Beraktivitas seperti biasa dan menghabiskan waktu hanya sekedar bermeditasi melihat indahnya pemandangan ciptaan Tuhan tepat di depan matanya.
Menghirup udara segar dan bersih di tempat ini akan menenangkan pikiran dan menghilangkan stres.
Duduk sendiri dan menikmati secangkir teh aroma chamomile yang menenangkan. Dan beberapa roti dan kue rasa manis dan asam yang dibelinya dari Moisè bakery.
Pada sepanjang hari dia hanya ingin bersantai dan melakukan apa pun yang dia inginkan. Mulai dari meditasi, berenang, hingga olahraga dilakukanya.
Geo sedang berlatih di gym resort sore hari ini sebelum dia menerima pesan yang mengganggu liburannya. Pekerjaan kali ini sangat penting baginya, maka dari itu ia segera menyuruh asisten pribadinya Aro untuk segera mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan. Dan bergegas menemui rekan bisnisnya itu.
Pukul 04.00 subuh Geo dan Aro baru saja tiba di resort.
Karena hari yang begitu melelahkan mereka segera membersihkan diri dan tidur.
*****
Pagi hari di resort Lake Placid.
"Tuan, saya mendapat telepon dari nyonya Monik. Ibu bilang ada sedikit masalah di perusahaan dan Anda harus kembali ke kota besok,'' Aro menjelaskan sambil mengenakan jas pada Geo.
"Tidak. Aku belum bisa kembali," kata Geo.
"Tetapi pekerjaan anda di sini sudah selesai."
"Hubungi bi Amy sekarang!" Perintah Geo.
Beberapa kali tersambung tetapi tidak diangkat membuat Geo lebih emosi.
[Halo, kenapa Aro?] Kata bi Amy saat terhubung.
[Ma, Pak Geo ingin bicara dengan Nyonya Monik sekarang.] Jelas Aro to the Point.
[Tunggu sebentar ... Halo kenapa Aro?] Terdengar suara Monik dari balik telepon.
[Mom, ini Geo. Kenapa teleponnya tidak diangkat? Aku tidak bisa kembali ke kota besok. Pekerjaan disini harus aku yang tangani sendiri.]
[Mom akan beritahu daddy nanti, jadi kamu tidak perlu khawatir. Tapi biasanya, kamu tipe orang yang ingin pulang lebih awal saat kamu dipindah tugaskan.]
[Sebenarnya aku sudah tahu rencana mommy, daddy yang memberitahuku semuanya. Tolong mom, aku sudah cukup dewasa untuk mengurus hal itu. Geo lelah, jadi tolong berhenti sebelum aku benar-benar marah.]
Geo tahu seperti apa yang akan Monik lakukan. Hingga Geo bosan dengan perjodohan yang selalu direncanakan mommynya itu.
[Oke... oke.. tapi mommy ingin kamu mengenalkannya pada mommy secepat mungkin. Dan ya, Alexa akan pulang dua hari lagi. Bye.] Pungkas Monik segera mematikan sambungan telepon.
Hari ini, Geo pergi menemui seorang investor di cafe terdekat. Jadi Aro tidak ikut bersamanya dan hanya menikmati liburannya yang hanya berlangsung beberapa jam saja itu.
.
.
.
"Kalau bukan aku sekretarisnya, pasti sudah lama berhenti karena sikapnya, apalagi moodnya yang berubah-ubah itu!" Batin Aro tak henti-hentinya memikirkan tindakan bosnya yaitu Geo Carrington.
Aro yang sedang bersantai di teras depan kamarnya sungguh terkejut melihat Geo yang berada tepat di sebelahnya.
"Apa ini sembarangan masuk ke dalam kamar? Langkah kaki juga tidak terdengar seperti hantu saja," ucap Aro segera bangkit dari tempat duduknya.
"Aro, periksa seorang wanita bernama Chelsea yang ada dalam daftar donatur di panti asuhan itu. Aku tunggu informasinya malam ini,'' kata Geo lalu berjalan pergi tanpa menghiraukan celotehan Aro.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00. PM
Langit berubah menjadi gelap, dan aku menyadari bahwa hari sudah malam. Atas permintaan atasanku yang terlalu keras kepala itu segera aku ke kamarnya.
