Undangan Part 1

Danang tampak geleng-geleng melihat Noah yang duduk di depannya saat ini sedang menikmati minuman beralkoholnya.

"Orang udik, kenapa aku merasa sudah lama sekali tidak menikmati minuman yang sangat aku sukai ini," ucap Noah sembari menyesap perlahan whiskynya.

"Kamu itu masih siang hari, kenapa malah minum itu. Minuman itu tidak baik, Noah," Danang mencoba menasihati temannya yang kembali tersesat.

"Huft! Dari zaman kita masih kuliah dan sekarang kita sudah lulus, kenapa kamu tetap saja seperti pak ustad." Noah malah tidak peduli dan kembali menuangkan minuman ke dalam gelasnya yang kosong.

"Noah, kamu mengatakan hal ini agar kamu tidak tersesat. Kamu suatu hari akan menjadi ayah dan apa ini yang akan kamu contohkan pada anakmu kelak?" Danang itu ingin sekali mengingatkan Noah akan dirinya yang sebenarnya sudah menjadi ayah dari bayi yang dilahirkan Lana, tapi Noah tidak mengingat hal itu.

"Anak?" Noah tampak terdiam. "Siapa yang mau punya anak? Aku hanya akan bersenang-senang dengan hidupku dan tidak mau memikirkan menikah kemudian punya anak, pasti akan sangat menyusahkan untuk hidupku," terang Noah seenaknya.

"Huft! Kamu memangnya tidak ingin memiliki seorang pewaris nantinya? Aku saja ingin secepatnya menikahi tunanganku dan tidak akan menunda untuk memiliki momongan."

"Aku akan menikah jika aku memang mau, tapi untuk waktu dekat ini, aku sama sekali tidak ingin memikirkan masalah itu." Noah sekali lagi meneguk minumannya dan beranjak pergi dari sana.

"Kasihan sekali Lana kalau Noah kembali ke pengaturan awal seperti ini." Danang pun akhirnya mengikuti langkah Noah kembali ke perusahaan mereka.

Noah masuk ke dalam ruangannya dan dia sedikit kaget melihat ada sekretarisnya sedang memandangi bingkai foto yang ada di meja kerja Noah.

"Ada apa kamu berada di sini?" tanya Noah curiga.

"Saya sedang membersihkan dan merapikan meja Pak Noah." Lana dengan cepat berjalan mendekat ke arah Noah.

"Kamu itu bukan office girl di sini, jadi jangan bersikap seperti petugas kebersihan. Sekarang keluar dari ruanganku!" Noah malah mengusir Lana seenaknya.

Lana berjalan keluar dari ruangan Noah. Dalam hatinya, Lana merasa sedih karena Noah sikapnya benar-benar kembali seperti dulu.

***

Jam kantor telah usai, Noah pergi ke parkiran mobilnya dan segera keluar dari area perkantorannya.

Tepat di seberang kantornya, Noah melihat sahabatnya sedang berbicara dengan seseorang yang Noah kenali adalah sekretaris barunya itu.

"Danang? Untuk apa dia bicara dengan Raya? Apa si anak baik itu ingin jadi pria redflag sekarang." Noah tersenyum seolah mencibir Danang yang sekarang malah menggonceng Lana atau Raya di atas motornya.

"Danang ... Danang, kenapa selera kamu buruk sekali mencari gadis," ejek Noah sekali lagi.

Noah memang selalu dekat dengan kriteria para gadis yang bisa dikatakan memiliki wajah yang cantik dan tentu saja penampilan yang modern dan sexy. Dia melihat Raya seolah melihat wanita yang hidup di zaman kuno.

Motor Danang sampai di depan perumahan yang sederhana. Lana turun dan dia sangat berterima kasih pada Danang.

"Terima kasih, ya Danang."

"Sama-sama, Lana. Jujur saja! Kalau tadi kamu tidak menyapaku, aku pasti tidak akan mengenalimu. Penyamaran kamu benar-benar sempurna." Danang sampai terkekeh sendiri.

"Aku sudah memikirkan hal ini sampai hampir satu bulan dan akhirnya beginilah jadinya."

"Lana, semoga perjuangan kamu untuk bisa membuat Noah kembali mencintaimu dan bahkan mengingatmu dan putranya bisa terwujud. Eh, Sasa pasti kaget kalau kamu datang ke cafenya dengan berpenampilan seperti ini."

