Sementara itu, pagi ini, Alena tengah menatap pantulan dirinya di cermin. Dia menghembuskan nafasnya kasar, sebelum beranjak dari depan cermin tersebut.
"aku harus segera pergi ke kantor. Malam ini, aku tidak bisa beristirahat dengan tenang. Aku terus memikirkan perkataan ayah." gumam Alena.
Gadis itu segera keluar dari apartemennya. Dia berharap jika hari ini akan lebih baik dari sebelumnya. Karena sungguh, Alena tidak bisa membayangkan jika apa yang di inginkan ayahnya menjadi kenyataan.
Dan senyum Alena mengembang saat melihat kekasihnya yang sudah menunggu dirinya di luar gedung apartemen.
pria itu tengah duduk di motor matic miliknya dan tersenyum saat melihat sosok Alena.
"sayang, apa kau sudah siap?"
"sudah Raff, ayo kita berangkat."
Raffa mengangguk, dan Alena segera duduk di jok belakang, sebelum motor tersebut berlalu dari gedung apartemen.
Raffa menuntun tangan Alena untuk melingkar di pinggangnya. Dan Alena tersenyum sebelum menuruti keinginan kekasihnya tersebut.
"bagaimana dengan tidurmu semalam Len? Jangan katakan jika kau masih memikirkan apa yang kedua orang tuamu inginkan?"
"bagaimana bisa aku tidak memikirkan hal itu Raff?"
"jangan khawatir sayang, sampai kapan pun aku tidak akan pernah mengikuti kemauan kedua orang tuamu. Terlebih jika mereka menginginkan ku untuk berpisah denganmu."
Alena tersenyum, dia menyandarkan tubuhnya pada punggung Raffa. Sungguh, dia benar-benar mencintai pria ini.
"Raffa, Aku benar-benar mencintaimu."
"aku tahu. Dan aku pun demikian, aku begitu mencintaimu sayang."
Alena tersenyum, dia semakin mengeratkan pelukannya pada Raffa. Dan kembali menikmati perjalanan mereka menuju ke kantor.
sementara itu, saat ini ditto baru saja memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Dia segera memasuki bangunan tersebut dan berjalan menghampiri istrinya yang tengah duduk di ruang tamu.
"Bu, mana lian?"
Dewi segera menoleh ke arah sumber suara. Dia tahu jika suaminya akan marah saat mendengar reaksi putri bungsunya tadi.
"Lian sudah berangkat sekolah yah."
"apa kau sudah bicara dengannya?"
"belum yah, Lian susah sekali di ajak bicara."
"ck .. Dasar anak pembangkang, sudah benar jika kita menjodohkan nya dengan Raffa. Raffa pria baik-baik, dan ayah yakin jika Lian akan berubah saat dia menjadi istri Raffa."
"tapi yah, bagaimana dengan sekolah lian? Lian bahkan masih kelas tiga SMA."
"memangnya kenapa? Lian kan bisa menikah siri Bu. lagi pula, nikah siri di zaman sekarang sudah biasa di lakukan."
Dewi hanya terdiam. percuma jika dia beradu argumen dengan suaminya. Ditto pasti enggan mendengarkan saran darinya. Apalagi mengikuti ucapannya.
"terserah ayah saja. Ayah jika sudah memiliki keinginan tidak pernah mendengarkan ibu."
"bukan begitu Bu. Tapi, apa yang ayah lakukan ini semua demi kebaikan putri kita."
"baiklah, ayah memikirkan masa depan Lian bukan? Tapi, bagaimana dengan Alena ayah? Apa ayah pernah memikirkan perasaan Alena?"
"Alena sudah dewasa Bu. Dan Alena gadis yang cantik. ayah yakin, jika masih banyak pria yang jauh lebih baik dari Raffa yang mau menjadi suaminya. Dan lagi pula, Alena anak yang baik. Kita tidak perlu mengkhawatirkan pergaulannya."
Dewi hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Sungguh, berbicara dengan ditto seperti berbicara dengan batu.
***
Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Dan Liana baru saja selesai mengikuti jam pelajarannya.
gadis itu tengah membereskan peralatan sekolah kedalam tasnya. Dia menoleh ke arah Vero yang sepertinya tengah melakukan hal yang sama. Sebelum gadis itu menghampiri kekasihnya.
