Sandra pun diam saja melihat semua proses yang dialami Santi saat ini. Dia melihat setiap detail yang dilakukan oleh suster itu pada Santi.
“Suster.. Dokternya mana? Kok belum kelihatan?” Tanya Sandra saat sudah menunggu selama kurang lebih sepuluh menit namun sang dokter pun belum kelihatan batang hidungnya.
“Dokter sudah di klinik ini. Sekarang sedang mensterilkan tangannya. Sebentar lagi prosesnya akan dimulai.”
“Ooo begitu.. Baiklah. Usahakan yang terbaik untuk teman saya ya suster. Usahakan dia selamat dan tidak terluka apapun.” Sandra mengingatkannya.
“Mudah-mudahan mbak. Soalnya semua tergantung kondisi fisik si ibu sendiri. Jika ibunya dalam keadaan baik-baik saja di jamin akan keluar dengan selamat juga. Beda hasilnya kalau si ibu mempunyai penyakit bawaan atau dia ketakutan kemungkinan besar dia akan pendarahan dan kami nggak bertanggung jawab dengan nasib teman mbak sendiri. Dan sesuai perjanjian kita, kalau mbak nggak boleh menuntut klinik ini apapun hasilnya nanti.”
“Ya saya ingat suster.”
Sandra ingin melanjutkan omongannya namun terhenti saat melihat dokter masuk ke dalam ruangan tersebut dengan keadaan yang sudah steril.
“Baiklah mbak. Dokter sudah datang. Kami akan memulai prosesnya. Mbak mau di sini melihat prosesnya atau menunggu diluar saja?” Suster menanyakan pada Sandra.
“Hmm.. lebih baik saya tunggu di sini mbak. Saya ingin melihat keadaan teman saya agar kalian tidak sembarangan melakukannya.”
“Baiklah. Terserah kamu saja. Tapi kamu jangan takut atau jijik ya. Soalnya setelah kami mulai mengerjakannya tidak ada yang boleh keluar dari sini sebelum pengerjaannya selesai.” Suster mengingatkan Sandra.
“Iya suster. Saya mengerti suster.”
“Bagus. Kamu tunggu saja di kursi itu dan lihat kami bekerja di sini.” Titah sang suster.
“Jangan suster. Biarin Sandra berada di dekat aku saja. Aku takut kalau sendirian.”
“Dasar.. Waktu kamu melakukan kesalahan tersebut kamu nggak ada takutnya dan berani melakukannya tanpa di temani siapapun, tiba kayak gini kamu malah bilang takut. Makanya lain kali kamu harus memikirkannya dulu sebelum melakukan hal itu lagi. Karena enaknya Cuma lima menit namun konsekuensi nya sangat berat. Ingat itu.”
“Iya suster. Ini pertama dan terakhir kalinya aku melakukan hal itu tanpa ikatan pernikahan. Aku nggak akan mengulanginya kembali.”
“ Ya.. ya.. ya.. Kita lihat saja nanti apa kamu masih akan mempunyai kesempatan melakukannya lagi atau nggak lain kali. Nasib kamu saja di sini kamu belum tahu apakah bisa keluar dengan selamat atau nggak jadi nggak perlu banyak yang dipikirkan. Fokus saja pada hal ini. Dan jangan pikirkan apa-apa lagi.” Suster mengingatkannya.
“Baiklah suster. Tapi Sandra bolehkan tetap berdiri atau duduk di sampingku saat prosesnya selesai? Please suster..!! “ Dengan suara yang lemah Santi memohon kepada suster agar mengizinkan Sandra tetap menemaninya dalam jarak yang dekat.
“Terserah kamu saja. Kalau teman kamu itu bisa tahan melihat semuanya terserah dia mau di samping kamu atau nggak. Saya nggak akan melarangnya.” Suster itu berkata sinis.
Sandra pun mendengus kesal melihat tingkah sang suster tersebut. Untungnya saat ini dirinya memang memerlukan bantuan dari suster tersebut. Kalau tadinya ini di luar klinik dan tidak ada yang dia butuh dari orang tersebut, mungkin Sandra akan menjambak rambut sang suster dan menariknya dengan sekuat tenaga. Namun kali ini dia hanya bisa mencoba mengontrol emosinya agar tidak terpancing.
“Ya. Saya akan menunggu di samping Santi suster.”
“Baiklah. Terserah kamu. Ya udah nggak usah banyak ngomong lagi. Mari kita mulai saja prosesnya, karena dokter ini pun masih banyak jadwal lain.” Ketus sang suster.
“Oke Suster silahkan.” Tanpa banyak basa-basi Sandra pun menyuruh mereka segera melakukannya. Karena dia pun malas berlama-lama di sana. Sandra pengen semua cepat selesai dan dia pun dapat pulang dengan cepat.
Sekedar informasi Kuret dapat dilakukan dengan metode pengikisan menggunakan alat berbahan logam, atau penyedotan (suction) menggunakan alat khusus. Dengan kedua metode tersebut, jaringan endometrium dalam rahim (uterus) akan dikeluarkan. Sebenarnya kuret tidak dapat dilakukan sembarangan karena adanya beberapa kondisi yang tidak dianjurkan untuk melakukan kuret yakni memiliki sumbatan pada vagina, misalnya karena tumor besar, yang dapat menghalangi jalan masuk alat kuret, menderita gangguan pembekuan darah, mengalami penyempitan rahim dan pernah menjalani operasi Rahim. Dalam keadaan tubuh seperti ini dilarang keras untuk melakukan kuret atau yang sering dikenal dengan aborsi.