Lana terkekeh mendengar apa yang Danang katakan. "Iya, aku belum memberitahunya, hanya dia memang mengetahui rencanaku. Beberapa hari ini kamu belum berkomunikasi karena dia masih sibuk dalam urusan bisnis cafe miliknya."

"Iya, dia memang sangat ingin giat bekerja untuk membuka cabang cafe barunya sebelum hari pernikahan kami nanti."

Lana mengusap lembut lengan Danang. "Kamu dan Sasa pasangan yang sangat cocok. Kalian pasti akan sangat bahagia nantinya."

"Aamiin, terima kasih, Lana."

Lana pun masuk ke dalam halaman rumahnya setelah Danang berpamitan pulang.

"Lana, itu siapa?" Bibi Maya yang melihat Lana diantar seseorang pun bertanya penasaran.

"Itu, Danang, Bi, tadi aku suruh mampir sebentar, dia tidak bisa katanya harus segera pulang karena akan pergi dengan kedua orang tuanya." Lana pun berjalan masuk dan melihat putranya sedang bermain di dalam box bayinya. Lana mengecup kening putra kecilnya itu.

"Kamu kenapa tidak menerima mobil pemberian nenek Key saja. Jadi, kamu dengan mudah ke mana-mana."

"Bi, aku melamar kerja di perusahaan Noah sebagai sekretaris dan pasti aneh kelihatannya jika aku tiba-tiba datang dengan memakai mobil, lagi pula aku juga tidak bisa mengemudi."

"Nenek Key, kan, sudah menawari untuk kursus mengemudi, kamu saja yang tidak mau, malah memilih dibelikan motor saja. Oh ya! Motor kamu belum selesai dan mungkin lusa baru bisa, tadi orang bengkel menghubungi, bibi."

"Iya, Bi, tidak apa-apa. Bi, aku mau mandi dulu dan kemudian mengajak bermain putraku."

Lana pun pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah itu Lana menghabiskan banyak waktunya dengan putra kecilnya yang sekarang sudah bisa berjalan dan tingkahnya pun sangat aktif.

"Andai Noah ada di sini bersamaku dan putranya, pasti dia akan senang melihat bentuk kecil dari dirinya tumbuh dengan sehat dan menggemaskan seperti ini." Lana lagi-lagi meneteskan air mata setiap bersama menghabiskan waktu dengan Ryu.

Malam ini, Noah sudah bersiap-siap akan pergi ke club' malam yang dulu memang sering dia datangi.

"Tuan Muda mau ke mana?" suara Paman Arya tiba-tiba menghentikan langkah Noah.

"Huft! Aku mau pergi ke club malam, Paman," jawab Noah malas.

"Tuan Muda besok malam ada acara ulang tahun dari salah satu CEO di perusahan yang bekerja sama dengan perusahaan kita dan Tuan Muda nantinya akan datang ditemani oleh Nona Raya," jelas paman Arya.

"Apa? Raya? Sekretaris—si orang purba itu? Kenapa tidak dengan Paman saja? Kalau hanya ikut menemani datang ke acara pesta saja, Paman, kan, bisa ikut," tutur Noah sedikit kesal.

"Saya ada pekerjaan lainnya dari nenek untuk pergi ke luar kota pagi harinya, dan mungkin besoknya baru kembali, lagi pula Raya adalah sekretaris Tuan Muda dan dia pasti akan bisa membantu Tuan Noah di sana."

"Terserah! Kenapa juga Paman merekomendasikan sekretaris yang penampilannya bikin sakit mata begitu." Noah berjalan keluar dari dalam rumahnya dia pergi denga menggunakan motor sportnya menuju club malam.

"Hem ... Tuan Muda susah sekali diberitahu. Dia bisa berubah jadi penurut setelah bertemu dengan Nyonya Lana. Pilihan nenek yang waktu itu kekeh Nyonya Lana untuk menikah dengan Tuan Muda sangat benar," paman Arya pun berdialog sendiri.

Terpopuler

Comments

sella surya amanda

sella surya amanda

lagi

2024-04-02

0

Defi

Defi

iya berharap Lana dengan yang lain saja, oya Nick apa kabarnya apa dia tidak tahu tentang kondisi Noah dan Lana

2024-04-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!