“Cepat suster. Hentikan pendarahannya. Takutnya pasien nggak kuat dan bisa meninggal.”
“Siap dok. Kami akan mencoba yang terbaik untuk menghentikan pendarahannya.”
Tanpa basa-basi lagi mereka pun langsung menangani Santi. Hal seperti ini memang sudah sering mereka alami, karena banyak dari perempuan muda yang melakukan aborsi dengan kuretase memiliki kecenderungan pendarahan seperti ini. Masalahnya sekarang adalah bagaimana sang pasien dapat menahannya. Atau bagaimana kondisi tubuh dari pasien itu sendiri. Kalau pasien itu berhasil bertahan maka dia akan selamat.
Melihat hal tersebut tentu saja Sandra yang baru pertama kali ini mengalami dan melihat langsung dia pasti akan syok berat dan bingung akan melakukan apa. Dia hanya bisa diam dan memperhatikan semuanya dengan ekspresi ketakutan. Dia takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada Santi.
“Suster.. Dokter tolong bantu teman saya. Selamatkan dia.” Pinta Sandra dengan sungguh-sungguh.
Sandra benar-benar merasa bersalah karena hal itu. Secara nggak langsung kan memang Sandra yang mendesak Santi untuk melakukan hal itu hari ini juga walau sebenarnya Santi masih belum siap untuk melakukannya hari ini.
“Kami akan coba menyelamatkan temannya kamu. Tenang saja lah. Kami sudah biasa menghadapi masalah seperti ini.”
“Makasih suster. Saya berharap banyak pada suster dan dokter yang ada di sini untuk membantu teman saya.”
“Iya baiklah.”
Suster itu pun tidak menanggapi Sandra. Dia membiarkan Sandra sendiri dengan segala macam pemikirannya. Suster itu focus membantu sang dokter untuk menolong nyawa Santi dengan menghentikan pendarahannya.
Setengah jam kemudian, akhirnya nyawa Santi dapat di tolong. Pendarahan hebat yang dia alami tadi pun sudah dapat di hentikan. Suster itu memberikan antibiotik dan vitamin untuk meningkatkan ketahanan tubuh Santi. Sandra pun melihat dokter dan suster itu mulai meninggalkan Santi yang sudah dalam keadaan tenang. Tidak kejang-kejang seperti tadi.
“Gimana suster keadaan teman saya? Dia masih bisa selamat kan suster?” Tanya Sandra dengan segera tanpa menunggu lagi.
“Kamu harus bersyukur karena teman kamu masih bisa diselamatkan saat ini. Namun karena dia banyak kehilangan darah. Dia pun masih dalam keadaan lemah. Kita harus menunggu dalam beberapa hari ini.” Jawab suster apa adanya.
“ Makasih banyak suster. Makasih banyak karena telah membantu teman saya untuk melewati masa kritisnya.”
“Sama-sama. Saran saya mendingan kamu kasi tahu keluarganya tentang keadaan teman kamu saat ini. Keluarganya berhak tahu apa yang terjadi pada teman kamu itu.” Ucap suster.
“Baik suster. Saya akan tanyakan dulu pada teman saya itu dimana alamat rumahnya. Soalnya dia di sini itu ngekost dan asalnya bukan dari kota ini. Dan saya hanya tahu dimana kost nya tapi tidak tahu dimana rumah aslinya.” Jawab Sandra jujur.
“Ya sudah. Terserah kamu. Dia teman kamu, kamu juga yang membawanya ke klinik ini. Jadi kamu lah yang harus mengurus semuanya tentang dia.”
“iya suster.”
Sandra pun tidak melanjutkan percakapannya lagi dengan suster itu kerena suster itu meninggalkan tempat itu karena dia masih harus mengurus beberapa pasien dengan kasus yang serupa dengan kasus Santi tersebut.
Setelah suster itu pergi, Sandra dengan berbagai pemikiran dan ekspresi kuyu nya pun berjalan mendekat ke samping ranjang Santi tersebut. Dia pun menggeser kursi yang berada di dekat ranjang tersebut.
“Santi… Kamu nggak apa-apakan? Sakit banget ya Santi? Maafin aku ya. Karena aku terlalu memaksa untuk melakukan hal ini saat ini juga, kamu jadi bernasib seperti sekarang ini. Aku nggak nyangka semuanya akan menjadi seperti ini.” Sandra menangis di samping Santi tersebut dengan penuh perasaan bersalah.
Sandra hanya bisa menatap Santi dengan perasaan bersalah dan memegang tangannya dengan lembut.
“San.. Sandra.. !!” Panggil Santi terbata-bata.
“Santi.. Kamu sadar?? Astaga.. Terima kasih Tuhan.”
“I.. iya Sandra. Aku udah sadar kok.” Jawabnya dengan suaranya yang lemah.
“Kamu nggak apa-apa kan Santi? Sakit banget ya?” Sandra bertanya sambil menangis.
“Iya San.. Sakit banget. Ini aja masih nyeri.”
“Ya sudah kamu istirahat saja dulu. Nanti saja kita bicarakan hal lainnya.” Titah Sandra.
“Baik Sandra. Aku juga ngantuk banget. Badanku semua rasanya sakit.”Santi pun nggak berkata apa-apa lagi. Dia mencoba menutup matanya untuk tidur.
“Tidurlah Santi. Jangan berkata apa-apa lagi.” Sandra pun mengelus kepala Santi hingga dia bisa tertidur. Santi pun tertidur dengan cepat.
Sementara itu di lain tempat, Mike pacarnya Sandra selalu memikirkan keadaan Sandra. Apalagi mereka kan habis berkelahi hebat tadi siang. Jadi dia tidak bisa tenang saat ini. Bagaimana pun Mike berusaha menyingkirkan perasaannya itu dari tadi.
