Kemarahan Ditto

Liana terdiam, Tubuhnya kaku setelah mendengar kalimat yang baru saja di lontarkan ayahnya.

tidak bisa, Liana harus memberontak. Dia tidak ingin ibu dan ayahnya semakin merenggut kebahagiaannya.

Sudah cukup Liana di bandingkan dengan sang kakak. Dan, Liana tidak akan lagi mengikuti keinginan kedua orang tuanya.

"maaf Bu, yah, Liana tidak bisa. Liana tidak mau menikah dengan kak Raffa."

Nada bicara Liana sedikit meluruh. dia harus bisa membatalkan apa yang sudah kedua orang tuanya rencanakan.

"kenapa tidak mau? Raffa tampan, dia pria baik-baik dan berasal dari keluarga baik-baik juga. Seharusnya, kau bersyukur jika Raffa mau menikahi mu. Pria mana yang mau menikahi gadis liar seperti mu?"

Lagi ..

Perkataan Ditto membuat hati Liana berdenyut nyeri. Tidak kah Ditto berfikir jika apa yang dia ucapkan akan menyakiti hati putrinya?

"Lian tidak mau ayah. Lian tidak ingin menikah dengan pria yang tidak Lian cintai. Dan lagi pula, Lian masih sekolah ayah, Lian tidak bisa menikah."

"cinta? Tahu apa kau tentang cinta? Kau masih bocah bau kencur yang bisanya hanya main Lian. Dan jangan pernah membahas tentang cinta jika berhadapan dengan ayah."

"ayah jahat!! Lian benci ayah!! Lian tidak akan menikah dengan kak Raffa!!" teriak Lian.

Dan pada akhirnya, gadis itu lebih memilih pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

Sungguh, air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi. Lian benar-benar hancur saat ini.

"lihat Bu, lihat anak mu itu. dia benar-benar pembangkang, dia bahkan tidak pernah mendengarkan ucapan ayah."

"yah, tahan emosimu. Lian masih kecil, kau tidak boleh terlalu keras seperti ini. Jika kau tetap bersikukuh dengan pendirian mu. Ibu yakin, Lian akan semakin susah di atur."

"tidak, tidak bisa. Lian sudah tidak bisa di nasehati baik-baik. Kita harus sedikit keras mendidiknya."

"tapi kau berlebihan yah. Kau merenggut kebahagiaan kedua putri kita."

"jangan mendebat ucapan Ku. Aku bahkan tidak bertanya mengenai pendapatmu."

Dewi terdiam, seperti inilah suaminya. Ditto benar-benar keras kepala, dan tidak akan pernah mau mendengarkan pendapat orang lain.

Sementara itu, saat ini Lian Tengah menangis. Dia mengambil koper miliknya dan memasukkan pakaiannya kedalam sana.

Lian sudah memutuskan untuk meninggalkan rumah ini, dan Lian akan mencoba hidup mandiri tanpa kedua orang tuanya.

"aku tidak bisa seperti ini terus. Aku harus membantah, ayah sudah keterlaluan." gumam Liana.

Dia mengambil ponsel dan mendial nomor kekasihnya. Lian hanya ingin memberitahu pada Vero jika dia akan pergi meninggalkan rumah.

Tuuuttt .. Tuuuuttt ..

"hallo? Ver? Hikss .."

"astaga .. Kau kenapa Lian? Kenapa menangis? Apa terjadi sesuatu padamu? jangan membuatku khawatir."

"Vero, aku sudah memutuskan untuk pergi dari rumah ini. Dan tolong jemput aku."

"astaga .. Sebenarnya, apa yang terjadi? Kenapa kau pergi dari rumah Lian?"

"aku akan menceritakannya nanti ver. Dan sekarang, tolong jemput aku."

"baiklah, tunggu sebentar. Aku akan menjemputmu."

"terimakasih Vero, dan maaf karena aku selalu merepotkan mu."

"no, aku akan selalu ada untukmu. aku akan segera kesana."

"baik Vero."

Liana mematikan panggilan teleponnya. Dan dia segera merapikan koper miliknya sebelum keluar dari dalam kamarnya.

Dewi dan Ditto masih berada di ruang tamu. Dan keduanya menoleh saat melihat Lian yang tengah berjalan menuruni tangga menyeret koper miliknya.

"mau kemana lagi kau hah?" tanya Ditto.

"maaf ayah, Lian tidak bisa menuruti keinginan ayah. Dan Lian sudah memutuskan jika Lian akan pergi dari rumah ini."