"Ver, apa kita akan Pegi hangout?"
Vero menoleh ke arah sumber suara dan dia tersenyum kecil.
"memangnya kau mau kemana? bukankah semalam saja kau di marahi? Dan sekarang, kau akan membuat ulah lagi?"
Liana meroling bola matanya malas. Vero pasti membahas hal itu. Dan sebenarnya, Vero mengetahui apa yang terjadi antara kekasihnya dan keluarganya.
"jangan membuat mood ku buruk Ver. Jika memang kau tidak mau pergi, aku bisa pergi sendiri."
Liana berbalik hendak meninggalkan meja Vero. Hanya saja, Vero segera mencekal pergelangan tangannya dan membuat Liana menghentikan langkahnya.
"kenapa kau sensi sekali? Apa kau sedang datang bulan?"
"kau yang membuat ku jengkel Ver."
Vero terkekeh, tangannya terulur mengusak lembut pucuk kepala liana.
"maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya tidak ingin masalah mu dan keluarga mu semakin melebar jika kau tidak menuruti keinginan mereka."
"sebentar saja Ver. Aku hanya ingin pergi ke danau untuk mencari kedamaian."
"hmm baiklah, aku akan menemanimu. Tapi, berjanjilah jika kau tidak akan pulang malam hari ini."
"baiklah .. Ayo .."
Vero mengangguk, keduanya segera keluar dari dalam kelas mereka. Dan keduanya segera menaiki motor masing-masing untuk menuju ke danau yang di inginkan Liana.
Liana segera berlari ke arah danau sesaat setelah memarkirkan motornya, dan duduk di bawah pohon untuk menikmati angin segar yang menerpa wajahnya.
sedangkan Vero? pria itu hanya tersenyum kecil dengan manik yang memperhatikan wajah Liana.
"aku mencintaimu Lian. dan aku harap kau bahagia selalu." batin Vero.
Waktu berlalu cukup cepat, karena saat Vero mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Dia segera menepuk pelan bahu Liana.
"Lian, sudah sore. Bukankah kau berjanji akan pulang?"
"ck .. baiklah aku akan pulang sekarang."
"anak pintar."
Liana mendengus mendengar ucapan Vero, dan dia segera berjalan ke arah motornya sebelum meninggalkan Vero yang kini tengah menatapnya.
Lian sempat melambaikan tangannya pada Vero, sebelum dia benar-benar pergi dari tempat tersebut.
"dasar anak nakal." gumam Vero dengan senyum kecil yang tersemat di bibirnya.
sementara itu, di kediaman ditto. sepasang suami istri itu tengah menunggu putri bungsunya pulang.
dan Dewi sudah gelisah di tempatnya karena dia takut jika Liana akan kembali pulang malam, hari ini.
"mana putri mu itu Bu? Sudah sore begini dia belum juga pulang." ketua Ditto.
"Lian disini."
keduanya menoleh ke arah pintu utama. Mereka tidak menyadari suara motor yang lian pakai.
"baguslah kau pulang awal. Kemarilah Lian. Ayah ingin bicara dengan mu."
Lian hanya diam, tapi kakinya melangkah menghampiri kedua orang tuanya.
"ada apa ayah? Apalagi yang ingin ayah bicarakan dengan Lian?"
"kau benar-benar tidak sopan ketika berbicara dengan ayah. Jika begitu, ayah langsung saja ke intinya. Kau akan menikah sebentar lagi Lian."
Deg ..
Tubuh Liana mematung ketika mendengar ucapan ayahnya. Hingga tiba-tiba saja, terdengar suara kekehan parau dari bibir Lian.
"gurauan mu tidak lucu ayah."
"ayah tidak bergurau Lian. Ayah benar-benar akan menikahkan mu. Ayah pusing dengan pergaulanmu dan ayah akan nikahkan kau dengan Raffa, kekasih kakakmu."
Sungguh, Lian benar-benar tidak percaya dengan kalimat yang baru saja terlontar dari bibir ayahnya. Dia akan di nikahkan dengan Raffa? Kekasih Alena yang merupakan kakak kandungnya sendiri? Dan ini benar-benar gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Sweeties
lanjut thor penasaran
2024-04-01
0