Tokk...Tokk...Tokk.
"Ayo cepat, aku ingin dengar,'' kata Geo membuka pintu dan duduk di sofa kamar tidurnya.
"Hah... sabar...'' Batin Aro.
"Chelsea Everly Terence biasa dipanggil Lea. Anak kedua dari dua bersaudara, kakak perempuan Chelsea adalah Chloe Aicel Terence. Orang tua Nona Chelsea adalah William Terence dan Clarin Young. Ayah Chelsea berasal dari California, dan ibunya merupakan keturunan China-Indonesia, dan semenjak menikah dia ikut bersama suaminya tinggal di California. Tetapi orang tua Nona Chelsea sekarang sedang menjalankan bisnis restoran di Indonesia. Kakak perempuan Chelsea juga berada di Indonesia, menikah dengan warga Indonesia setempat, dan mereka berdua memiliki pekerjaan yang sama yaitu sebagai pekerja kantoran," jelas Aro pada Geo.
"Hm, ada lagi?" Tanya Geo sembari meminum kopinya.
"Nona Chelsea sendiri menjalankan bisnis toko roti di sini, di Lake Placid. Dan katanya toko rotinya adalah toko roti terenak. Oh, dan Nona Chelsea juga bekerja di DC Corp. sebagai asisten pribadi CEO DC Corp. Dan untuk toko roti itu sekarang dikelola oleh teman dekat Nona Chelsea, Anya Zhi sahabat dekatnya. Hanya setiap hari Jumat dan Sabtu, Nona Chelsea sering pergi ke toko roti," lanjut Aro.
"Dokumen nya taruh saja di atas meja,” kata Geo, menunjuk ke atas meja didepannya.
"Baik. Saya permisi dulu tuan." Aro berpamitan.
"Hm," jawab Geo hanya berdeham.
Setelah membaca dokumen yang diberikan Aro tadi, Geo tersenyum melihat apa yang baru saja dibacanya.
"Lagi-lagi ini diluar dugaan. Chelsea Everly Terence kemarin menjadi donatur tetap panti asuhan tersebut, dan ternyata masih ada beberapa panti asuhan lainnya juga. Yang lebih mengagetkan lagi dia adalah donatur panti asuhan untuk anak yatim piatu, anak-anak disabilitas dan bahkan orang tua lanjut usia. Bukan hanya itu kamu bahkan mendapat beasiswa dan sekarang telah menjadi alumni kampus ternama dunia. Wahh..." Ucap Geo takjub dengan apa yang diketahuinya.
"Inikah anugerah dan hadiah Tuhan untukku? Ataukah ini doa dan permintaan mommyku kepada Tuhan?" Ucap Geo tersenyum.
Saat Geo sedang bertengkar dengan mommynya akhir-akhir ini perihal, "kapan calon mantu mommy datang kerumah?" Mommynya selalu mengatakan hal ini, "Geo sayang...Tahukah kamu? Mommmy mu ini selalu berdoa agar kamu segera bertemu dengan wanita yang benar-benar mencintaimu apa adanya. Mom bahkan berdoa agar dia bisa menjadi menantu seorang wanita yang terlihat seperti mommy yang peduli padamu dan mencintaimu dengan sepenuh hati."
Setelah mommy ku menceritakan harapan dan doanya, dia selalu menangis.
*****
Geo mulai mendekati wanita yang mengganggu pikirannya selama beberapa hari terakhir.
Pertemuan Geo dan Lea beberapa hari terakhir berjalan lancar. Seperti sekarang ini.
"Nona Lea, apakah akan ada yang menjemput Anda? Tapi sebelum itu bolehkah kita berbicara bukan sebagai boss dan sekretaris? Saya ingin berbicara tanpa lagi memanggil saya pak, bolehkah Nona Lea?"
"Maaf, tapi Anda adalah atasan saya."
"Ya tapi itu di dunia kerja bukan saat sekarang ini. Semuanya sudah selesai 5 menit yang lalu. Sekarang kita sudah menyelesaikan urusan kita, sekarang bukan waktunya lagi untuk bicara resmi padaku," terangnya dengan suara yang sedikit tidak suka.
Lea perlahan mengangkat kepalanya dan menatap tatapan Geo yang terus menatap ke arahnya.
"Saya harus meminta izin kepada Anda terlebih dahulu. Apa bisa Nona Chelsea Everly Terence?" Ucap Geo.
Lea kaget sekaligus bingung saat mendengar Geo menyebut nama lengkapnya.
Menatap ekspresi bingung Lea, Geo berkata, "Aku bisa membaca dengan jelas apa yang kamu pikirkan."
Lea sangat bingung ketika pria yang menduduki sebagai posisi CEO ini bisa dengan cepat membaca pikiran otak kecilnya.
"Apakah yang aku pikirkan begitu sangat mudah terbaca?" Batinnya sambil menatap Geo dengan bingung.
"Tidak usah segan, aku suka bicara santai," tuturnya pada Lea.
"Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan," ungkapnya.
"Silahkan," suara Geo yang rendah meresap ke dalam pendengaran Lea.
Dalam hati Lea sedang mengumpulkan keberanian untuk bertanya.
Saat makan, Geo tiba-tiba berkata, "Kalau kamu ingin, tanyakan saja apa yang ingin kamu ketahui?'' Geo menoleh pada Lea.
"Apakah kamu akan menjawab dengan jujur?" Perlahan Lea meletakkan peralatan makannya dan berbalik untuk menghadap Geo.
"Hm.." Jawab Geo dengan kilatan tajam di matanya.
"Bagaimana kamu tahu nama lengkapku? Kapan kamu mengetahuinya? Dan siapa yang memberitahunya?" Serangkaian pertanyaan terlontar dari mulut Lea.
"Pelan-pelan Lea, aku akan menjawab semuanya. Tapi satu per satu," ucap Geo.
Lea dengan polosnya mengangguk, mengerti apa yang dikatakan Geo padanya.
"Jawabannya datang dari seseorang," jawab Geo dengan santai.
"Iya aku paham, tapi maksudnya siapa?"
"Dia orang utusanku,'' Geo menjelaskan, berharap Lea tidak berpikir buruk tentang dia.
"Berapa banyak yang disampaikannya?" Lea tidak dapat memahami kata-kata pria yang berada di depannya ini dan menjawab dengan suara yang terdengar lelah.
"Aku harap kamu tidak berpikir buruk. Dalam dunia bisnis, banyak orang yang menyukai kita dan banyak pula yang membenci kita. Ya, musuh lebih tepatnya," Geo menghentikan perkataannya.
“Aku masih belum mengerti," Lea bertanya lagi.
"Siapa pun yang berbisnis denganku, aku pasti akan melakukan pengecekan terhadap identitas mereka terlebih dahulu," lanjut Geo.
Lea rupanya tidak punya niat untuk menjawab penjelasan Geo dan hanya terdiam.
"Apakah kamu mempunyai pertanyaan lain?" Tanya Geo.
"Mungkin itu saja. Ayo makan dulu."
Lea berpikir bekerja dengan La Foster Corporation akan sangat sulit, jadi lebih baik hindari topik pembicaraan yang akan membuat Geo marah. Apalagi tentang mendapatkan tanda tangan dari seorang Geoff Carrington begitu susah didapatinya.
"Maaf, mohon permisi sebentar,'' Ucap Geo.
"Ya, silahkan," Lea mengangguk dan melanjutkan makan.
Setelah kembali sehabis menelpon, Geo bertanya sambil duduk di kursinya, "Apakah kamu percaya?"
"Percaya?'' Lea bertanya lagi dengan ekspresi bingung di wajahnya.
"Apakah kamu percaya padaku?'' Mata Geo menatap Lea sangat tenang, Geo berbicara kepadanya dan membuat Lea merasa sedikit nyaman berada di dekatnya.
"Aku takut mempercayai seseorang yang baru kutemui," jujur Lea.
"Aku bukan orang yang kamu harus takut atau tidak percaya," ucap Geo kembali pada mode dinginnya.
Lea tidak tahu harus berkata apa, jadi dia hanya tersenyum. Karena sejujurnya, dia tidak terlalu yakin akan hal itu dan mempercayai pria yang baru dia temui belum lama ini.
Mereka kembali menikmati makan bersama dalam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments