Bab 9

"Lagi ngomongin apa kayaknya seru?" tanya Eva sembari menaruh cola sebagai pengganti minuman beralkohol.

"Sedang bicara tentangmu," jawab Jimmy dengan senyum jail ke arah Eva.

"Bisa saja kau." Eva tersipu malu hingga wajah putihnya berubah memerah.

"Tidak percaya, tanya saja Pandu," Jimmy menoleh ke arah Pandu yang sedang meneguk cola.

Eva juga ikut memperhatikan Pandu yang sedang minun. Ia terpana dengan ketampanan Pandu, melihat caranya minum membuat dia menelan ludah.

"Pria beristri memang sangat menggoda," batin Eva.

"Kalian kenapa memandangiku seperti itu?" tanya Pandu sembari menaruh kaleng cola yang masih separuh. Ia berubah salting di pandangi oleh Eva dan Jimmy.

"Kita sedang membahas tentang Eva, bener kan?" Jimmy mengulangi pertanyaannya.

"Oh, iya, kinerja kamu keren," katanya sembari mengangkat kedua jempolnya.

Jimmy menyeringai mendengar jawaban dari Pandu. "Suami setia," gumam Jimmy.

"Kamu juga keren," Eva membalas pujian Pandu.

"Aku ambil makan dulu." Jimmy beralasan untuk memberikan celah Eva dan Pandu berbicang lebih leluasa.

Mereka berdua terdiam, lalu saling berpandangan dan tertawa.

"Kita sudah biasa bertemu di kantor, kenapa jadi aneh begini?" ujar Eva dengan tawa yang belum lepas dari bibirnya.

"Benar juga," ucapnya irit. Mereka berdua setiap hari kerja bareng, duduk bersama membicarakan banyak hal.

Namun, di saat mereka duduk dilain kerjaan menjadi bingung.

"Bagaimana kabar putrimu? Aku lihat dia sangat lucu," kata Eva membuka obrolan.

"Baik, dia memang sangat menggemaskan," jawab Pandu antusias.

 Putrinya sangat aktif, dia persis seperti Nada. Sama sekali tidak bisa diam, dia juga tangguh jarang menangsi.

"Kapan-kapan ajakin main, aku pingin ketemu," ujar Eva. Melihat story dari Pandu membuat dia tertarik dengan kelucuan Shanum. Dia ingin bertemu dan bermain dengan bayi mungil itu.

"Boleh, weekend ini kalau tidak ada acara aku akan ajak Shanum main sama kamu." Pandu menyanggupi ajakan Eva.

"Beneran?" Wajah Eva berbinar, dia senang sekali bisa bertemu dengan Shanum.

"Kita jalan-jalan yuk," ajak Eva.

Pandu pun mengiyakan, mereka berbicang dengan asyik. Sesekali Pandu mencuri pandang kepada Eva. Gadis itu memiliki pemikiran yang sama dengannya.

Dia merasa sangat senang, sehingga tidak ada perdebatan. Bersama Eva dia merasa menyaman.

...----------------...

"Ada apa Nada, kau tampak gelisah seperti ini?" tanya Sabrina.

Nada menghela napas panjang, saat ingin bercerita kepada sahabatnya. Dia belum memiliki bukti suaminya selingkuh atau sebaliknya.

Sabrina memegang punggung tangan Nada, "Katakan ada apa? Suamimu kenapa?" tanya Sabrina.

Sahabatnya itu tahu, jika keresahan Nada tiada lain hanya masalah hubungannya dengan sang suami.

"Mas Pandu berubah, dia sekarang dingin sama aku," ujarnya dengan wajah lesu.

"Dingin bagaimana?" tanya Sabrina menginginkan jawaban lebih detai.

"Kalau aku ajak bicara jawabnya secukupnya, dia juga tidak mau berhubungan denganku," katanya dengan raut wajah sedih.

Selain nafkah lahir Nada juga menginginkan nafkah batin yang sudah tidak ia dapatkan akhir-akhir ini. Semenjak Shanum mulai menginjak angka dua tahun. Suaminya ogah-ogahan untuk memanjakan dirinya.

"Mungkinkah Mas Pandu memiliki perempuan lain?" imbuh Nada dengan sikap Pandu semalam dia semakin dibuat cemas.

"Nada, coba kalian liburan kalian ngobrol berdua. Weekend ini," saran Sabrina.

Sabrina sudah lama memberikan saran itu, tapi Nada belum pernah melakukanya. Bukan dia tidak menerima saran dari sahabatnya itu.

Melainkan Pandu yang susah diajak pergi, alasannya dulu mereka pasti repot jalan-jalan terlebih lagi Nada tidak memakai suster.

"Nanti aku coba," katanya dengan ragu.

Jangankan untuk jalan-jalan, ke mall saja kalau Nada tidak memaksa pasti dia akan menolak dengan berbagai alasan.

