03

Delapan tahun sejak reinkarnasiku, berarti saat ini tahun 2017. Tahun di mana Deddy Corbuzier mengunggah video dalam kanal Youtube-nya, mengatakan,

'Sekolah tidak penting.'

Kalau menurutku sekolah itu penting. Sangat penting untuk keselamatan diriku ini. Untuk menyelamatkan diri dari 'misi' yang tidak bisa kutolak.

Suara wanita di kepalaku ini selalu memberi 'misi' untuk pergi ke sekolah serta kegiatan di dalamnya, dan aku tidak mau lagi mendapat akibat dari tidak menjalankan misi itu.

Misinya selalu bermacam-macam, terkadang misi yang sama berulang, tapi yang hari ini aku dapatkan sangatlah berbeda.

[Misi baru: Berkelahi di Sekolah.

Hadiah: 10.000.000 rupiah.

Batas waktu: Tidak ada.]

Berkelahi sama siapa? Dan baru kali ini aku mendapatkan misi tanpa batas waktu. Apa yang terjadi kalau aku tidak melakukannya sama sekali?

Aku terus bertanya-tanya pada diriku, tapi suara wanita itu tidak menanggapi seperti biasa.

"Ethan? Kenapa kok serius gitu mukanya?" tanya Rita.

Sontak aku terbangun dari lamunan, mendapati wajah kecil kakakku itu sudah terlalu dekat.

"Eh, gak apa-apa. Lagi mikirin les bela diri tadi," jawabku berbohong.

"Aneh-aneh aja pengen belajar bela diri. Kaya aku dong ngambil les balet."

Aku tahu dia juga berbohong. Ibu memaksanya les balet dan aku tahu dia tidak menyukainya. Terakhir pulang les dia menggerutu seharian karena pengajarnya terlalu ketat.

"Iya," timpalku nada datar. Jujur aku pengen meledek dia tapi aku tidak mau memulai pertengkaran.

Setelah perjalanan panjang, akhirnya kami sampai di sekolah. Sekolah dasar swasta di daerah Dago. Kedua orang tuaku ini memang seperti pada umumnya, menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

"Ini uang jajan kalian. Kata Bapak pulangnya nanti dijemput Bapak," ucap Pak Kirman, supir kami menoleh ke kursi belakang.

Uang jajan kami selalu diberi Pak Kirman. Kata orang tuaku biar kami bisa mengelola uang dengan baik, tidak boros dan tidak terus terbiasa meminta. Hebat si supir ini selalu amanah memegang uang.

DING!

[Misi baru: Tolak uang dari Pak Kirman.

Hadiah: 1.000.000 rupiah.

Batas waktu: 10 detik.]

Hah?! Masa aku harus nolak uang jajan itu? Mana aku tidak megang uang lagi. Tidak ada bekal makanan juga.

"Hari ini tidak aku tidak perlu uang jajan, Pak."

[Misi berhasil. Mendapatkan: 1.000.000 rupiah.]

Sodoran uang 100 ribu dari Pak Kirman pun dengan berat hati ku tolak. Yah, dari kehidupan lamaku pun sudah biasa hidup terbatas, hari ini akan mudah.

"Hah?!" pekik Rita. "Kok tiba-tiba? Terus kamu gak jajan dong?"

Aku tahu Rita! Aku juga gak mau!

Tapi bagaimanapun juga aku tidak bisa menjelaskan situasinya. Apa yang harus kubilang pada mereka? Karena aku disuruh wanita misterius di kepalaku? Mereka akan mengira aku tidak waras.

"Naha tumben, Jang?" tanya Pak Kirman.

(Naha \= Kenapa, dalam bahasa sunda)

"Hehe, iya. Lagi belajar ga jajan." Aku tidak punya alasan yang bagus.

"Wah hebat euy, umur segitu pemikirannya jauh," timpal Pak Kirman.

Bukan hebat Pak Kirman!

Pria paruh baya itu selalu bepikir positif. Semoga dia selalu diberikan gaji yang setimpal, tidak seperti diriku dulu yang under paid.

"Aku sih masih mau Pak Kirman," ucap kakakku. Raut wajah itu jelas menunjukkan dia tidak mau kehilangan uang jajan itu.

"Yaudah ini uang Ethan buat teh Rita aja semua ya."

"Makasih, Pak Kirman. Ethan, kamu jangan minta uangku loh ya!" ucap Rita dengan wajah cerianya

Aku hanya bisa tersenyum menahan pedih hatiku karena tidak bisa jajan. Makanan di sekolah dasar ini enak-enak, walaupun mahal. Wajar sih sekolah swasta.

...****************...

Aku dan Rita pun masuk ke kelas kami masing-masing. Aku saat ini duduk di kelas tiga, sementara kakakku di kelas empat.

Setiap mata pelajaran, suara wanita seperti asisten virtual itu selalu memberikan misi baru. Seperti di kelas terakhir ini, mata pelajaran matematika.

DING!

[Misi baru: Selesaikan kuis sebagai orang yang pertama.

Hadiah: 1.000.000 rupiah.

Batas waktu: 5 menit.]

Hari ini memang sedang kuis 20 soal pilihan ganda. Tentu saja matematika sekolah dasar bukan masalah. Perhitungan dasar, teori dasar bangun datar, keterlaluan jika aku tidak bisa menjawabnya.