"wahh wahhh bagus Lian. Kau benar-benar sudah sukses menjadi anak pembangkang."

"Lian tidak betah tinggal disini. ayah selalu menuntut Lian untuk bertingkah sesuai dengan keinginan ayah. Dan menurut Lian, ayah sudah keterlaluan. Lian memutuskan untuk pergi dari rumah ini."

Dewi menggeleng, maniknya berkaca melihat putrinya yang saat ini tengah menatapnya.

Sungguh, Dewi benar-benar tidak mengharapkan semua ini terjadi.

"silahkan pergi dari rumah ini jika memang kau sudah tidak betah disini. Tapi, jika kau berani melangkah satu langkah saja, kau akan melihat mayat ayah disini Lian!!" teriak Ditto

Mata Ditto sudah memerah, rahangnya mengeras karena emosi yang sudah berada di ujung kepalanya.

Dia tidak tahu harus bagaimana lagi agar putri bungsunya menuruti keinginannya. Dan manik Dewi membelalak ketika Ditto mengambil sebuah pisau buah yang tergeletak di atas meja ruang tamu.

"lihat ini Lian, lihat !!"

Ditto mengarahkan pisau yang dia pegang pada nadi lengannya. Dan Liana terdiam, air matanya bahkan sudah luruh tanpa diminta.

"pergi Liana!! Pergi dari rumah ini!! Tapi, kau akan melihat ayah mu ini sudah tidak bernyawa ketika langkah mu bahkan belum mencapai ambang pintu!! Pergi Liana!!"

"ayah, ibu mohon jangan seperti ini ayah. Hikss."

Dewi sudah menangis tersedu. Dia tidak ingin hal yang tidak dia inginkan terjadi disini.

sedangkan Liana? Gadis itu jatuh terduduk dengan tangis kencang yang memenuhi penjuru rumah tersebut.

"hikss .. Maafkan Lian ayah, maafkan Liana. Hikss .."

"ayah mohon nak, ayah hanya ingin yang terbaik untukmu. jadi, sekali ini saja ayah memohon padamu untuk menuruti apa yang ayah inginkan."

Liana mengangguk brutal. Sungguh, kali ini, Liana kembali kalah oleh ayahnya. Dan, Liana harus menuruti apa yang ayahnya inginkan.

"Liana akan menuruti keinginan ayah. Tapi Lian mohon, taruh pisau itu ayah."

Dewi mengangguk membenarkan ucapan Liana. Dia memegang pisau di tangan Ditto perlahan dan membuangnya jauh. Sebelum kemudian, Dewi memeluk Ditto dan keduanya menangis bersamaan.

keduanya berjalan menghampiri Lian, dan memeluk putri bungsu mereka. dengan tangis Lian yang semakin terdengar kencang.

***

Semetara itu, sore ini Alena tengah membereskan beberapa peralatan kerjanya. Jam kerjanya sudah berakhir sejak 20 menit yang lalu.

Dan tiba-tiba saja ponselnya berdering, Alena mengernyit saat melihat nama Liana yang tertera di layar benda pipih tersebut.

"tidak biasanya Liana menghubungiku. Apa ada yang terjadi dengannya?"

Alena menggeleng, dia tidak boleh berasumsi buruk seperti ini. Dan akhirnya, Alena mengangkat panggilan tersebut.

"hallo Lian? Ada apa? Tumben sekali kau menghubungiku. kau baik-baik saja bukan?"

"jangan berbasa-basi padaku. Aku membencimu Alena!!"

Alena terdiam, Lian memang selalu bersikap seperti ini padanya. Hanya saja, kenapa kali ini suara Liana terdengar sedikit parau?

"Lian, kakak mohon berhenti bersikap seperti ini. Apa yang membuat mu membenci kakak hmm?"

"semuanya!! Apa yang ada padamu, aku membencinya. Dan aku muak jika harus melihatmu lagi. gara-gara kau, hidup ku hancur."

"stop Lian. Berhenti menuduh yang tidak-tidak padaku. Aku bahkan tidak tahu letak kesalahanku dimana."

"berhenti berlagak sok suci, aku membencimu Alena!! Dan selamanya akan tetap seperti itu!!"

Terpopuler

Comments

It's me Naia

It's me Naia

dih bapak bapak satu ini nyebelin ya

2024-04-01

0

Noerma_Nares

Noerma_Nares

Ditto Ditto ... 😌

2024-04-01

0

Sweeties

Sweeties

ngeri banget ditto 😱

2024-04-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!