“Huh.. Sandra.. Sandra.. Kenapa sih kamu keras kepala banget? Kenapa kamu nggak mau menikah denganku. Padahal sekarang kan kamu lagi mengandung anakku? Apa kamu benar-benar nggak mencintaiku?” Mike bertanya pada foto Sandra yang ada di wallpaper handphone nya seakan dia bertanya pada Sandra langsung saat ini.
“Nggak.. nggak boleh kayak gini. Aku ini laki-laki. Aku yang berbuat semuanya. Aku harus mempertanggung jawabkan perbuatanku. Nggak boleh lari dari kenyataan. Aku harus membujuk Sandra agar mau menikah denganku. Demi calon anak kami yang ada di kandungan Sandra.” Pikir Mike lagi.
“Ya.. Itu benar. Nggak boleh nyerah gitu aja. Aku laki-laki. Aku harus bertanggung jawab.” Mike pun mengambil keputusan untuk tetap mengejar Sandra dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Mike pun menscroll hapenya dan mencari nomor telpon Sandra. Dia menekan nomor itu walau ada kemungkinan Sandra tidak mengangkatnya.
******Kring… Kring.. Kring…*********
Handphone Sandra berbunyi di dalam tas nya. Sandra yang ikut ketiduran bersama dengan Santi nggak mendengar kalau hape nya berbunyi.
“Ayo dong angkat Sandra..!! Please..!!” Gumam Mike di telponnya. Dia kecewa Sandra tidak mengangkatnya. Lalu mencoba menelponnya sekali lagi.
******Kring.. Kring.. Kring..*******
Saat telpon kedua dari Mike samar-samar Sandra mendengar handphone nya berbunyi. Dengan keadaan belum sadar sepenuhnya Sandra pun terbangun dan mencoba mengambil handphone tersebut dari tasnya dan mencoba mengangkatnya. Namun karena kelamaan berdering handphone tersebut pun mati.
“Aishh… Kok nggak diangkat sih? Apa kamu benar-benar nggak mau angkat telponku lagi?” Mike pun kecewa.
Mike pun kecewa namun dia tetap menelpon Sandra lagi sekali lagi dan berharap kali ini diangkat oleh Sandra.
******Kring.. Kring.. Kring..*******
“Halo..” Sandra mengangkat telponnya saat berdering berhubung handphone nya masih di tangannya tanpa melihat siapa yang menelponnya.
“Akhirnya kamu mengangkat telponku Sandra..!!” Ucap Mike lega.
“Hah..??? Siapa nih??” Tanya Sandra yang sadar dia mengangkat telpon seseorang tanpa melihat hape nya tadi.
“Astaga Sandra..!! Kita kan baru ketemu tadi pagi, kok kamu udah lupa sih sama aku?”
“Hah??” Sandra yang heran pun langsung melihat ke handphone nya dan baru menyadari kalau Mike lah yang menelponnya.
“Astaga.. Ini kamu Mike??” Sandra baru menyadari bahwa Mike lah yang menelponnya.
“Iya. Ini aku. Kenapa? Tadi kamu nggak melihat handphone dulu ya sebelum mengangkat telponku?”
“Iya.. hehehe. Aku baru bangun.”
“Tumben kamu jam segini udah tidur? Memangnya kamu ada di mana?” Tanya Mike.
“Aku lagi di Klinik dekat resto yang kita ketemu tadi pagi.”
“Hah?? Kamu kenapa? Kamu sakit? Anak kita nggak apa-apakan?’ Teriak Mike cemas.
“Anak??”
“Anak kita loh Sandra. Kamu lupa ya? Apa jangan-jangan kamu sudah membuangnya?” Tanya Mike.
“Nggak. Masih ada kok. Aku nggak mau membuangnya. Aku takut.” Mendengar hal tersebut senyum Mike pun terkembang kesenangan.
“Kenapa? Kenapa kamu berubah pikiran?” Tanya Mike.
“Nggak apa-apa.”
“Terus gimana? Aku tanggung jawab ya. Aku akan menikahi kamu. Kamu bersedia kan?”Mike melancarkan omongannya pada Sandra.
“Nggak. Nggak mau. Biar aku yang pikirin sendiri.” Tegas Sandra.
“Ayolah Sandra. Jangan keras gitu? Ya sayang..!! Mau ya??”
“Nggak. Nggak mau.”
“Ya udah gini aja. Kita ketemu dulu ya baru kita bicarakan semuanya.”
“Apa lagi yang mau diomongin?”
“Banyak Sandra. Kita bisa ngomong masa depan kita loh..!!’
“Tapi hari ini aku nggak bisa. Aku masih di klinik. Besok saja.” Setelah memikirkan agak lama Sandra pun mengiyakan ajakan Mike.
“ Ya sudah. Besok saja kita bicarakan. Kita ketemu di resto dekat klinik itu.”
“Baiklah.” Sandra pun mengiyakannya.
“Kalau gitu selamat istirahat sayang. Jaga calon anak kita baik-baik ya. Bye sayang.. “
“Hmmm.. “ Sandra pun hanya bilang itu lalu menutup telponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Abu Yub
keren thor ceritanya kunjungi tempat aku dong /Pray/
2025-03-26
0
Pie Yana
ku kirim dukungan bunga untuk mu thor, 🌹
besok ku baca maraton ceritamu lagi Thor,maaf sempat terhenti karena sakit lanjut suami jg opname 🙏
2024-05-08
0
Pie Yana
ngeri aku Thor membayangkannya
2024-05-08
0