Ini semua mudah, walaupun jahat sekali batas waktunya hanya lima menit. Mayoritas soal kuis ini berupa studi kasus.

[Misi berhasil. Mendapatkan: 1.000.000 rupiah.]

Begitulah kata suara wanita itu, ketika aku mengumpulkan lembar jawaban kuis ke meja guru. Baik guru maupun teman sekelasku semua terkejut melihatku.

Beberapa teman sekelasku ada yang menangis karena merasa gagal. Kasihan, pasti tertekan oleh harapan orang tua. Belajar lagi ya, Dek.

Hari-hari di sekolahku selalu saja dituntut oleh misi seperti ini.

Tiada hentinya aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, juga pada suara wanita asisten virtual yang sudah menjadi bagian dari hidupku.

Apakah ini semua gejala delusi dan halusinasi? Apa aku tidak bisa membedakan khayalan dan kenyataan?

Tapi, aku sendiri tidak pernah berkhayal untuk menjadi lebih baik di sekolah. Aku lebih baik memilih bermalas-malasan saja.

Mungkin jika hadiah uang itu memang bagian dari keinginan terbesarku. Tapi itu kan cerita dulu. Saat ini, aku terlahir sebagai bagian dari keluarga orang kaya, seharusnya aku tidak khawatir mengenai uang.

Apa yang terjadi pada diriku? Siapa diriku ini sebenarnya? Siapa kau wanita yang selalu mengisi kepalaku?

Tidak, tidak ada artinya memikirkannya sendirian. Sepertinya aku harus meminta berobat terapi mental pada kedua orang tuaku.

[Jawab: Saya adalah sistem dalam kehidupan Anda.]

"Akhirnya kau menjawabku!" Sontak ku memekik kegirangan.

"Jawab apa, Ethan?" tanya teman-teman sekelasku.

Mataku membelalak. Ternyata aku masih berdiri di depan kelas. Tidak menyadarinya karena sudah tenggelam dalam lamunanku.

"Tidak, maafkan aku," ucapku sembari menundukan kepala.

"Dia aneh."

"Silahkan kamu boleh pulang duluan, Ethan." Guruku hanya tersenyum manis padaku.

Beruntung kuis ini berada di ujung jam pelajaran, aku bisa segera bergegas pulang. Tanpa memedulikan tertawaan teman sekelasku, aku langsung mengambil ransel dan berjalan cepat pergi keluar.

"Apa maksudmu dengan sistem? Apa maumu kau menyiksaku dengan hidup begini? Apa arti kehidupan kedua ku ini?" gumamku penuh pertanyaan pada diriku sendiri. Tidak, justru pada wanita itu.

Sial, dia tidak kembali menjawab seperti biasa. Mana udah kepalang malu lagi, setelah semua orang melihatku berjalan sambil berbicara sendiri.

Jawab aku!

Tidak. Aku harus memintanya baik-baik. Itu sudah etika.

Ku mohon, tolong jawab aku...

[Aku sudah bilang tadi.]

Bilang apa?! Benar-benar menyebalkan.

Terus menerus aku bertanya pada diri sendiri hingga tenggelam dalam lamunan, dan tanpa sadar aku sudah berjalan hingga ke depan sekolah.

Kenapa dia tidak menjawab pertanyaan ku sih?

[Udah.]

Anj*ng! Bener-bener lu ye nyusahin!

"Ethan? Kenapa muka kamu kusut dan memerah begitu? Kamu berantem?" tanya Ayah.

Kembali aku tersadar dari lamunanku. Aku tidak mengira ayahku sudah berada di depan. Dia sudah berada di depan sekolah menungguku dan Rita sepertinya.

Aku akan menceritakan tentang sistem ini, walaupun baginya pasti tidak masuk akal. Setidaknya, semoga aku bisa dibawa ke psikolog olehnya.

DING!

[Misi baru: Anda tidak boleh menceritakan soal sistem ini pada siapapun.

Hadiah: 1.000.000.000.000 rupiah.

Batas waktu: Tidak ada.]

Cih. Dia berusaha menyogokku. Aku tidak peduli lagi, demi kesehatan diriku aku akan mengatakannya.

F*ck it, we ball.

Aku berjalan cepat mendekat pada Ayah, dan tanpa basa-basi, tanpa menjawab pertanyaannya, aku akan langsung mengatakan tentang suara wanita ini.

"Ayah ada yang harus ku—"

JEDER!

Kejut luar biasa mendadak menusuk seluruh tulangku. Menyengat, menggerogoti, linu, nyeri dan perih secara bersamaan pada tubuh. Sensasi serupa seperti sebelumnya.

Seolah sudah dikejutkan listrik dengan voltase tinggi walaupun aku tidak pernah merasakan sebelumnya, tapi ini lebih parah dari pengalamanku tersetrum aki motor.

Aku juga tidak tahu apakah justru petir yang menyambar padaku.

Sial, kesadaranku mulai menghilang. Aku tidak bisa berkata, bising pada telinga ini juga menyiksaku.

Tolong.

Siapapun.

Ayah.

"Ethan? Ethan! Tolong siapa pun panggilkan ambulan!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!