Perawat Keluarga Ceo
Di sebuah kota yang penuh dengan kesibukan, penduduknya sibuk dengan aktivitas masing-masing, sementara di desa-desa, orang-orang menikmati acara khas daerah mereka.
Suatu hari, seorang gadis bernama Fiora bersiap meninggalkan kampung halamannya. Keputusan itu bukan tanpa alasan—ini adalah permintaan terakhir dari almarhum ayahnya yang meninggal satu bulan lalu. Fiora teringat kembali kata-kata ayahnya yang masih terpatri jelas di ingatannya.
Satu bulan yang lalu, Fiora tiba-tiba menerima telepon yang mengabarkan bahwa ayahnya mengalami kecelakaan parah. Berita itu membuat Fiora sangat terkejut. Ia langsung menarik ke rumah sakit sambil menahan isak tangis. Setibanya di sana, ia mencari dokter untuk menanyakan kondisi ayahnya.
“Dok, di mana ayah saya dirawat?” tanyanya penuh harap.
“Di ruang UGD, di sebelah sana,” jawab dokter dengan tenang.
“Terima kasih, Dok,” ucap Fiora sambil berlari ke arah yang ditunjukkan.
Saat masuk ke ruang perawatan, air mata tak terbendung. Ia melihat ayahnya terbaring lemah. Tidak lama kemudian, sang ayah memanggil dokter yang merawatnya.
“Dok, bisa panggilkan anakku, Fiora? Saya ingin berbicara dengannya,” pinta ayahnya dengan suara lemah.
“Baik, Pak,” jawab dokter sambil keluar dari ruang pasien.
“Apakah Anda Fiora?” tanya dokter.
“Iya, Dok. Saya Fiora,” jawabnya dengan gugup.
“Ayah Anda ingin bertemu dengan Anda. Katanya ada sesuatu yang penting yang ingin dia sampaikan,” ucap dokter.
“Baik, Dok,” jawab Fiora sebelum segera masuk ke ruang perawatan.
Di dalam, Fiora mendekati ayahnya sambil terisak.
“Ayah! Ayah sudah merasa lebih baik kan?” tanyanya dengan suara bergetar.
“Ayah tidak yakin, Nak. sepertinya waktu Ayah di dunia ini sudah tidak lama lagi,” jawab sang ayah.
“Jangan bicara seperti itu, Ayah. Ayah pasti sudah sembuh!” Fiora menangis tersedu-sedu.
“Nak, jika Ayah tidak ada lagi, Ayah ingin kamu pergi ke kota dan tinggal bersama Tante Desiana. Ayah khawatir tidak ada yang bisa menjaga dan melindungimu di sini,” ucap sang ayah dengan suara yang semakin melemah.
“Tapi, Ayah…” ujar Fiora, suaranya tercekat.
“Tolong janji di Ayah, Nak. Kamu harus pergi ke rumah Tante Desiana,” pinta sang ayah sambil mengelus rambut Fiora dengan lembut.
“Baik, Ayah. Fiora janji,” jawabnya sambil terus menangis.
Tak lama kemudian, sang ayah teringat untuk selamanya. Fiora memanggil-manggilnya dengan tangisan pilu.
“Ayah… Ayah! Jangan tinggalkan aku, Ayah!”
Keesokan harinya, Fiora menyaksikan pemakaman ayahnya dengan hati yang berat. Ia menangis sejadi-jadinya, merasa kehilangan yang mendalam. Hari ini, kenangan itu kembali terbayang ketika ia duduk di dalam kereta, bersiap meninggalkan kampung halamannya untuk memenuhi pesan terakhir sang ayah.
Keesokan harinya, Fiora menyaksikan pemakaman ayahnya dengan hati yang berat. Ia menangis sejadi-jadinya, merasa kehilangan yang mendalam. Hari ini, kenangan itu kembali terbayang ketika ia duduk di dalam kereta, bersiap meninggalkan kampung halamannya untuk memenuhi pesan terakhir sang ayah.
Setelah beberapa jam perjalanan, Fiora akhirnya tiba di Jakarta. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, menikmati pemandangan kota besar yang baru pertama kali dilihatnya. Fiora terkesima dengan gedung-gedung bertingkat langit yang menjulang tinggi. Namun, kebahagiaannya tidak bertahan lama. Sebuah kejadian terjadi—kertas berisi alamat rumah Tante Desiana yang ia bawa terjatuh ke selokan karena tertiup angin.
“Ya ampun! Kalau kertasnya hilang, bagaimana aku bisa menemukan rumah Tante?” Fiora panik.
Melihat Fiora yang kebingungan, seorang perempuan mendekatinya. Perempuan itu memperkenalkan dirinya sebagai Rara.
“Kamu kenapa?” tanya Rara.
“Aku kehilangan alamat rumah Tanteku. Kertasnya tertiup angin dan jatuh ke selokan,” jawab Fiora dengan wajah putus asa.
“Oh, siapa nama Tantenya? Siapa tahu aku kenal,” kata Rara.
“Desiana,” jawab Fiora.
“Desiana Dinata?” tanya Rara dengan wajah penuh semangat.
“Iya! Kok kamu tahu?” Fiora terkejut.
“Dia punya warung sembako di pasar. Aku sering beli dan kadang membantu,” ucap Rara sambil tersenyum.
Rara akhirnya mengantarkan Fiora ke rumah Desiana menggunakan bentor. Dalam perjalanan, mereka saling berkenalan.
"Oh ya, nama aku Rara, orangnya lucu dan asyik,” ucap Rara sambil bercanda.
“Haha, aku Fiora. Panggil saja Fior,” jawab Fiora.
“Mulai sekarang kita teman, ya! Aduk dulu dong!” ajak Rara.
“Hehe, oke!” Fiora tersenyum untuk pertama kalinya sejak tiba di Jakarta.
Beberapa jam perjalanan akhirnya membawa mereka ke rumah tujuan Fiora.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Nantikan kisahnya di bagian berikutnya!
[Mode Revisi]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
si ciprut
mampir bentar
entar lanjut lagi.
semangat
2024-06-30
0
Mizuki
singkatan pakek huruf besar
exp: SIM, UGD, dll
2024-06-29
0
Mizuki
ada 2 kata yang menunjukkan waktu di satu kalimat yang sama, situ gpp?
klo pakek suatu hari, gak usah pakek satu bulan yang lalu dan sebaliknya
2024-06-29
0