Nggak beberapa lama kemudian, dokter tersebut pun memulai melakukan tindakan pada Santi. Setelah alat-alat yang dibutuhkan sudah disiapkan semuanya. Dokter tersebut menyuruh Santi untuk mengangkang setelah dibius total oleh sang suster tadi. Dokter pun memasukkan alat khusus (spekulum) agar vagina tetap terbuka selama prosedur. Lalu sang dokter melebarkan serviks menggunakan alat dilatasi berbentuk batang dan berbahan logam, memasukkan alat kuret ketika serviks sudah cukup terbuka. Setelah beberapa saat dokter tersebut mengeluarkan jaringan endometrium dan jaringan lain sesuai kebutuhan pasien. Memasukkan selang tipis berkamera ke dalam rahim untuk melihat kondisi dalam rahim jika kuret dilakukan bersama histeroskopi. Setelah berhasil mengambil jaringan endometrium tersebut, dokter tersebut memasukkan jaringan endometrium atau jaringan lain yang telah diambil ke dalam wadah yang sudah disediakan.
Semua proses kuret tersebut dilakukan dalam waktu kurang lebih tiga puluh menit. Setelah semua proses kuretase selesai dilakukan, alat kuret dan spekulum akan dikeluarkan dari vagina. Dokter itu pun membiarkan pasien dulu beristirahat beberapa jam setelah proses kuret tersebut untuk memastikan kondisi pasien tersebut setelah operasi dilakukan.
Sisa darah yang keluar dari tubuh Santi pun dibersihkan oleh suster agar Santi dapat beristirahat dengan tenang di ranjang tersebut.
Suster pun membawa wadah tempat dia tadi memasukkan janin yang dikeluarkan dari Rahim Santi tadi melewati Sandra yang masih terperangah dan bengong seperti syok melihat setiap proses yang dialami temannya itu.
“I..I..Itu apa suster?” Sandra bersuara terbata-bata.
“Ya inilah janin teman kamu itu.” Jawab suster itu ketus.
“A..apa?? I..itu janin?”
“Ya.. kamu mau lihat lebih dekat?? Nih.. lihat deh. Sekalian biar jadi pelajaran buat kamu. Lihat ini apa kamu nggak kasian jika ini adalah anak yang berada di Rahim kamu? Kasian kan? Kalian tidak mengizinkan dia melihat dunia. Kalian bahkan tega membunuhnya bahkan sebelum dia berkembang dengan baik di dalam Rahim. Heran..!! anak zaman sekarang cuma mau enak nya saja, nggak mau menanggung akibat dari perbuatannya.” Suster itu sangat ketus mengatakannya.
“Ta.. tapi.. tapikan itu bukan saya yang melakukannya. Kenapa suster bicara seakan sayalah yang membunuh janin yang tidak berdosa tersebut?’
“Lah kan memang kamu ikut andil dalam melakukan hal ini. Kan kamu yang bersama dengan anak itu datang kemari dan melakukan hal ini di klinik ini.” Kata suster itu yang membuat Sandra nggak mampu menjawab apa-apa lagi sekarang karena apa yang dikatakan sang suster itu memang benar adanya. Dialah yang menemani Santi melakukan dosa tersebut tanpa perasaan bersalah sedikitpun.
Melihat ada penyesalan dari raut wajah Sandra, suster itu pun tidak melanjutkan kata-kata nya lagi dan melangkah menjauh dari sana. Namun masih dua Langkah suster itu membalikkan badannya lagi dan berkata.
“Jangan pernah lakukan hal ini lagi. Kalau pun kalian sudah terlanjur melakukannya atau terlanjur hamil. Biarkan anak itu lahir kedunia. Banyak pasangan yang sudah menikah tidak memiliki kesempatan untuk memiliki anak sendiri. Lebih baik kalian memberikannya kepada mereka. Akan lebih bermanfaat dan tidak menambah dosa yang kalian lakukan.”
Sandra masih saja diam seribu Bahasa. Dalam pikirannya bertengger beberapa kenyataan yang membuatnya mengalami beberapa perasaan yang beraneka ragam. Antara takut, sedih dan nggak tega. Sandra pun jadi bingung.
Sandra masih tenggelam dalam pikirannya sampai Ketika tanpa sengaja anak mata Sandra melirik ke arah Santi dan melihat Santi kejang-kejang di atas ranjangnya itu.
”Ehh.. Itu Santi kenapa?” Sandra pun panik melihat keadaan Santi.
“Suster.. Dokter.. Tolong lihat teman saya. Kayaknya ada yang aneh dengan dia, Santi kejang-kejang suster..!’ Dengan panik Sandra pun berteriak.
Teriakan Sandra menggema di seluruh ruangan membuat suster dan dokter bergerak secepat mungkin.
“Gawat dok.. Pasien pendarahan hebat. Harus segera ditangani.” Lapor suster pada dokter tersebut.
“Ayo cepat lakukan pertolongan pertama” Titah sang dokter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Bilqies
hai Thor aku mampir lagi niih
2024-05-01
0
Amelia
betul itu... enak sesaat menderita berkepanjangan 🫣
2024-04-26
0
🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
aduhh...ngerih ih bacanya ngilu /Cry/
2024-04-18
0