Setelah puas curhat, Nada kembali ke rumah menunggu suaminya pulang kerja. Dia membeli makanan kesukaan suaminya.

Dia mengikuti saran Sabrina untuk lebih perhatian kepada suaminya. Semenjak kehadiran Shanum, perhatian Nada lebih banyak ke putrinya.

"Dari mana saja kamu? Suami tidak di rumah malah keluyuran," cibir Wina dengan memandang Nada dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Dari beli makanan buat Mas Pandu, Buk," katanya sembari memindah kantong kresek ke tangan kiri lalu mencium tangan mertuanya.

"Makanan buat Pandu atau kamu, jadi istri kok boros. Makanya biasa masak," cemooh Wina.

Nada menghela napas panjang, baru juga datang sudah membuat kerusuhan.

"Sekali-kali tidak masalah kan, Buk, toh ini Nada beli makanan kesukaaan Mas Pandu." Nada melewati ibu mertuanya membawa makanan ke dapur agar di sajikan oleh pembantunya.

"Kau ini, kalau dikasih tahu melawan saja. Mana yang katanya perempuan yang menjunjung kesopanan," nyinyir Wina.

"Ada apa sih ribut-ribut?" tanya Pandu yang baru saja pulang. Nada segera menyambut tangan suaminya setelah dia mencium tangan ibunya.

"Lihat istrimu membeli banyak makanan, pemborosan kan, harusnya bisa ditabung." Wina mengadu kepada anak laki-lakinya. "Bisanya kok menghabiskan uang. Memangnya cari uang gampang?!" cerocos Wina yang membuat Nada meradang.

"Buk, aku tidak bekerja juga ibu yang suruh bukan. Sekarang Nada memakai nafkah dari Mas Pandu yang tidak seberapa ini salah juga?" jawab Nada geregetan.

Nada berhenti mengurus langsung perusahaanya karena permintaan suaminya. Yang dia tahu itu suruhan ibu mertuanya. Dia lakukan, dia lebih banyak di rumah tapi tetap saja salah.

"Lihat Pandu, istrimu ini memang durhaka. Menyesal ibu memberikan restu!" makinya dengan menunjuk-nunjuk wajah Nada.

Nada pergi membawa Shanum ke kamarnya, dia tahu kalau suaminya tidak akan membelanya. Jadi, lebih baik pergi sebelum hatinya semakin tersakiti.

"Nada, bisa tidak kamu jangan bertengkar terus dengan ibu." Pandu menyusul Nada ke kamar.

Nada masih diam, dia menidurkan putrinya yang terlelap dalam gendongannya.

"Kalau ibumu tidak menyerangku, pasti kita akan baik-baik saja," katanya dengan melepas kerudungnya.

"Nada, yang dikatakan ibu benar. Kamu jangan terlalu boros," kata Pandu membenarkan perkataan ibunya.

"Aku boros Mas? tidak terbalik?" katanya dengan sibuk menguncir rambutnya.

"Terbalik bagaimana?" Pandu tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh istrinya.

"Kamu pikir aku tidak tahu, kamu hanya memberikan gajimu kepadaku tidak ada setengah," ujarnya semakin kesal.

Nada juga mengimbuhkan kalau dia tahu, sisa uang itu dia berikan kepada ibu dan adik perempuannya.

Pandu kaget, dia kira Nada diam itu karena tidak tahu. Ternyata dia memilih diam agar tidak terus bertengkar.

"Kamu makan sana sama ibumu, itu aku beli makanan ke sukaanmu," katanya dengan beranjak untuk segera mandi.

Pandu berjalan memeluk Nada dari belakang, "Maafkan aku," katanya.

"Untuk apa?" tanya Nada ketus.

"Maaf aku salah, ternyata kamu sangat perhatian sama aku," ucapnya. Ada rasa bersalah saat tahu yang dia beli itu semua kesukaannya. Tidak ada satu pun kesukaan Nada.

Selain itu, Pandu ingin istrinya melupakan masalah uang bulanannya yang dia bagi untuk ibu dan adiknya.

Pandu memutar tubuh istrinya, "Sebagai tanda maaf. Bagaimana kalau kita jalan-jalan?" ajak Pandu. Ia mengusap kepala Nada.

Nada yang yang sedang emosi langsung luluh dibujuk seperti itu.

"Weekend pergi jalan-jalan. Hanya berdua, bertiga sama Shanum."

Pandu menganggukkan kepala, "Iya, Janji."

Terpopuler

Comments

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Hahaha....perempuan mmg mudah di kadalin.di baik baikin sedikit saja dah.meleleh

2024-11-29

0

Yati Syahira

Yati Syahira

karakter nada dibikin bucin dan bodoh

2025-01-17

0

Soraya

Soraya

susah klo perempuan gampang luluh

2024-12-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!