu.”

Zico kemudian berdiri dihadapan Erlan. “Meski kau mengancamku seperti itu aku kan tetap mengejarnya.” Ucap Zico lebih dulu keluar dari kafe itu.

......................

Separuh perjalanan, dan mereka masih terbungkus dalam diam. Suara khas Bruno Mars terdengar pelan dari tape mobil pria itu. Tapi, hanya sebatas itu, tidak ada yang memulai pembicaraan sampai pada akhirnya helaaan nafas Erlan terdengar.

“Apa kau mengenal pria tadi?” Tanya Erlan, matanya masih fokus pada jalan didepannya.

Sofia menoleh menatap omnya yang bahkan masih tampan dengan rambut yang sudah acak-acakan. Semalaman Erlan tidak pulang kerumah karena sang ayah sedang berada diluar negri.

“Aku hanya mengetahui namanya, ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung.”

“Itu artinya kau mengenalnya.”

“Siapa yang tidak mengenal Zico om? Wajahnya terus tampil di TV, sosial media, bennernya terpampang sepanjang jalan. Apa itu belum cukup untuk mengenal seorang Zico?” Jelas Sofia sedikit heran melihat reaksi omnya yang sedikit berlebihan. “Hemmm… Apa kalian saling mengenal? Tadi aku lihat kalian berbicara sangat serius.” Lanjut Sofia sedikit penasaran.

“Tidak.” Erlan kemudian menoleh melihat kening gadis itu, lalu membelokkan mobilnya menuju rumah sakit sehingga Sofia menyadari jika jalan yang mereka ambil bukan menuju kekediam Ganendra.

“Om, ngapain ke rumah sakit?”

“Menurutmu?”

“Aaaa… serius aku tidak apa-apa. Tadi Zico…”

Erlan menoleh, mendekati Sofia lalu membuka sabuk pengaman yang gadis itu pakai. “Aku belum memastikan apa kepalamu baik-baik saja..”

“Tapi om…”

“Turun! Atau aku akan menggendongmu.” Ucapnya penuh penekanan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!