Alexa menatap tajam motor sport berwarna hitam di depannya, dengan detail ia mengamati setiap lekukan bodinya, desain grafis, dan plat nomor kendaraan tersebut. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Alexa yakin bahwa motor ini adalah motor yang menabrak mobilnya tadi pagi. "Kamu tau siapa pemiliknya, Al?" tanya Safa penasaran pada Alexa.
"Gak tau sih, tapi tadi pagi motor ini yang sudah menabrak mobil aku sampai lecet!" geram Alexa, wajahnya memerah karena merasa belum sempat memberikan pelajaran pada laki-laki yang menaiki motor itu tadi pagi. Ia masih terbayang bagaimana laki-laki tersebut melaju kencang dan menghilang begitu saja setelah menabrak mobilnya.
"Tenang aja, Al. Kita pasti bisa cari tahu siapa pemiliknya. Apalagi motor ini ada di sini, di tempat parkir kampus. Berarti dia pasti ada di dalam gedung ini," ujar Safa mencoba memberi semangat pada Alexa.
Alexa menghela napas panjang, merasa sedikit lega karena merasa tidak sendirian dalam mencari keadilan. Ia berharap bisa menemui pemilik motor itu dan menuntut pertanggungjawaban atas tindakannya yang tidak bertanggung jawab. Keduanya, Alexa dan Safa, berjalan masuk ke gedung kampus sambil merancang strategi untuk mencari tahu identitas pemilik motor sport itu.
"Kita bakalan stalking tuh motor sampai ketemu pemiliknya" Ucap Safa ikutan gemas.
Alexa dan Safa sedang asyik memantau motor sport yang terparkir di dekat lapangan basket. Mereka terpesona dengan bentuk dan desain motor tersebut. Tiba-tiba, seorang pemuda tampan yang dikenal sebagai Romi mendekati mereka dengan senyum lebar di wajahnya.
"Hai gadis, sedang apa kalian mengintai motor ini, mau maling ya?" tuduh Romi dengan nada bercanda.
Alexa dan Safa terkejut dan langsung menjawab, "Ngawur kamu, eh Romi, kamu tau gak siapa pemilik motor ini?" tanya Alexa penasaran.
Romi mengangguk dan menjawab dengan percaya diri, "Tau! Punya anak baru, pindahan dari Amerika." jawab Romi yakin.
Alexa dan Safa terperangah mendengar jawaban Romi. Mereka tidak menyangka bahwa pemilik motor sport tersebut adalah murid pindahan dari Amerika. Keduanya penasaran untuk mengetahui lebih lanjut tentang pemilik motor tersebut.
Romi melihat rasa penasaran di wajah Alexa dan Safa, lalu mengungkapkan lebih banyak informasi tentang pemilik motor. "Dia baru datang sekitar seminggu yang lalu dan langsung jadi pusat perhatian di sekolah. Namanya Keenan, cowok ganteng dan pintar. Tapi, katanya dia agak sombong dan susah untuk didekati."
"Oh ya.. coba besok kita berangkat lebih pagi.. " ucap Safa penasaran.
***
Keesokan harinya, Safa dan Alexa susah datang lebih pagi untuk mencintai sesosok orang yang membuat mereka penasaran.
Beberapa saat kemudian mereka melihat sosok Ken yang tengah memarkirkan motornya. Motor sport berwarna hitam itu terlihat begitu elegan, membuat mereka penasaran dengan siapa pemiliknya.
Tak lama, Ken keluar dari balik helm yang menutupi wajahnya. Rambut hitam lembutnya berantakan seakan baru saja disisir angin, matanya yang tajam membuat Alexa dan Safa semakin terpesona. Mereka saling berpandangan, merasa penasaran semakin menjadi-jadi.
"Kita harus mengenal lebih dekat dengan Ken," ujar Alexa kepada Safa yang mengangguk setuju. Mereka pun berencana untuk menemui Ken saat jam istirahat nanti.
Saat jam istirahat tiba, Alexa dan Safa menghampiri Ken yang sedang duduk sendirian di kantin sekolah. "Hai, Ken," sapa Safa dengan nada ramah. Namun, Ken hanya menoleh sejenak dan kembali menundukkan kepalanya, sibuk dengan ponselnya.
Mereka mencoba mengajak Ken berbicara, namun Ken hanya memberikan jawaban singkat dan tidak menunjukkan minat untuk berbicara lebih jauh. Tak ayal, hal itu membuat Alexa dan Safa merasa tidak nyaman.
"Sombong!" ucap Alexa dan Safa berbarengan, merasa kesal dengan sikap Ken yang dingin.
Ketika mereka hendak pergi, Romi - teman sekelas Ken - mendekati mereka. "Bukan sombong sih, tapi lebih ke datar-datar aja responnya," jawab Romi sambil tersenyum. "Mungkin dia memang begitu, atau ada hal lain yang sedang mengganggu pikirannya."
Alexa dan Safa hanya menghela napas panjang, mencoba untuk memahami sifat Ken yang baru mereka kenal. Meski demikian, rasa penasaran mereka masih belum hilang, dan mungkin suatu hari nanti mereka akan berhasil mendekati Ken dan mengenalnya lebih dekat lagi.
Alexa merasa semakin penasaran dan tidak tahan ingin segera menagih janji dari laki-laki yang dulu pernah menjanjikannya tanggung jawabnya.
Dengan langkah mantap, ia kembali mendekati Ken yang tampak asyik dengan ponselnya.
"Hei, aku ingin menagih janji kamu untuk bertanggung jawab atas perbuatanmu," ucap Alexa dengan nada tegas dan wajah yang terlihat kesal.
Sejenak, Alexa melihat ekspresi Ken yang tampak tidak terganggu. Ia hanya melirik sebentar pada Alexa, lalu kembali fokus memainkan ponselnya. Alexa merasa marah dan kecewa dengan sikap Ken yang seolah-olah tidak peduli dan menyepelekan perasaannya.
"Bukankah kamu dulu pernah berjanji padaku, ? Apakah kamu sudah melupakan ucapanmu?" ucap Alexa, yang semakin menemukan keberanian untuk menghadapi Ken. Kini, ia bertekad untuk mencari kebenaran dan keadilan atas apa yang pernah dijanjikan padanya. Meskipun hatinya berdebar, Alexa tahu bahwa ia harus melangkah maju dan menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan.
"Janji apa? Oh, kamu pasti gadis yang tadi siang di jalan itu, ya? Mobil kamu rusak parah ya? Mana, biar aku lihat!" sahut Keen dengan nada menjengkelkan yang langsung membuat Alexa merasa geram.
"Astaga, kenapa cowok ini bisa sombong banget sih?!" umpat Alexa dalam hati, kekesalan dan rasa benci semakin menjadi-jadi kepada cowok tersebut. Namun, diam-diam ia mulai merasa penasaran mengapa sikap cowok itu seolah tak peduli sama sekali dengan orang lain dan membuat keputusasaan terasa di hatinya.
"Apakah dia selalu seperti ini atau mungkin ada sesuatu yang sedang mengganggu pikirannya?" gumam Alexa, berusaha mencari alasan di balik kelakuan Keen yang arogan itu.
Dengan langkah pasti, Ken dan Alexa berjalan menuju area parkir mobil. Wajah Ken tampak datar tanpa ekspresi, namun dalam hatinya ia merasa penasaran sejauh mana kerusakan yang terjadi pada mobilnya. Begitu tiba di area parkiran, Ken bertanya kepada Alexa, "Mana mobilmu?"
Alexa pun menunjuk ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Itu di sana!" jawabnya sambil menunjuk dengan jarinya.
Mereka pun mendekati mobil Alexa yang ternyata cukup rusak di bagian depannya. Ken mengamati kerusakan dengan seksama, meraba dan menilai seberapa parah kerusakan yang terjadi. Wajahnya masih datar, namun matanya terlihat fokus dalam memeriksa setiap detail.
Sementara itu, Alexa merasa cemas dan gelisah, menunggu penilaian dari Ken mengenai kerusakan mobilnya. Ia menatap Ken dengan pandangan yang sedikit berharap dan khawatir.
Setelah beberapa menit, Ken akhirnya menghela napas dan menoleh ke arah Alexa. "Sepertinya kerusakan cukup parah," ujarnya dengan nada serius. "Kita perlu segera menggantikan beberapa bagian yang rusak agar mobilmu kembali normal."
Alexa mengangguk, merasa lega bahwa setidaknya Ken bersedia membantunya untuk memperbaiki mobilnya. "Terima kasih," ucapnya dengan tulus, bersyukur ternyata Ken bisa diandalkan di saat-saat seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments